Laporan Wartawan Tribun Gayo Fikar W Eda | Aceh Tengah
TribunGayo.com, TAKENGON - Maestro didong Grup Burak Terbang, Zulkarnain yang akrab disapa Ceh Utih Burak mengabarkan kondisi sulit yang kini dihadapi masyarakat di Takengon, Aceh Tengah.
Serta wilayah lainnya yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor di Tanoh Gayo.
Krisis bahan pokok kian mencekik.
Ceh Utih Burak mengaku sudah tak sanggup lagi membeli telur yang harganya melonjak tajam hingga Rp 5.000 per butir.
Sementara harga beras tembus Rp 400 ribu per karung ukuran 15 kilogram.
Ia mengaku sudah menerima bantuan beras tiga kali. "Alhamdulillah, meski jumlahnya sangat-sangat terbatas," katanya.
“Kami sudah masak di teras rumah pakai kayu bakar.
Makan harus selesai sebelum pukul enam sore, karena listrik padam total. Malam gelap,” ujar Ceh Utih Burak, Selasa (16/12/2025).
Ia dan keluarga tinggal di Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.
Ia juga menyebutkan harga bahan bakar minyak melonjak drastis, mencapai Rp 30 ribu per liter, membuat warga praktis tak bisa bepergian ke mana pun.
“Kami tidak bisa ke mana-mana,” katanya lirih.
Kebun kopi sudah siap dipanen. Tapi karena minyak kendaraan mahal, ia memilih tidak ke kebun.
"Kebun di Bener Meriah," katanya, sekitar 20 kilometer (Km) dari tempat tinggalnya.
.
Saat banjir bandang melanda, rumah Ceh Utih Burak memang tidak terendam.
Namun, akses menuju Kota Takengon lumpuh total. Di kawasan Pasar Paya Ilang, air sudah setinggi pinggang orang dewasa.
“Sepeda motor saya mogok di sana,” kenangnya.
Di tengah keterisolasian itu, Ceh Utih Burak sempat mengunjungi sejumlah rekannya sesama seniman didong, saling menguatkan dan berbagi cerita duka.
Ia menyebut kondisi yang dialami para maestro didong lainnya tak kalah memilukan.
“Ceh M Din dan Ceh Kasman harus berjalan kaki dari Linge sampai Bintang. Mobil mereka ditinggalkan di Linge, sepeda motor M Din ditinggalkan di Bintang,” tuturnya.
Tak hanya terisolasi secara fisik, Takengon dan wilayah terdampak bencana juga terputus secara digital.
Listrik padam, jaringan komunikasi hilang, membuat warga kesulitan mengabarkan kondisi mereka kepada keluarga di luar daerah.
Dalam situasi itu, bantuan datang dari Usman Nuzuly, yang menyediakan genset dan jaringan Starlink di kawasan Kalanami.
Fasilitas darurat tersebut menjadi satu-satunya titik harapan komunikasi bagi warga.
“Kami ramai-ramai datang memanfaatkan fasilitas yang disediakan Usman Nuzuly untuk mengirim kabar ke keluarga,” kata Ceh Utih Burak.
Kisah yang disampaikan Ceh Utih Burak menjadi potret nyata penderitaan masyarakat Gayo pascabencana di saat kebutuhan pokok melambung.
Listrik dan komunikasi terputus, dan warga hanya bisa bertahan dengan solidaritas dan kepedulian sesama. (*)
Baca juga: Guru dan Sekolah Muhammadiyah di Aceh Tengah Terima Bantuan Pemulihan Pascabencana
Baca juga: Dua Pekan Lebih Aceh Tengah Masih Terisolir, Harga Telur Tembus Rp 150 Ribu per Papan
Baca juga: Dana Baitul Mal Rp 1,5 Miliar Dialokasikan untuk Pembersihan Rumah Terdampak Bencana di Aceh Tengah