Laporan Koresponden Tribunnews.com Ricard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Japan Exchange Group Inc (JPX) membuka peluang semakin luas bagi perusahaan Indonesia untuk melantai di pasar modal Jepang.
Namun, transparansi dan tata kelola perusahaan yang diakui serta disahkan pemerintah menjadi faktor penentu utama bagi emiten Indonesia yang ingin melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Tokyo.
Hal tersebut disampaikan Hiromi Yamaji, Group CEO Japan Exchange Group Inc (JPX), dalam keterangannya kepada Tribunnews.com di Jepang.
“Bukan hanya soal ukuran transaksi hingga 1 miliar dolar AS, tetapi transparansi perusahaan Indonesia yang diakui dengan pengesahan dari pemerintah akan semakin memudahkan jalan memasuki listing di pasar modal Tokyo ke depan,” ujar Yamaji.
Yamaji mengungkapkan bahwa JPX memahami meningkatnya ketertarikan perusahaan Indonesia untuk melakukan pencatatan saham di Jepang.
Menurutnya, JPX tidak membatasi sektor usaha tertentu bagi perusahaan Indonesia yang ingin IPO di Tokyo.
“Kami tahu banyak perusahaan Indonesia tertarik listing di pasar modal Tokyo. Kami juga tidak membatasi bidang bisnis tertentu, karena banyak perusahaan besar di Indonesia menangani berbagai sektor usaha dengan nilai transaksi yang besar,” jelasnya.
Baca juga: WNI di Jepang Tembus 230.689 Orang, Visa Tokutei Ginō Paling Banyak
Dalam dua tahun terakhir, JPX secara aktif melakukan pendekatan ke negara-negara Asia melalui program TSE Asia Startup Hub.
Dari program tersebut, Yamaji menyebut perusahaan-perusahaan Asia mulai bermunculan, termasuk satu perusahaan asal Indonesia yang telah mengikuti program tersebut.
Namun, ia menegaskan bahwa visi utama TSE Asia Startup Hub bukan semata mendorong IPO, melainkan membantu perusahaan membangun fondasi bisnis terlebih dahulu di Jepang.
“Pada dasarnya, akan lebih baik jika perusahaan Indonesia lebih dulu mencari partner di Jepang untuk perdagangan dan transaksi. Setelah bisnis membesar dan pasar Jepang semakin dikuasai, proses IPO di Jepang akan menjadi lebih mudah,” paparnya.
Yamaji menegaskan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis Jepang sekaligus pasar masa depan ASEAN yang sangat penting bagi investasi jangka panjang.
Menurutnya, Indonesia dinilai sebagai salah satu pasar paling strategis di kawasan, didukung oleh populasi besar, pertumbuhan kelas menengah, serta stabilitas makroekonomi yang relatif kuat.
“Indonesia bukan sekadar emerging market, tetapi future core market di kawasan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Yamaji menilai pasar modal Indonesia memiliki potensi pendalaman pasar (market deepening) yang besar dan masih tergolong undervalued dibandingkan fundamental ekonominya.
“Jika nilai transaksi dianggap besar dan sangat menguntungkan, tentu pengusaha Jepang akan berebut masuk ke pasar Indonesia. Perhatian terhadap Indonesia akan menjadi jauh lebih besar,” katanya.
Kondisi tersebut, menurut Yamaji, menjadikan Indonesia sangat menarik bagi investor Jepang yang berorientasi pada investasi jangka panjang.
Kerja Sama Bursa Jepang–Indonesia Terus Diperkuat
JPX, lanjut Yamaji, terus memperkuat kerja sama dengan Bursa Efek Indonesia melalui berbagai forum regional, termasuk AOSEF (Federasi Bursa Efek Asia dan Oseania).
“Telah terjadi kerja sama dengan Bursa Efek Jakarta melalui AOSEF, dan kami berharap dapat mempertahankan hubungan baik ini,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki peran sentral dalam integrasi keuangan regional, memperkuat aliran modal Jepang ke ASEAN, serta pengembangan produk keuangan lintas batas.
Meski peluang terbuka lebar, Yamaji kembali menekankan bahwa transparansi, tata kelola, dan kepatuhan regulasi tetap menjadi kunci utama kepercayaan investor global, khususnya investor Jepang.
“Investor Jepang sangat menekankan governance, disclosure, dan compliance,” jelasnya.
Dalam berbagai kesempatan, Yamaji juga menyampaikan optimismenya terhadap masa depan Indonesia yang dinilai akan terus naik kelas dalam rantai ekonomi global, didukung transformasi digital serta bonus demografi.
Indonesia bahkan diproyeksikan berpotensi menjadi salah satu leading economies di kawasan Indo-Pasifik.
Terkait hambatan bahasa, Yamaji menilai kendala bahasa Jepang kini semakin kecil berkat kemajuan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI).
“Kalau dulu memang ada hambatan bahasa Jepang. Namun di era sekarang, dengan AI dan teknologi yang ada, rasanya tidak akan menjadi kendala lagi bagi pengusaha Indonesia yang ingin IPO di Jepang dalam waktu dekat,” pungkasnya.
Diskusi lembaga finansial di Jepang dilakukan Pencinta Jepang gratis bergabung. Kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email: tkyjepang@gmail.com