TRIBUNBATAM.id, IDI – Deru mesin kendaraan memecah sunyi hutan pedalaman Aceh Timur.
Di balik jalan berlumpur dan jembatan yang rusak, ada harapan yang dibawa langsung oleh Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, untuk warga yang masih bertahan di wilayah terdampak banjir dan longsor.
Senin (15/12/2025) pagi, Al-Farlaky bersama rombongan berangkat menggunakan 24 kendaraan roda empat menuju Kecamatan Simpang Jernih.
Perjalanan panjang dan penuh tantangan itu bukan sekadar kunjungan kerja, melainkan upaya memastikan warga pedalaman tidak merasa ditinggalkan setelah bencana melanda.
Simpang Jernih menjadi salah satu kecamatan yang belum tersentuh kunjungan langsung pascabencana. Akses yang terputus dan medan ekstrem membuat wilayah ini sempat terisolasi, sementara warga harus bertahan dengan segala keterbatasan.
Sebelumnya, beberapa kecamatan pedalaman lain telah berhasil dijangkau. Kehadiran Bupati di lokasi-lokasi tersebut memberi harapan baru bagi warga, sekaligus memastikan bantuan dan penanganan pascabencana berjalan hingga ke pelosok.
Bagi masyarakat Simpang Jernih, kedatangan rombongan ini bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga pesan sederhana, mereka tidak sendiri menghadapi bencana.
Akses darat menuju Simpang Jernih hingga kini belum sepenuhnya pulih.
Informasi terkait kemungkinan jalur darat baru diterima Bupati pada Minggu (14/12/2025).
Meski demikian, perhatian pemerintah daerah tetap diberikan dengan menyalurkan bantuan cepat tanggap lebih dulu.
Penyaluran bantuan dilakukan melalui jalur sungai menggunakan kapal motor milik masyarakat setempat, serta melalui jalur udara dengan memanfaatkan helikopter.
Rombongan Bupati bertolak dari Pendopo Bupati Idi sekitar pukul 13.00 WIB dan menempuh jalur darat melalui Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang.
Perjalanan memakan waktu lebih lama dari biasanya akibat dampak banjir yang juga melanda wilayah tersebut.
Memasuki kawasan Simpang Semadam, rombongan melintasi sejumlah gampong, termasuk Desa Babo yang mengalami dampak paling parah.
Bekas banjir terlihat sangat tinggi, bahkan rata-rata melebihi atap rumah warga. Hingga saat itu, jumlah korban jiwa di desa tersebut belum dapat dipastikan.
Rombongan sempat berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan dengan pendampingan unsur Muspika Simpang Jernih yang menjemput dan menuntun rombongan menuju lokasi tujuan.
Namun, pada pukul 20.24 WIB, perjalanan terpaksa dihentikan di Dusun Serkil, Desa Batu Bedulang, Kecamatan Bandar Pusaka.
Kondisi jalan yang terjal, berlumpur, dan minim penerangan membuat perjalanan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Jarak menuju Simpang Jernih diperkirakan masih tersisa sekitar dua hingga tiga kilometer.
“Ya, tadi kami mengalami sedikit insiden karena jalur yang terjal dan berlumpur. Salah satu kendaraan sempat kehilangan fungsi rem dan terjadi benturan ringan dengan mobil di depan. Karena kondisi sudah gelap, kami memilih bermalam di sini dan melanjutkan perjalanan besok,” ujar Bupati Al-Farlaky.
Bupati menargetkan dapat menembus sejumlah desa untuk bertemu langsung dengan warga terdampak, yakni Desa Batu Sumbang, Batu Kera, Bidari, dan Rantau Panjang.
Namun, berdasarkan laporan yang diterima, Desa Rantau Panjang hingga kini masih dalam kondisi terisolir.
“Besok kita targetkan minimal dua desa bisa kita tembus. Dari laporan yang masuk, wilayah tersebut merupakan daerah terparah dengan banyak rumah warga yang hilang,” katanya.
Meski medan yang dihadapi cukup berat, semangat Bupati Aceh Timur untuk menemui langsung warga terdampak tidak surut.
“Kita tidak mundur. Insya Allah akan kita terobos. Besok kita upayakan masuk menggunakan sepeda motor trail dengan bantuan komunitas trail. Misi kemanusiaan ini tetap kita lanjutkan,” pungkas Al-Farlaky.