BPBD Catat 1 WNA Tewas dan 150 Wisman Mengungsi, Dampak Banjir Siklon 96S di Denpasar dan Badung
December 16, 2025 11:21 PM

TRIBUN-BALI.COM  — Hujan ekstrem melanda Bali dan diperparah dengan adanya bibit Siklon Tropis 96S. Secara reguler Bali memasuki musim hujan dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2026. 

Namun, terdapat peringatan khusus pada 11 Desember 2025 hingga 18 Desember 2025 Bali berada dalam posisi tengah Bibit Siklon Tropis yang membuat hujan ekstrem hingga banjir di seluruh Kabupaten/Kota se-Bali. 

“Meskipun siklon menjauh dari Katulistiwa tapi berdampak secara tidak langsung meningkatkan curah hujan dan angin kita lihat kemarin di antaranya 11-18 sudah tiga kali serangan (hujan ekstrem),” jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya ketika ditemui di Kantor BPBD Bali, Selasa (16/12). 

Ia pun membeberkan dampak hujan ekstrem pertama terjadi di Kabupaten Karangasem, di mana terdapat luapan atau banjir dan, keesokan harinya dampak hujan ekstrem meluas ke Denpasar dan Kabupaten Badung. Hari ketiga kembali meluas ke Kabupaten Gianyar dan Jembrana. Ancaman hujan ekstrem ini, diungkapkan Teja masih berpotensi terjadi pda beberapa hari ke depan. 

Baca juga: Polisi Ringkus Yustina Kurang dari 4 Jam, Terduga Pelaku Pembuang Bayi di Kuta Selatan

Baca juga: Siagakan 1.100 Personel Selama Libur Nataru  Upaya PLN Bali Jaga Pasokan Listrik

“Karangasem pertama cukup banyak, 50 KK terdampak ada dua sekolah terdampak kemudian ada tembok sekolah jebol karena sungainya meluap akibat hujan cukup lebat. Kemudian di Denpasar sendiri 20 titik, di Badung 14 titik jadi cukup banyak walaupun tidak sebanyak pada bulan September dan itu titiknya berbeda karena karakter hujanya berbeda,” imbuhnya. 

BPBD Bali mencatat sejauh ini jumlah korban meninggal akibat banjir 1 Warga Negara Asing (WNA) yang dievakuasi di Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung dan kini masih dilakukan proses identifikasi. Sementara untuk warga khususnya di Padangsambian, Denpasar cukup banyak yang terdampak di antaranya 191 kepala keluarga (KK) namun tidak mengungsi. 

BPBD juga mencatat lebih dari 150 wisatawan mancanegara (wisman) juga tidak mengungsi hanya pindah penginapan, check out, ada juga memang waktu liburnya berakhir, namun ada juga yang memangkas waktu liburnya di Bali akibat banjir. 

Pengungsian bersifat dinamis yang artinya apakah memerlukan pengungsian atau tidak bergantung situasi nanti. Untuk pengungsian tentu sudah disiapkan tempat-tempat dengan memanfaatkan balai-balai desa atau gedung pemerintah. 

Pada saat Banjir di Bulan September 2025 lalu, hujan ekstrem terjadi di Hulu didaerah aliran Sungai Badung dan Sungai Mati sehingga banjir di Bulan September kebanyakan terjadi di pinggir luapan sungai. Sedangkan banjir saat siklon tropis berbeda karakternya banyak terjadi di perumahan yang tergenang karena hujan bergerak ke arah selatan. 

Hujan ekstrem akibat Bibit Siklon Tropis 96S mengakibatkan genangan air di hampir seluruh Kabupaten/Kota Bali. Salah satu langganan banjir, kawasan Jalan Dewi Sri, Legian, Badung disebabkan daya dukung lingkungan yang belum siap belum sesuai dengan kemampuan mengalirkan air dengan baik.

“Tata ruangnya, sistem drainasenya, juga masalah termasuk di Sanur itu langganan juga sebenarnya jadi memang perlu rekayasa sistem drainase untuk mengantisipasi karena curah hujannya musim hujannya,” kata Teja. 

Sementara untuk banjir yang terjadi di Batuan, Gianyar sebetulnya bukan banjir yang pertama kali. Teja mengatakan, tempat kajian wilayah peta banjir sudah tersedia jika ada banjir di peta tersebut. Namun saat ini eskalasi air meningkat, jika dulu biasanya dibawah lutut saat naik menjadi sepinggang orang dewasa. 

Selain Kabupaten Jembrana dan Gianyar, Buleleng juga alami genangan air namun dalam skala genangan kecil. Teja menekankan memang perlu rekayasa tata ruang dan sistem drainase untuk mengantisipasi banjir sebab curah hujan. Kini Early warning by media, begitu terdapat peringatan hujan deras agar lebih waspada. 

“Kesiapan masyarakat tadi saya sampaikan begitu melihat ada potensi begini apa dilakukan. Itu juga early warning namanya. Tapi kalau sirinenya, memang belum. Ke depan upayakan pihak terkait termasuk juga bawa. Saya lagi komunikasi pihak lain semoga ada yang menyiapkan,” tandasnya. 

Pemulihan banjir di Bali belakangan ini relatif dilakukan satu hari bergantung bagaimana curah hujannya jika hujannya segera berhenti maka air bisa surut dengan cepat.  

Posko Kesiapsiagaan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui BPBD membentuk posko Kesiapsiagaan Bencana Terpadu. Posko tersebut dipusatkan di kawasan Monumen Tri Yuda Sakti di lingkungan Sangket, Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng. 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Buleleng, I Gede Suyasa menegaskan, pembentukan posko ini sebagai kesiapan menghadapi potensi cuaca ekstrem jelang akhir tahun 2025.

Posko ini menjadi pusat komando dan koordinasi lintas sektor, untuk memastikan penanganan bencana berjalan cepat, terpadu, dan terarah. “Pendirian posko bukan sekadar simbol kesiapsiagaan, melainkan langkah strategis untuk menyatukan langkah seluruh unsur terkait,” tegasnya, Selasa (16/12. 

Posko terpadu melibatkan 13 institusi lintas sektor. Setiap hari, posko akan dijaga oleh 36 personel yang terbagi dalam tiga shift.

Dengan sistem komando terpadu, koordinasi antarinstansi dapat dilakukan lebih cepat tanpa menunggu prosedur yang berbelit. “Satu hari satu instansi minimal menyiapkan tiga orang. Jadi total ada 36 orang di dalam satu hari. Penjaga per shift-nya 13 orang,” ucapnya. 

Melalui penguatan koordinasi sejak awal, potensi bencana dapat ditangani lebih dini. Misalnya, pemangkasan pohon rawan tumbang atau penanganan titik rawan longsor yang bisa dijadwalkan secara berkala bersama instansi teknis seperti DLH, Dinas Perhubungan, Damkar, hingga PUPR.

Suyasa menambahkan, berdaskan prediksi BMKG wilayah Kabupaten Buleleng masih berada dalam pengaruh siklon 91S dan 93S, dengan puncak musim hujan diperkirakan berlangsung hingga Januari 2026. Karenanya masyarakat diimbau tetap waspada dan tidak panik. 

Posko Terpadu ini beroperasi mulai dari 16 Desember 2025 hingga awal Januari 2026. Dengan hadirnya Posko Terpadu di Monumen Tri Yuda Sakti, masyarakat kini memiliki pusat pelaporan yang jelas.

Selain Posko, BPBD juga mengoperasikan Pusdalops yang siaga 24 jam dan didukung Tim Reaksi Cepat (TRC) sebagai garda terdepan penanganan kebencanaan di Buleleng.

Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra mengungkapkan, pembentukan posko terpadu ini merupakan langkah antisipatif menyeluruh.

Walaupun utamanya sebagai garda terdepan dalam kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana, posko ini juga difungsikan untuk pengamanan hari raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Dari sini masing-masing kecamatan sudah ada komunikasi. Bahkan ini ada kondisi real time dari BMKG. Jadi di mana-mana yang harus diantisipasi, ini yang paling penting,” kata Sutjidra. (sar/mer)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.