TRIBUNNEWS.COM - Kasak-kusuk kabar tidak sedap kembali berhambus dari garasi Ducati. Manajer Ducati MotoGP, Davide Tardozzi dikabarkan akan meninggalkan tim pada tahun 2027.
Di balik dominasi Ducati, masalah internal telah menanti. Status gelar Marc Marquez otomatis membuat nilai kontraknya mahal dan menambah beban keuangan tim.
Lalu ada kursi Francesco 'Pecco' Bagnaia kini jadi incaran banyak nama muda berbakat, termasuk Fermin Aldeguer dan Pedro Acosta, yang dipantau Gigi Dall’Igna.
Terbaru, rumor kepergian bos tim, Davide Tardozzi, semakin menambah pelik drama pabrikan Borgo Panigale menyongsong dimulainya MotoGP 2026, Februari mendatang.
Sebuah laporan baru-baru ini dari media Italia La Gazzetta dello Sport mengklaim bahwa Tardozzi dapat meninggalkan Ducati pada tahun 2027 di tengah rumor perselisihan internal dengan pimpinan proyek Ducati di MotoGP, Luigi Dall’Igna.
Keduanya diduga berselisih mengenai perlakuan terhadap Pecco Bagnaia di mata publik selama masa sulitnya sang pembalap sepanjang MotoGP 2025.
Tardozzi pernah mengklaim bahwa Ducati tidak cukup membantu Pecco Bagnaia dalam beradaptasi dengan motor Ducati Desmosedici GP25.
Sementara Dall’Igna merasa Pecco Bagnaia telah gagal meskipun telah diberi banyak kesempatan untuk meningkatkan performanya.
Komentar Tardozzi konon tidak diterima dengan baik oleh Ducati, dengan rumor di dalam tim pabrikan asal Italia itu menyebut sang manajer tim dapat keluar dari tim pada MotoGP 2027.
Beberapa kandidat pengganti potensial telah muncul, termasuk Gino Borsoi dan Francesco Guidotti.
Test rider Ducati, Michelle Pirro turut disebut telah terbuka untuk menggantikan Tardozzi, tetapi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Namun sebuah laporan terbaru dari MOWMAG mengklaim bahwa klaim La Gazzetta soal keinginan Tardozzi meninggalkan Ducati adalah spekulasi murni. Menurut mereka, Tardozzi tidak akan meninggalkan Ducati.
Rumor tentang krisis internal di Ducati antara Tardozzi dan Dall'Igna tampaknya melenceng. Hal tersebut bukan alasan mengapa Tardozzi akan mempertimbangkan untuk meninggalkan tim.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa keputusan tentang masa depan Bagnaia juga belum terjadi. Diklaim bahwa nasib juara MotoGP dua kali itu masih memiliki waktu hingga 2026 untuk memperjuangkan tempatnya.
Ada begitu banyak topik yang harus dikaji ulang, begitu banyak hal yang perlu diuji, dan waktu jelas tak bisa dibuang percuma.
Dengan kondisi ini Ducati sudah bekerja tanpa henti dan tak kenal lelah untuk tetap mempertahankan sebagai acuan di kelas para raja MotoGP.
Marc Marquez meraih gelar juara dunia MotoGP 2025 dengan relatif mudah, tetapi di paruh kedua musim, Aprilia dan KTM mulai memberikan tekakan yang cukup serius.
Oleh karena itu, dengan berubahnya regulasi MotoGP 2027 dari 1000cc menjadi 850cc, kehadiran Marc Marquez dalam proyek pengembangan motor akan sangat vital.
Ducati pun menginginkan Marc Marquez bertahan selama mungkin di garasi mereka.
Tetapi Marc Marquez tahu bahwa Ducati bukan Honda Racing Corporation (HRC) yang secara finansial paling mumpuni di antara tim MotoGP.
Akan tetapi Ducati tahu bagaimana cara menghargai prestasi pembalapnya, terbukti melalui gelar juara dunia MotoGP 2025 yang mereka raih.
Dilaporkan, Ducati menyodorkan gaji kepada Marc Marquez di angka 15 juta Euro atau sekitar Rp250 miliar yang dimulai dari MotoGP 2027.
Jika terealisasi, maka Marquez akan menjadi pembalap Ducati dengan bayaran tertinggi sepanjang sejarah pabrikan Italia itu mentas di ajang MotoGP.
(Tribunnews.com/Giri)