WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Warga Kota Tangerang Selatan dibuat resah akibat tumpukan sampah yang tersebar di beberapa titik, termasuk di pinggir jalan dan kolong flyover Ciputat.
Pantauan TribunTangerang.com (Warta Kota Network), di kolong flyover Ciputat, gunungan sampah telah ditutup menggunakan terpal.
Namun, meski ditutupi, masih terlihat sebagian sampah yang menyembul dari balik terpal karena banyaknya volume sampah.
Kondisi ini membuat sampah mengeluarkan air berwarna hitam disertai bau menyengat.
Kondisi serupa juga terlihat di sekitar Pasar Ciputat, di mana sampah mulai menumpuk dan mengganggu lingkungan sekitar.
Di salah satu sudut jalan, tumpukan sampah sepanjang sekitar 10 meter ditutupi terpal berwarna biru dan diikat dengan tali agar tidak tercecer.
Meski demikian, sebagian sampah tetap terlihat, sementara air berwarna hitam mengalir hingga ke badan jalan.
Warga berharap pihak terkait segera melakukan pembersihan agar lingkungan kembali bersih dan tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Terkait hal tersebut, Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansyah angkat bicara.
Dirinya menegaskan langkah Pemkot Tangsel yang menutup gunungan sampah dengan menggunakan terpal bukanlah solusi.
"Jangan ditutup terpal dong. Harusnya tetap dipindahkan,” ujar Trubus saat dikonfirmasi pada Rabu (17/12/2025).
Trubus menekankan Pemkot Tangsel seharusnya mencari lokasi penampungan yang layak.
“Pemerintah Kota itu bisa cari tempat. Beli tanah kosong kan bisa. Tinggal ada political will-nya,” ujarnya.
Menurutnya, ketidakmampuan pemerintah menangani sampah terkait dengan kurangnya kemauan politik.
Selain itu, pengamat menyarankan masyarakat untuk menempuh jalur hukum jika kondisi ini terus terjadi.
"Bawa ke jalur hukum. Kan itu menemukan bau, mengganggu lingkungan,” jelasnya.
Masalah sampah ini bukan sekadar estetika, tetapi juga kesehatan.
Tumpukan sampah yang ditutup terpal justru menimbulkan bau, air lindi, dan bahkan belatung.
"Apapun alasannya gak boleh (dibiarkan di jalan). Makanya gak boleh itu artinya dia melanggar, karena melanggar ya harus digugat,” tegas Trubus.
Menurutnya, solusi efektif sebenarnya sederhana.
Pemerintah tinggal mencari lokasi penampungan sementara atau menyewa tanah kosong.
"Kalau gak mau beli, disewa. Jakarta kan nyewa tanah orang Bekasi untuk naruh sampah. Bisa juga begitu,” ujarnya.
Ia menambahkan, alasan pemerintah tentang TPA Cipeucang, Serpong, sedang dalam perbaikan tidak dapat diterima.
"Itu alasannya dibikin-bikin, gak usah dipercaya. Itu bukan peruntukan tempat sampah," ujar Trubus.
Ia menegaskan, seluruh opsi penutupan sampah dengan terpal, plastik, atau apapun tidak boleh dilakukan.
Pemkot Tangsel ditegaskannya wajib menyediakan tempat penampungan yang sesuai.
“Tinggal Pemkotnya suruh cari tempat. Jadi gak ada alasan mereka nutup. Mau pakai terpal, mau pakai plastik, apapun, gak boleh,” pungkasnya.
Imbas penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang pada beberapa hari belakangan, Kota Tangerang (Tangsel) mengalami darurat sampah.
Puluhan ton sampah warga yang tidak terangkut memenuhi permukiman warga hingga jalanan.
Kondisi tersebut seperti yang terjadi di permukiman warga Taman Ciputat, tepatnya di depan Masjid Agung Al Jihad.
Puluhan ton sampah yang menumpuk sejak beberapa hari belakangan mengganggu lingkungan.
Tak hanya mengganggu pemandangan, bau tidak sedap tercium kini menjadi bagian dari lingkungan.
Berangkat dari keluhan warga, Pengurus RW 008 Kelurahan Ciputat berinisiatif.
Mereka mengangkut sampah itu ke lahan bekas lokalisasi yang berada tidak jauh dari Taman Ciputat, yakni lahan Roxy.
Lahan milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan itu diketahui merupakan lokalisasi dan tempat hiburan malam ilegal.
Pemerintah Kota Tangsel telah mengosongkan lokasi tersebut dan menggusur seluruh bangunan hingga rata dengan tanah sejak Senin (23/6/2025).
Ketua RW 008 Kelurahan Ciputat, Iwan Rosyadi (58) menyampaikan, dalam proses pengangkutan, warga mengerahkan sedikitnya lima truk untuk membawa sampah dari lokasi penumpukan.
Sampah yang sebelumnya menumpuk di kawasan tersebut diangkut secara swadaya oleh warga RW 008, Ciputat, Tangsel.
Dirinya mengatakan langkah tersebut diambil karena warga merasa berada dalam situasi darurat akibat krisis pengelolaan sampah.
“Jadi ini lebih kepada forum RW, ketua lingkungan yang syok krisis. Makanya kita bergerak semua. Carikan solusi, yang bisa kita tangani, kita optimalkan saja,” ujar Iwan saat dihubungi, Rabu (17/12/2025).
Iwan menjelaskan, pemindahan sampah ke lahan Roxy bersifat sementara sambil menunggu kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang kembali tertata dan siap menerima sampah.
“Sementara ini nunggu Cipeucang rapi. Sampah sementara kita tampung di lahan milik Pemkot Tangsel di Roxy, tapi itu juga sementara. Nanti kalau Cipeucang sudah rapi, baru kita minta dibuang kembali ke sana,” jelasnya.
Meski demikian, warga mengaku hanya mampu mengangkut sampah sebanyak lima truk.
Jumlah tersebut merupakan kapasitas maksimal yang bisa dilakukan secara swadaya, baik dari sisi armada maupun biaya operasional.
Iwan menegaskan, pengangkutan sampah ke lahan Roxy tidak akan dilanjutkan meskipun masih terdapat tumpukan sampah di sejumlah titik di wilayah Ciputat.
Penambahan volume sampah dikhawatirkan justru menimbulkan persoalan lingkungan baru.
“Tidak, karena kalau saya tambah ke sana, membuat masalah baru,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan lokasi lahan Roxy berdekatan dengan apartemen dan permukiman warga.
Oleh sebab itu, forum RW tidak ingin seluruh sampah di Ciputat dipindahkan ke lokasi tersebut.
Sebagai langkah lanjutan, forum RW berencana mencari alternatif lokasi lain untuk penampungan sementara, khususnya guna membersihkan sampah di jalan-jalan protokol.
Namun, upaya tersebut diakui tidak mudah karena berkaitan dengan izin lingkungan.
“Karena permasalahan sampah itu izin lingkungannya. Orang mau buang sampah, tapi tidak mau baunya, ini yang repot,” kata Iwan.
Ia menegaskan, langkah yang dilakukan warga masih sangat terbatas dan hanya bersifat sementara karena sepenuhnya bergantung pada kemampuan masyarakat.
“Ini solusi yang kita coba rapikan, walaupun tidak bisa masif karena armada terbatas. Biaya operasional pun benar-benar bergantung pada swadaya,” pungkasnya.
Terkait penggunaan lahan Roxy sebagai lokasi penampungan sementara sampah, Iwan Rosyadi, mengakui warga tidak mengantongi izin tertulis dari pemerintah daerah.
Ia menjelaskan, langkah tersebut diambil karena kondisi penumpukan sampah di lingkungan permukiman sudah dianggap darurat.
Oleh sebab itu, koordinasi yang dilakukan hanya sebatas komunikasi secara lisan dengan pihak Kelurahan Ciputat.
“Saya hanya meminta secara lisan saja. Ini kan darurat,” ujar Iwan.
Iwan menegaskan, penggunaan lahan Roxy semata-mata bersifat sementara sambil menunggu kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang kembali tertata dan dapat menerima sampah seperti semula.
Sementara itu, Lurah Ciputat, Iwan Pristiyasa, membenarkan dirinya mengetahui adanya aksi swadaya warga yang memindahkan sampah ke lahan milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan tersebut.
Namun, ia menegaskan dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memberikan izin penggunaan lahan aset pemerintah kota.
“Saya tahu, tapi saya tidak melarang dan tidak mengizinkan juga karena saya tidak punya kapasitas untuk memberi izin,” kata Iwan saat dikonfirmasi, Rabu (17/12/2025).
Menurutnya, langkah warga dilakukan secara spontan sebagai bentuk respons atas kondisi darurat penumpukan sampah yang terjadi di lingkungan permukiman Ciputat.
Meski tidak memberikan izin secara resmi, pihak kelurahan mengaku terbantu dengan gerakan swadaya yang dilakukan forum RW dalam mengurangi tumpukan sampah.
“Saya merasa terbantu dengan gerakan dari forum RW,” ujarnya.
Di lokasi terpisah, darurat sampah imbas tidak beroperasinya TPA Cipeucang juga terjadi di belahan wilayah Tangsel lainnya.
Satu di antaranya di batas kota antara Kota Tangsel dengan Kabupaten Tangerang.
Alih-alih menyambut hangat seriap warga yang datang, gerbang masuk Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang berada di Jalan Raya Cisauk atau yang juga dikenal sebagai Jalan Raya Serpong - Cisauk itu kini dipenuhi sampah.
Gapura yang menjadi batas antara Kota Tangsel dengan Kabupaten tangerang itu dalam kondisi memprihatinkan pada Senin (15/12/2025).
Di lokasi, terlihat tumpukan sampah berada di kedua sisi jalan.
Sampah-sampah yang dibungkus kantong plastik hitam dan putih itu berjejer di pinggir jalan, tepat di area pintu masuk kota.
Gapura berwarna abu-abu dengan aksen cokelat bertuliskan “Selamat Datang Kota Tangerang Selatan” tersebut sebenarnya dikelilingi pepohonan yang cukup rimbun.
Namun, hamparan sampah sepanjang sekitar 10 meter tampak kontras dan menyambut para pengguna jalan yang akan memasuki kota dengan jargon “cerdas, modern, dan religius” itu.
Seorang pedagang yang sehari-hari berjualan di sekitar lokasi, Ujang Wirawan mengaku resah dengan kondisi tersebut.
Menurutnya, tumpukan sampah terus bertambah dan mengganggu aktivitasnya mencari nafkah.
Baca juga: Siswa SD Kalibaru Kembali Belajar di Sekolah usai Insiden Mobil Pengakut Makanan Tabrak Siswa
“Saya jualan di sini setiap hari. Sekarang kondisinya sudah ampun-ampunan, sampahnya terus nambah. Saya juga enggak tahu ini sampah dari siapa, soalnya pas saya datang sudah berjejer di dekat lapak saya,” ujar pedagang sayur kepada TribunTangerang.com (Warta Kota Network) pada Senin (15/12/2025).
Ia juga menyebut persoalan sampah tidak hanya terjadi di lokasi tersebut. Kabar penuh sesaknya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong disebut menjadi salah satu penyebab merebaknya tumpukan sampah di berbagai titik.
“Katanya sampah sekarang ada di mana-mana karena TPA Cipeucang sudah penuh. Mudah-mudahan ada solusinya, karena bukan cuma di sini. Saya lewat ke mana-mana, sampah memang banyak sekarang,” tutupnya.
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie mengakui pengelolaan sampah di wilayahnya sempat tidak tertangani secara optimal dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi tersebut dipicu oleh proses perbaikan dan penataan konstruksi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.
“TPA Cipeucang sedang dalam tahap perbaikan dan penataan konstruksi serta timbunan sampahnya, sehingga memang dalam beberapa hari belakangan sampah tidak dapat masuk terlebih dahulu,” ujar Benyamin Davnie saat dikonfirmasi.
Ia menjelaskan, perbaikan saat ini difokuskan pada area landfill 3 di TPA Cipeucang. Setelah proses perbaikan tersebut rampung, landfill kembali dapat menampung sampah dari seluruh wilayah Tangerang Selatan.
“Cipeucang landfill 3 yang sedang dalam perbaikan dan masih bisa menampung sampah. Insyaallah bulan ini akan selesai perbaikannya,” jelasnya.
Meski demikian, Benyamin memastikan Pemkot Tangsel tetap mengupayakan solusi jangka pendek untuk mengatasi persoalan sampah. Salah satunya dengan mengajukan pemanfaatan fasilitas pengolahan sampah di luar daerah.
“PSEL sudah kita ajukan peminatannya dan saat ini masih menunggu tahap berikutnya dari Kementerian Lingkungan Hidup,” tutup Benyamin.