Renungan Harian Kristen Pagi Yakobus 1:2-8, Segelas Kopi Pahit
December 18, 2025 07:22 AM

TRIBUNMANADO.CO.ID - Firman Tuhan selalu bermanfaat sebagai petunjuk kehidupan kita umat yang percaya.

Namun tak hanya sekadar membaca, melainkan perlu direnungkan dan dilakukan.

Berikut rekomendasi renungan harian Kristen berjudul segelas kopi pahit.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Efesus 4:17-32, Haruskah Kita Mengampuni?

Renungan diambil dalam moment of inspiration LPMI oleh Yunus Siang

Firman Tuhan diambil dalam Yakobus 1:2-8

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3)

Pagi itu aku meneguk segelas kopi pahit tanpa gula.

Rasanya getir, membuat wajah mengernyit.

Namun setelah beberapa tegukan, rasa itu justru menenangkan dan memberi semangat.

Hidup pun sering seperti segelas kopi pahit.

Tuhan mengizinkan kita meneguk rasa getir kehilangan, penolakan, atau kegagalan bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk membentuk kita.

Dalam setiap pengalaman pahit, ada tangan Tuhan yang sedang bekerja diam-diam membentuk karakter kita.

Seberapa banyak dari kita yang kagum dengan Nick Vujicic?

Nick Vujicic lahir tanpa tangan dan kaki sebuah kondisi langka yang membuat hidupnya terasa sangat pahit.

Sejak kecil ia sering diejek dan merasa tidak berguna, bahkan sempat ingin mengakhiri hidupnya.

Namun saat mengenal kasih Kristus, pandangannya berubah.

Ia menyadari bahwa hidupnya bukan kutuk, tetapi anugerah.

Dari kepahitan itu, Tuhan membentuknya menjadi penginjil yang menginspirasi jutaan orang.

Hidup Nick seperti segelas kopi pahit yang Tuhan ubah menjadi kesak-sian manis tentang iman dan pengharapan.

Yesus sendiri tidak luput dari “cawan pahit” penderitaan.

Di taman Getsemani, Ia berkata, “Ya Bapa, bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42).

Ia taat, walau harus menanggung penderitaan.

Dari ketaatan itu, lahir keselamatan bagi dunia.

Begitu pula, saat kita bersedia menerima kepahitan hidup dengan iman, Tuhan memakai pengalaman itu untuk melahirkan kekuatan dan pengharapan baru dalam diri kita.

Kopi yang pahit mengajarkan kita bahwa tidak semua yang terasa getir itu buruk.

Paulus pun menulis, “Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3–4).

Tanpa kepahitan, kita takkan tahu dalamnya kasih Tuhan dan kuatnya iman yang Ia tanamkan.

Jadi, ketika hidup terasa pahit, jangan buang “kopi”-mu.

Nikmatilah perlahan dalam doa dan pengharapan.

Sebab di setiap tegukan yang getir, Tuhan sedang menanamkan rasa syukur dan kedewasaan rohani.

Dan kelak, kita akan berkata, “Ternyata dari segelas kopi pahit, aku belajar betapa manisnya kasih Tuhan.”

Inspirasi: Dari segelas kopi pahit, aku belajar bahwa tidak semua yang terasa getir itu buruk sebab di balik pahitnya hidup, kasih Tuhan meluluhkan hatiku.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.