TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau, Dr Wisdan Asfan HSB M.Kes mengungkapkan saat ini secara komulatif kasus HIV / AIDS di Provisi Riau berjumlah 11.078 kasus. Angka tersebut tercatat sampai triwulan ketiga tahun 2025.
Dari angka tersebut yang mengejutkan adakah 58 persen kasus HIV AIDS ada di Kota Pekanabru. Kemudian di Kabupaten Bengkalis dan kemudian Dumai serta Pelalawan.
Fakta tersebut diungkapkan Dr Wisdan saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru, Erwin Ardian Podcast "Ape Kesah" Rabu (17/12/2025).
Dalam Podcast yang dilaksanakan di Kantor Tribun Pekanbaru, Jalan H Imam Munandar tersebut, Dr Wisdan mengatakan dari angka tersebut saat ini ada sekira 7000 yang masih melakukan kontak baik untuk melakukan pencegahan.
" Namun yang membuat khawatir ada sekira 2000 penderita HIV / AIDS yang tidak melakukan pengobatan yang tentu saja berpotensi sebagai penular" ungkap Dr Wisdan.
Pada perbincangan yang mengalir dengan Erwin tersebut, Dr Wisdan mengatakan dari angka tersebut distribusinya 70 persen usia 25 tahun sampai 50 tahun. Kemudian. 21 persen pada usia 25 tahun ke bawah.
Baca juga: Video Kepala BGN Main Golf Viral, Dadan Hindayana Ngaku Aksi Galang Dana Bencana Sumatera
Baca juga: Tahanan Kasus Pencurian Kabur dari Polres Rohil, Izin ke Kamar Mandi Lalu Keluar Lewat Jendela
Dan yang patut jadi perhatian juga adalah 35 persen juga datang dari ibu rumah tangga.
"Sebagian besar penularan dari suami. Sebagian kecil dari istri ," ungkap Dr Wisdan.
"Kita punya data by name dan by nik. Jadi data pengidap HIV AIDS itu jelas. Ada foto dan nama yang jelas. Namun, semua data itu tentu saja rahasia. Ada di rumah sakit provinsi dan kabupaten. Namun, hanya satu orang yang bisa mengakses" ungkap Dr Wisdan.
Minum Obat Seumur Hidup
Dr Wisdan mengatakan penderita HIV AIDS harus mengkonsumsi obat seumur hidupnya karena obat bukan untuk menyembuhkan namun untuk meminimalisir perkembangan virus.
Karena itu, dengan rutin minum obat, maka fase tertentu pada tiga , enam bulan penderita bisa tidak menularkan ke orang lain.
"Nah, yang bahanya itu penderita yang tidak mau mengkonsumsinya obat. Karena sangat mungkin jadi penular," papar Dr Wisdan.
Proses Penularan
HIV AIDS bisa tersebar atau menular melalui tiga celah. Menurut Dr Wisdan pengukuran HIV pertama bisa terjadi dari ibu ke bayi yang dikandung.
Terkait dengan penularan ini, ia mengatakan bahwa usaha sekarang sudah sangat baik untuk memutusnya.
Jadi penularan bisa dilakukan saat persalinan. Namun, usaha dini sudah dilakukan dimana puskesmas dan klinik sudah harus melakukan pemeriksaan HIV saat pemeriksaan pertama pada ibu hamil.
" Jadi sejak dini sudah bisa terdeteksi. Jika ibunya positif. Maka langsung dilakukan pengobatan," ujarnya.
Penularan kedua bisa terjadi lewat darah. Nah, pada penularan ini, bisa terjadi pada transfusi darah. Karena itu, darah yang akan ditransfusi dilakukan skrening awal untuk memastikan apakah darahnya nasehat atau tidak.
Pengguna Narkoba yang sangat rentan pada penularan lewat darah ini. Karena mereka kerap menggunakan jarum suntik bersama-sama.
Penularan selanjutnya terjadi pada hubungan seksual. Ini berlaku bagi pasangan perempuan dan laki-laki.
Namun, yang bikin khawatir adalah mereka yang melakukan hubungan LSL yakni Lelaki seks Lelaki. Hubungan yang tidak wajar ini yang sangat berpotensi HIV AIDS
Visi Three Zero
Terkait dengan visi pencegahan HIV AIDS, Dr Wisdan mengungkapkan ada tiga hal yang jadi harapan
Pertama.Zero Kematian
Kedua Zero Penularan
Ketiga Zero Diskriminasi
Menurut Dr Wisdan visi tersebut seiring dengan usaha yang dilakukan. Meskipun terdengar berat, namun menurutnya bahwa setidaknya ada jalan yang ditempuh.
Usaha tersebut seiring dengan fungsi Komisi Penanggulangan AIDS Provisi Riau yakni fungsi
Koordinasi . Pada fungsi ini menurut Dr Wisdan semua pihak mau berbuat. " Karena itukah fungsi koordinas paling penting.
"Bagainana kita terus melakukan komunikasi dengan semua pihak yang terkait. Berkordinasi dengan dinas pendidikan, kemenag. Secara berjenjang kita lakukan pendistribusian edukasi terkuat HIV AIDS ini," ungpa Dr Wisdan.
Meskipun menurutnya disetiap kabupaten kota memiliki KPA, namun tentu saja daya jelahan tidak maksimal dengan jumlah audien yang akan diberikan edukasi.
Usaha yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan peran Forum LSM peduli HIV AIDS Riau. Namun, menurut Dr Wisdan keberadaan forum ini juga harus menjadi perhatian pemerintah.
" Kerena mereka bekerja dengan jarak yang ditempuh dan butuh konsumsi. Karena itu forum LSM peduli HIV AIDS ini kita harapkan mendapat perhatian juga dari pemerintah daerah" ungkap Dr Wisdan.
Pada fungsi koordinasi ini juga , kini sudah ada sebanyak 297 klinik VCT atau voluntary counselling and testing
Ini adalah layanan konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
" Namun sifatnya tidak paksaan," ujar Dr Wisdan.
- Fungsi Pusat Informasi
Masih berkaitan erat dengan dengan fungsi koordinasi, fungsi informasi ini KPA harus jadi tempat informasi bagi mereka yang butuh berbagai edukasi terkait HIV AIDS.
- Audiensi dan Konsultasi
Bagiamana KPA terus melakukan audien dengan pemilik kebijakan. Dengan mereka yang tentu saja terkait pada pemilik audien yang begitu luas
Mulai dari kalangan kampus, sampai pada pendidikan setingkat SLTA Sederajat. " Karena mereka punya lingkup yang besar. Jadi kita senantiasa mendekati dan memajukan audiensi untuk pencegahan HIV AIDS" ungkap Dr Wisdan.
Melihat bahwa potensi penukaran HIV AIDS tersebut sangat memungkinkan, Dr Wisdan memberikan tiga pesan penting.
Pesan tersebut disampaikan di akhir bincang Ape Kesah bersama Tribun Pekanbaru. Menurut Dr Wisdan, tiga hal yang jadi perhatian adalah
Jaga diri sendiri
Jaga keluarga
Jaga lebih banyak orang.