TRIBUNNEWS.COM, JEPANG - Meningkatnya jumlah tenaga kerja asing di Jepang, termasuk dari Indonesia, tidak lepas dari sistem pendampingan yang dinilai matang dan menyeluruh. Mulai dari pelatihan teknis, pendidikan bahasa, hingga bimbingan kehidupan sehari-hari, Jepang dinilai berhasil menciptakan ekosistem kerja yang membantu pekerja asing beradaptasi dengan cepat.
Hal itu diungkapkan Profesor Masao Manjome dari Universitas Tokai berdasarkan survei kepuasan tenaga kerja asing yang ia lakukan di Jepang.
Dalam survei tersebut, tiga aspek utama yakni bimbingan teknis, pendidikan bahasa Jepang, dan pendampingan kehidupan mendapat penilaian tinggi dari para responden.
“Bimbingan teknis Jepang yang solid, pendidikan bahasa, dan bimbingan hidup yang cermat sangat dievaluasi oleh para tenaga kerja asing,” ujar Manjome kepada pers, baru-baru ini.
Menurut Manjome, sistem pelatihan teknis di Jepang dikenal terstruktur dan disiplin, dengan orientasi kuat pada kualitas kerja.
Pola tersebut dinilai membantu pekerja asing memahami standar kerja Jepang yang relatif tinggi, sekaligus mempercepat proses adaptasi di lingkungan kerja.
Baca juga: Pasangan di Jepang Tewas di Dalam Sauna yang Terbakar, Pintu Diduga Rusak, Tombol Darurat Mati
Di sisi lain, pendidikan bahasa Jepang juga memegang peran krusial. Kemampuan berbahasa tidak hanya mempermudah komunikasi di tempat kerja, tetapi juga membuka jalan bagi integrasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di ruang publik.
Tak kalah penting, pendampingan kehidupan—yang mencakup urusan tempat tinggal, pemahaman aturan sosial, hingga layanan konsultasi—memberikan rasa aman bagi pekerja asing yang baru menetap di Jepang. Aspek ini dinilai menjadi penopang psikologis, terutama pada masa-masa awal bekerja.
Temuan survei tersebut menjadi semakin relevan bagi Indonesia.
Berdasarkan data resmi Jepang per 30 Juni 2025, jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Jepang mencapai 230.689 orang, tersebar dalam sekitar 35 jenis status visa.
Dari jumlah tersebut, pemegang visa Tokutei Ginō (Keterampilan Khusus) tercatat paling banyak, yakni 69.537 orang. Disusul pemegang visa Technical/Humanities/International Services sebanyak 9.514 orang, serta visa pelajar sebanyak 7.352 orang. Sementara itu, WNI dengan status izin tinggal tetap (permanent resident) mencapai 8.165 orang.
Di sektor kesehatan, tercatat 1.676 WNI bekerja sebagai perawat dan perawat lansia (kaigo), meskipun sebagian besar di antaranya kini telah beralih menggunakan visa Tokutei Ginō khusus bidang keperawatan.
Profesor Manjome menilai, kombinasi antara pelatihan teknis, pendidikan bahasa, dan pendampingan sosial menjadi kekuatan utama Jepang dalam menarik sekaligus mempertahankan tenaga kerja asing, di tengah tantangan serius berupa kekurangan tenaga kerja akibat penuaan penduduk.
Ia menambahkan, apabila sistem pendampingan tersebut terus diperkuat dan disesuaikan dengan latar belakang budaya serta kebutuhan pekerja asing, Jepang akan semakin menarik sebagai tujuan kerja jangka menengah hingga panjang—termasuk bagi tenaga kerja asal Indonesia.
Diskusi beasiswa di Jepang dilakukan Pencinta Jepang gratis bergabung. Kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email: tkyjepang@gmail.com