TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Penertiban aktivitas jual beli di Pelabuhan Lama Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara, membuat pedagang kecil harus memutar otak.
Salah satunya Widiastuti, pedagang makanan dan minuman yang kini beralih menjual ikan demi menambah penghasilan.
Sejak layanan speedboat reguler dipindahkan ke Pelabuhan Keramat, kawasan Pelabuhan Lama di Jalan Jenderal Sudirman, Tana Tidung menjadi sepi. Pendapatan Widiastuti pun turun drastis.
"Dulu saya memang jualan makanan juga di sini, tapi semenjak pelabuhan dipindah jadinya sepi. Pendapatan paling Rp50 ribu sampai Rp70 ribu saja, karena kopi kan satu gelas cuma Rp5 ribu," ujarnya, Kamis (18/12/2025).
Kondisi itu membuatnya mencoba berjualan ikan. Namun aktivitas tersebut tidak setiap hari, hanya sekali atau dua kali dalam sepekan, menyesuaikan ketersediaan hasil laut.
"Makanya itu saya sampai berjualan ikan di sini. Itu pun paling seminggu sekali atau dua kali. Datang langsung habis, tidak pernah sampai berhari-hari, karena saya jual online juga, jadi orang pesan duluan," ungkapnya.
Baca juga: Sempat Adu Mulut saat Penertiban, Satpol PP Tana Tidung Pastikan Pedagang Ikan tak Melawan
Widiastuti mengakui Pemkab Tana Tidung sudah menyediakan lapak di Pasar Imbayud Taka. Namun, posisinya yang berada di bagian belakang membuat pembeli jarang datang.
Alasan tersebut yang membuatnya enggan pindah dari Pelabuhan Lama.
"Sebenarnya memang sudah dikasih tempat berjualan di pasar, tapi posisinya paling belakang. Sedangkan orang beli kan paling yang bagian depan saja, jadi yang belakang itu kurang orang mau masuk," tuturnya.
Harga ikan yang ia jual di Pelabuhan Lama sengaja dipatok lebih murah dibandingkan pasar.
Menurutnya, tujuan utama bukan mencari keuntungan besar, melainkan membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi.
"Saya jualan di sini memang harganya lebih murah. Niat saya membantu masyarakat, bukan untuk cari untung banyak. Kalau di pasar kan harganya lumayan mahal," ungkap Widiastuti.
Ia menekankan pedagang perlu mempertimbangkan kondisi pembeli.
"Kalau kita semua jual harga mahal, kasihan masyarakat yang kekurangan uang. Kita juga mikir bagaimana rasanya kalau kita kepingin makan tapi tidak punya uang," ucapnya.
Baca juga: Tertibkan Pedagang Ikan di Pelabuhan Lama, Dishub Tana Tidung Bantah Bertindak Represif
Selain itu, biaya sewa lapak Rp700 ribu per bulan menjadi beban tersendiri. Pendapatan dari makanan dan minuman tidak cukup, sehingga ia mengandalkan penjualan ikan untuk menutup kebutuhan.
"Ini juga sumber penghasilan saya untuk bayar sewa tempat Rp700 ribu sebulan. Bisa kah saya minta pemerintah yang bayar? Makanya saya jualan ikan, karena kalau mengharap dari jualan makanan dan minuman, hasilnya sedikit," ungkapnya.
(*)
Penulis : Rismayanti