TRIBUN-BALI.COM - Nilai tukar rupiah kembali bergerak di atas level Rp 16.700, pada pertengahan Desember ini.
Kamis (18/12), kurs rupiah di pasar spot melemah Rp 29 atau 0,17 persen menjadi Rp 16.723 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini adalah pelemahan rupiah di hari keempat berturut-turut. Dalam empat hari, kurs rupiah mengakumulasi pelemahan 0,46?ri posisi Rp 16.646 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Senasib, kurs rupiah Jisdor pun melemah dalam empat hari terakhir. Hari ini saja, kurs rupiah Jisdor melemah Rp 24 atau 0,14 % menjadi Rp 16.722 per dolar AS.
Dalam empat hari, kurs rupiah Jisdor melemah total 0,42?ri Rp 16.652 per dolar AS. Kurs rupiah melemah ke level terendah dalam hampir sebulan terakhir.
Kepemilikan asing pada instrumen surat berharga negara (SBN) yang turun dalam tiga bulan hingga November 2025 mulai stabil.
Baca juga: ANJLOK Okupansi Villa Padahal High Season Akhir Tahun, Sepi Libur Nataru, Marak Penipuan Penyewaan?
Baca juga: PHRI Bali Tetap Optimistis Kunjungan Wisatawan Tercapai Hingga Akhir Tahun 2025.
Kepemilikan asing pada SBN per 16 Desember 2024 mencapai Rp 874,80 triliun. Angka ini naik tipis dari posisi akhir November yang mencapai Rp 872,16 triliun.
Sepanjang Desember 2025 ini, harga SBN acuan di pasar juga mulai stabil. Imbal hasil SBN acuan tenor 10 tahun bertahan di level 6,16 % setelah sempat melonjak hingga 6,29 % pada awal Desember.
Tetapi, imbal hasil ini masih lebih tinggi ketimbang posisi terendah tahun ini yang tercatat pada pertengahan Oktober yakni di angka 5,93 % .
Artinya, harga SBN kembali turun sejak Oktober. Rupiah hari ini menjadi mata uang dengan pelemahan paling dalam. Yen Jepang melemah 0,09 % . Won Korea melemah 0,08 % .
Baht Thailand melemah 0,02 % . Dolar Taiwan melemah 0,01 % . Dolar Hong Kong melemah 0,006 % . Sementara peso Filipina justru menguat 0,26 % . Rupee India menguat 0,13 % . Yuan China menguat 0,04 % . Ringgit Malaysia menguat 0,03 % .
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat 0,09 % menjadi 98,45. Hari ini, AS akan mengumumkan data inflasi November. Sedangkan dari Eropa, bank sentral Eropa dan Inggris akan merilis kebijakan moneter terbaru.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, ketidakpastian mengenai perekonomian AS meningkat minggu ini, terutama karena data resmi pemerintah memberikan sinyal yang beragam mengenai pasar tenaga kerja. Operasi pembelian aset Federal Reserve juga memicu beberapa keraguan atas likuiditas pasar di negara tersebut.
“Pasar kini menantikan data inflasi indeks harga konsumen (CPI) yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk mengenai perekonomian terbesar di dunia,” ujar Ibrahim, Kamis (18/12).
Ibrahim menambahkan bahwa data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi CPI utama sedikit meningkat.
Sementara CPI inti diperkirakan akan tetap stabil di angka 3 % per tahun. Pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua pertimbangan terbesar Fed untuk menyesuaikan kebijakan.
Namun, selain suku bunga, pasar juga khawatir tentang potensi periode stagflasi bagi perekonomian AS, sebuah skenario di mana pengangguran meningkat seiring dengan inflasi.
Ibrahim memproyeksikan rupiah pada Jumat (19/12) bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 16.720 - Rp 16.750 per dolar AS. (kontan)