TRIBUNNEWSMAKER.COM - Bripka AS ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan terhadap Faradila Amalia Najwa alias FAN (21), adik iparnya yang berstatus mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan sejumlah pihak menyebut ia memiliki perangai arogan.
Fakta mengenai sikap tersebut diungkapkan oleh salah satu rekan sesama anggota kepolisian yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Menurut sumber itu, latar belakang Bripka AS sebagai mantan anggota Brimob turut membentuk karakter keras yang kerap memicu gesekan.
Ia disebut sering berseteru tidak hanya dengan rekan satu institusi, tetapi juga dengan orang-orang di luar lingkungan kepolisian.
"Kalau dengar dari omongan ke omongan, katanya dia arogan. Selain itu, Bripka AS ini tidak hanya teman polisinya, teman luar yang bukan polisi juga menyebutnya PK (Penjahat Kelamin)," ujar seorang polisi yang enggan disebut namanya.
Pernyataan tersebut menggambarkan reputasi negatif yang telah lama beredar di kalangan internal maupun eksternal.
Sumber yang sama juga mengaku pernah terlibat konflik pribadi dengan Bripka AS akibat persoalan hubungan asmara.
"Bahkan dulu pernah ada konflik sama saya, karena menjalin hubungan dengan mantan saya dan saya diminta untuk tidak menghubungi mantan saya lagi. Katanya sih karena dia terlanjur sayang," pungkasnya.
Baca juga: Fakta Baru Kematian Mahasiswi UMM, Pelaku Diduga Tak Sendiri, Bripka AS Diamankan Polda Jatim
Keterangan bernada serupa juga datang dari orang dekat keluarga almarhumah FAN, yakni Felani (32), sopir pribadi keluarga korban.
Melansir Surya.co pada Kamis (18/12/2025), Felani menyebut Bripka AS telah tiga kali bercerai sebelum akhirnya menikahi kakak korban bernama Husnawiyah.
"Pelaku (Bripka AS) nikah dengan kakak korban ini pas jadi duda 3 kali. Menikah dengan Husna pas posisi Husna masih perawan," kata Felani.
Ia menambahkan riwayat penugasan Bripka AS yang sempat berpindah lokasi tanpa diketahui alasan pastinya.
"Setahu saya, sebelum dipindah ke Polsek Krucil, dia (Bripka AS) ini tugas di Polsek Tiris. Tidak tahu karena masalah apa, makanya pas dipindah," imbuhnya.
Menurut Felani, perbuatan Bripka AS dinilai sudah di luar nalar dan mencerminkan kurangnya rasa syukur.
Penilaian itu didasarkan pada berbagai fasilitas yang telah diberikan oleh pihak mertuanya kepada Bripka AS.
"Abah (Mertua Bripka AS) kalau di desa memang dikenal sultan. Karena banyak usahanya seperti dagang sembako, material bangunan, travel dan truk hingga jual beli tanah," tutur Felani.
Sementara itu, kerabat korban Agus Subiyanto menyebut bahwa setelah menikah hampir empat tahun, Bripka
AS telah dikaruniai satu anak dan istrinya kini tengah hamil, seraya menambahkan, "Kalau tidak salah itu menikah sudah hampir 4 tahun. Kalau Bripka AS ini orang Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan, yang informasinya orang tuanya jual gorengan," ujar Agus.
Jasad Faradila Amalia Najwa ditemukan dalam kondisi telentang di dasar sungai yang kering dengan posisi lutut kaki tertekuk dan pakaian masih lengkap di pinggiran sungai Jalan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Selasa (16/12/2025).
Dari hasil autoposi jasad Faradila menunjukkan sejumlah lebam dan memar ditubuh mengindikasikan tindakan kekerasan yang dilakukan Bripka AS.
Hal tersebut disampaikan Samsul (40) selaku sopir pribadi keluarga korban usai menerima hasil tersebut dari rumah sakit Bhayangkara, Watukosek, Sidoarjo.
"Saya biasanya yang jemput dia (Korban) kalau mau pulang ke Probolinggo dan yang ngantarkan juga kalau mau balik. Jadi sama abah (Ayah korban) yang disuruh ke rumah sakit itu saya," ungkap Samsul, Rabu (17/12/2025) melansir dari Surya.co.id.
Samsul menyebut dibagian leher ada bekas cekikan, bagian dahi ada bekas pukulan, di bagian nadi ada bekas tekanan dan di bagian paha ada bekas cubitan.
Cara sadis itu dilakukan Bripka AS kepada adik iparnya sendiri yang disebut tidak memiliki hubungan harmonis.
Dari keterangan pihak kepolisian, lanjut Samsul, ada kejanggalan saat korban ditemukan.
Hal itu diketahui saat helm korban dibuka dan ternyata rambut hingga pipinya berlumuran lumpur, sedangkan helm yang dikenakan seperti baru beli.
Pihak keluarga menduga jika pembunuhan Faradila sengaja ditutupi Bripka AS dengan dalih jadi korban begal.
"Kalau helm nya sendiri masih ada di kos nya sama sepeda motornya. Mungkin, dipakaikan biar dikira jadi korban begal, terlebih lagi HP dan tas nya juga hilang,"ujarnya.
Korban, menurut Samsul, juga memiliki sifat pendiam dan perhatian. Bahkan jika berada di rumahnya, korban jarang keluar rumah kecuali ingin membeli sesuatu di toko.
"Orangnya pendiam, tapi pemberani. Jarang sekali keluar rumah, paling cuma beli di toko dekat rumah. Kalau saya antarkan balik ke Malang, pasti selalu bertanya rokok saya ada apa tidak, dan sudah makan apa tidak," pungkasnya.
Berdasarkan rekaman CCTV di tempat kos korban, sebelum ditemukan tewas FAN dijemput oleh ojek online pada Selasa malam sekitar pukul 08.14 WIB.
Sementara itu, dari CCTV di sekitar tempat kejadian perkara, terlihat sebuah mobil Strada Triton double cabin milik terduga pelaku mondar-mandir di lokasi.
Hal ini diungkap ayah korban, Ramlan.
"Bahkan mobil double cabin itu saya sendiri yang membelikannya,” kata Ramlan.
Ramlan mengaku mendapat informasi awal dari Kapolres Pasuruan terkait penemuan jasad putrinya.
Sebelum ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim, Bripka AS ternyata sempat ke Rumah Sakit Bhayangkarra, Watukosek, Pasuruan tempat jasad Faradila di autopsi.
Bripka AS mendatangi rumah sakit itu setelah diminta orangtua korban yang juga mertuanya, H Ramlan.
Saat itu Bripka AS datang bersama dua sopir pribadi keluarga korban, yakni Samsul (40) dan Abdul (48). Namun, ketiganya pergi menggunakan kendaraan masing-masing.
Setiba di RS Bhayangkara, sambil menunggu hasil autopsi, Samsul sempat pergi ke warung sekitar untuk makan.
Tak berselang lama, datang Bripka AS bersama beberapa orang dari Polda Jatim.
"Ke saya bilangnya pergi sebentar karena masih ada urusan di Polda. Setelah makan, baru lah saya dapat kabar kalau dia (Bripka AS) ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim," kata Samsul, Rabu (17/12/2025).
Penangkapan itu dikuatkan dengan adanya rekaman CCTV di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan tubuh korban di Desa/Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
"Di rekaman CCTV yang tak jauh dari lokasi korban ditemukan itu menampilkan ada mobil tryton double kabin warna merah dop yang mondar mandir. Mobil itu memang milik yang bersangkutan karena dibelikan oleh abah (Ayah korban)," terang Samsul.
Samsul mengaku sempat bertanya kepada petugas kamar jenazah tentang gerak-gerik Bripka SA sebelum ditangkap.
Ternyata Bripka SA sempat masuk ke kamar jenazah namun tidak melihat tubuh korban.
"Cuma masuk ke kamar jenazah saja, tapi tidak sampai lihat atau buka kantong jenazah korban," pungkasnya.
Menurut pengakuan keluarga yakni orang tua korban, memang hubungan keduanya di mata keluarga korban sama sekali tidak harmonis.
Bripka AS dan korban memiliki hubungan yang sangat tidak harmonis.
Begitupun juga antara terduga pelaku dengan kakak sulung korban.
FAN (21) merupakan anak bungsu dari Pasangan Suami Istri (Pasutri) H. Ramlan (60) dan Siti (52).
Sedangkan kakak sulung korban FAN (21) bernama Yanu (36) dan kakak kedua korban bernama Husna (34).
Husna (34) ini diketahui sebagai istri dari terduga pelaku yakni Bripka AS.
Saat ditemui wartawan Tribunjatim Network di rumah duka, ayah korban H. Ramlan mengungkapkan hubungan tidak harmonis tersebut.
H.Ramlan mengungkap jika hubungan anak sulung dan anak bungsunya dengan Bripka AS tidak harmonis sejak lama.
Bripka AS merupakan menantu H. Ramlan.
Terakhir berkomunikasi dengan korban, menurut Ramlan, itu 3 hari sebelumnya atau pada tanggal 14 Desember 2025.
Saat itu korban meminta untuk diisikan token listrik.
Karena saat itu, korban berada di Malang.
"Sebelum anak saya ditemukan meninggal dunia, dari CCTV kos nya itu terlihat dijemput oleh ojol. Kemudian tahunya kalau anak saya meninggal dunia keluarga dihubungi Polres Pasuruan setelah identitasnya diketahui dari sidik jari," kata Ramlan, Rabu (17/12/2025).
(Tribunnewsmaker.com/ TribunSumsel)