SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kuasa Hukum PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Berman Limbong SH MH mengakui proses akusisi Sriwijaya FC dengan investor sudah hampir final.
"Pengertian akuisisi ini kan bisa sempit, bisa luas. Pengertian akuisisi ini beli saham. Itu belum terlaksana. Sekarang sudah hampir final," ungkap Berman Limbong yang juga Direktur Kompetisi Sriwijaya FC kepada Sripoku.com, Jumat (19/12/2025).
Berman Limbong yang juga seorang kurator meyakini hasil dari putusan Pengadilan Niaga atas permohonan PKPU (pernyataan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang) yang diajukan pihak Hotel Majestic Palembang, Sumatera Selatan membawa dampak besar terhadap proses akuisisi Sriwijaya FC ini.
"Tapi dengan gugatan permohonan ke pengadilan ini, saya yakin itu akan merubah total niat daripada calon investornya dalam proses akuisisis Sriwijaya FC," kata Berman Limbong.
Ia menyesalkan di saat-saat genting PT Digi Sport Asia yang merupakan pemegang saham PT SOM tengah berupaya menyelamatkan Sriwijaya FC agar tidak terdegradasi ke Liga 3 alias bertahan di kompetisi Pegadaian Championship, datang gugatan yang meminta untuk mempailidkan Elang Andalas.
"Makanya kita bilang ada apa, ini pesanan siapa? Kita kan teman-teman dari PT Digi Sport Asia ini berupaya maksimal untuk mempertahankan Sriwijaya FC ini di Liga 2 (Pegadaian Championship)," ujarnya.
Manajemen Sriwijaya FC kata Limbong, telah berusaha agar klub ini masih diminati investor sehingga bisa terselamatkan.
"Sama seperti kiasan tadi kita mau jual rumah atau mau jual mobil kan gak mungkin mobil baret-baret kita tawarin kan. Setidaknya kita poles dulu. Kalau di klub ini, memoles itu ya mempertahankan statusnya. Kita pertahankan ni statusnya. Kita perbanyak rugi, masukin duit musim 2024/25," katanya.
Berman Limbong meyakini nasib Laskar Wong Kito tinggal kenangan, seandainya nanti putusan Pengadilan Negeri Niaga putusannya mengabulkan permohonan PKPU (pernyataan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang) yang diajukan pihak Hotel Majestic.
"Kalau putusan majelisnya tidak menyenangkan, ya sudah tinggal kenangan Sriwijaya FC ini.
Klub kebanggaan Sumatera Selatan, Sriwijaya FC tengah berada di titik krusial. Proses akuisisi dengan calon investor masih berlangsung, namun manajemen menegaskan tidak akan melepas 100 persen kepemilikan demi menjaga identitas Elang Andalas .
Kuasa hukum sekaligus Direktur Kompetisi PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), Berman Limbong SH MH, menegaskan bahwa akuisisi ini bukan berarti menyerahkan seluruh kendali klub.
"Sesungguhnya itu yang sedang kita lakukan. Kita sedang dalam proses akuisisi kepada calon investor. Sekarang masalahnya kita tidak mau melepas begitu saja. Kita tunggu hitung berapa persenkah yang mau dilepas," ungkap Berman Limbong yang juga Direktur Kompetisi PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) selaku manajemen pengelola Sriwijaya FC.
Berman Limbong yang juga kurator menjelaskan akuisisi Sriwijaya FC bukan berarti 100 persen pengelolaannya diserahkan ke calon investor tersebut.
Manajemen ataupun owner Sriwijaya FC ini punya alasan yang mulia tak ingin melepas 100 persen dalam akuisisi ini demi mempertahkan ciri khas Elang Andalas yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan.
"Kalau dilepas 100 persen ciri khasnya klub itu kan akan apa kata yang punya. Kita mau tetap mempertahankan ciri khas Sriwijaya FC ini adalah klub sepak bola kebanggaan daripada kota Palembang maupun Sumatera Selatan. Kalau diakuisisi 100 persen, dia bisa pindahin itu ke mana-mana. Sama seperti Sumsel United yang tadinya dari Subang akhirnya bergeser ke Palembang," beber Berman Limbong.
Berman Limbong terang-terang mengatakan nasib Sriwijaya FC jika tidak ada yang menjadi investor baru yang mau mengakuisisi, tidak usah bermimpi naik di Liga 1.
"Bertahan di Liga 2 aja saya pikir gak mungkin. Saya bilang jangan mimpi masuk Liga 1," ujarnya.
Limbong pun memaparkan PT Digi Sport Asia mulai ikut mengelola Sriwijaya FC di bulan Agustus 2024. Dan setelah ikut mengurus, banyak yang dibayarkan tagihan-tagihan sebelumnya.
"Artinya keberadaan Digi di sana sudah mengurangi kewajibannya Sriwijaya FC. Sekarang orang berpikir ini jadi hutangnya Digi. Ada dibangun sentimen publik, seolah-olah ini kewajibannya Digi. Secara badan hukum tidak. Itu tetap kewajibannya PT SOM. Itu perlu pemahaman pada teman-teman pecinta Sriwijaya FC," paparnya.
Ia menyesalkan orang menggiring opini itu tanggung jawabnya PT Digi Sport Asia. Digi yang tidak mau dicap sebagai orang yang tidak mau melakukan kewajiban.
"Digi berhitung. Selama musim kompetisi ini keterlibatan gua segini ya. Yang mau gua hitung segini. Kalau bicara Digi. Kan gitu. Tapi kalau bicara kewajiban, kan bukan kewajiban Digi. Itu kewajiban PT SOM," katanya.
Keterlibatan PT Digi Sport Asia di Sriwijaya FC semula karena ada putusan pengadilan karena PT SOM gagal mengelola yang pernah digelontorkan oleh PT Digi.
Digi pada tahun 2018 menggelontorkan sejumlah uang untuk mengembangkan Sriwijaya FC. Yang ada bukannya dikembangkan, malah statusnya jadi turun ke Liga 2.
Terus-terus minta dipertanggungjawabkan, gak dipertanggungjawabkan lalu kita gugat di pengadilan. Pengadilan memerintahkan mereka untuk mengembalikan itu.
Dan karena ketidak mampuan mereka maka pengadilan mengatakan dikonversi menjadi saham sesuai dengan akta ketika mereka menggelontorkan uang.
Baca juga: Sriwijaya FC Terancam WO Kontra PSMS Medan, Jika Senin Nanti Gugatan Majestic Terkabul
Sampai akhirnya beberapa pihak di 2025 di RUPS diberhentikan. Karena jujur aja selama ini banyak praktek-praktek curang yang terjadi, yang membuat Sriwijaya FC ini akhirnya sampai di titik terendah seperti sekarang.