Influencer Tiongkok Tiru Rosé Blackpink Di Toko Pop-Up, Picu Kontroversi Online
December 19, 2025 10:38 AM

Aksi Seorang Influencer Menirukan Rosé Blackpink Di Acara Toko Pop-Up Di Chengdu Memicu Perdebatan Tentang Batasan Penggemar Dan Identitas Selebriti.

TRIBUNTRENDS.COM - Aksi seorang influencer Tiongkok menirukan Rosé dari grup K-pop Korea Selatan Blackpink di sebuah toko pop-up telah memicu perdebatan online tentang budaya penggemar dan identitas selebriti.

Rosé, yang dikenal karena suara unik dan gaya bernyanyinya yang serbaguna, memiliki lebih dari 80 juta pengikut di media sosial.

Karier penyanyi Korea-Selandia Baru ini melejit dengan kesuksesan lagu solonya APT, setelah itu ia menandatangani kontrak dengan agensi ternama WME.

Baca juga: Rumor BLACKPINK Tak Akur Beredar Gegara Jennie Hapus Foto Bareng Rose, Kini Klarifikasi

Seorang influencer asal Tiongkok bernama Daisy, yang menyebut dirinya sebagai "blink", sebutan resmi untuk fandom Blackpink, adalah penggemar Rosé. Ia telah mengumpulkan lebih dari 500.000 pengikut dengan membagikan video-video penyanyi tersebut.

Influencer berambut pirang, Daisy, hadir di acara pop-up di sebuah pusat perbelanjaan.
Influencer berambut pirang, Daisy, hadir di acara pop-up di sebuah pusat perbelanjaan. (RedNote)

Daisy sering duduk di barisan depan saat konser, sambil memegang papan bertuliskan pesan cinta dan dukungan untuk Rosé.
Baru-baru ini, sebuah pusat perbelanjaan di Chengdu, di barat daya Tiongkok, meluncurkan toko pop-up Rosé dan mengundang Daisy sebagai "manajer toko satu hari".

Beberapa hari sebelum acara tersebut, Daisy mengunggah di media sosial, dengan bercanda mempromosikan perannya dengan keterangan "merebut kekuasaan".

Acara tersebut menampilkan merchandise resmi Rosé dan area foto bertema Blackpink, tetapi kebingungan muncul ketika Daisy diperkenalkan sebagai tamu spesial yang dapat diajak berinteraksi oleh para pengunjung.

Muncul video yang menunjukkan Daisy berambut pirang mengenakan pakaian yang sangat mirip dengan pakaian Rosé berpose untuk foto bersama para penggemar.

Daisy berdandan seperti ikon Blackpink dan bahkan menandatangani kartu pos dengan gambar bintang tersebut.
Daisy berdandan seperti ikon Blackpink dan bahkan menandatangani kartu pos dengan gambar bintang tersebut. (RedNote)

Kontroversi semakin memanas ketika Daisy menandatangani namanya sendiri pada kartu pos yang menampilkan gambar Rosé.

Kolom komentarnya dibanjiri kritik.

Seorang penggemar Rosé menulis: “Tanda tangannya bahkan meniru tanda tangan Rosé, dengan gambar bunga kecil di ujungnya. Dia menikmati peran sebagai bintang, menikmati tepuk tangan dan perhatian. Ini memalukan.”

Orang lain berkata: “Di acara itu, banyak orang mengira seorang bintang besar telah tiba. Semua orang berfoto dengan Daisy; dia mencuri perhatian, tetapi dia bukanlah gadis yang saya cintai.”

Daisy bersikeras bahwa dia diundang oleh pusat perbelanjaan tersebut dan ikut serta sesuai rencana mereka, dengan tujuan menciptakan kenangan positif bagi para penggemar.

Dia mengatakan bahwa dia tidak menerima bayaran apa pun untuk penampilannya dan meminta maaf atas kebingungan yang disebabkan oleh tindakannya.

Daisy juga mengatakan bahwa kekagumannya pada Rosé dimulai pada tahun 2019 dan didorong oleh "cinta yang murni dan teguh", bukan keinginan untuk mendapatkan perhatian.

Pada tanggal 16 Desember, pusat perbelanjaan tersebut menyatakan bahwa acara tersebut tidak secara resmi diselenggarakan atau didukung oleh Blackpink atau agensi Rosé dan meminta maaf atas kesalahan dalam pengaturannya.

Insiden tersebut memicu perdebatan sengit di media sosial.

Salah satu netizen berkomentar: “Perilaku Daisy mengaburkan batasan antara penggemar dan idola. Meskipun dia sudah meminta maaf, dia tetap menyakiti sebagian penggemar Rosé.”

Yang lain menulis: “Daisy hanyalah seorang penggemar, bukan perwakilan resmi. Pusat perbelanjaan seharusnya lebih berhati-hati dalam mengawasi acara tersebut untuk menghindari menyesatkan publik.”

Para ahli hukum juga turut memberikan pendapat, dengan seorang pengacara menjelaskan bahwa citra, suara, dan ciri-ciri yang mudah dikenali dari tokoh publik dilindungi oleh hukum kekayaan intelektual dan hak kepribadian.

Seorang narasumber dari agensi bakat di Beijing mengatakan: “Jika tindakan seorang peniru membingungkan publik atau menghasilkan keuntungan, ini bisa dianggap sebagai pelanggaran.” (Tribuntrends/SCMP/Elisa Sabila Ramadhani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.