POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Kisah perjuangan dan pengharapan terukir indah dalam prosesi wisuda di Akademi Teknik Kupang hari ini.
Alfianus Lette, A.Md.T., putra dari pasangan Gerson Lette dan istrinya—yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung sekaligus koster di Gereja Kota Baru Kupang—resmi menyandang gelar Ahli Madya Teknik.
Di tengah keterbatasan ekonomi, keluarga Lette tetap setia berjuang dan menaruh harapan kepada Tuhan.
Wisuda ini bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga, tetapi juga kesaksian tentang ketekunan, iman, dan kesetiaan Allah yang menyertai proses hidup umat-Nya.
Sebagai ungkapan syukur, keluarga menggelar ibadah doa syukur yang dipimpin oleh Pdt. Feby Mesakh Frans, S.Th., didampingi oleh Pdt. Dina W. Dethan Penpada, M.Th., bersama para majelis jemaat. Dalam khotbahnya yang berangkat dari Amsal 3:5–6, Pdt. Feby menegaskan bahwa wisuda adalah momen syukur, bukan semata karena satu tahap pendidikan telah diselesaikan, melainkan karena kesetiaan Allah yang menyertai sepanjang perjalanan hidup.
Baca juga: Hadiri Syukuran Gedung Baru Akademi Teknik Kupang, Gubernur Melki Beri Pesan Khusus
“Keberhasilan bukan hanya hasil kecerdasan, disiplin, atau kesempatan, tetapi buah dari anugerah Allah yang bekerja melalui proses,” ungkap Pdt. Feby.
Ia menekankan bahwa Allah tidak hanya hadir di akhir perjalanan, melainkan aktif menyertai setiap tahap—termasukdalam kegagalan, kelelahan, dan pergumulan. Iman, katanya, bersifat prosesual, bukan instan.
Menggambarkan karya Allah dalam hidup manusia, Pdt. Feby mengibaratkan seperti seorang penenun yang dengan sabar mengerjakan setiap benang hingga menjadi kain yang utuh. “Kita sering hanya melihat hasil akhir—wisuda—sementara Allah setia bekerja pada setiap ‘benang’ kehidupan, hari demi hari,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa wisuda bukanlah puncak hidup, melainkan titik peralihan menuju panggilan dan tanggung jawab baru.
Mengakui Tuhan dalam segala langkah hidup berarti mempercayakan masa depan sepenuhnya dalam penyelenggaraan ilahi (providentia Dei).
Tuhan yang meluruskan jalan, jelasnya, bukan menjanjikan hidup tanpa masalah, melainkan hidup yang diarahkan sesuai kehendak-Nya yang baik dan penuh kasih.
Dalam aplikasinya, jemaat diajak untuk mensyukuri wisuda sebagai anugerah Allah, menjadikan iman dan ketaatan sebagai dasar pengambilan keputusan, serta menyerahkan masa depan kepada Tuhan sambil tetap bekerja dengan setia dan bertanggung jawab.
Wisuda Alfianus Lette menjadi kesaksian nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang bagi rencana Allah. Dari tangan seorang pemulung dan koster, lahir seorang sarjana yang menapaki masa depan dengan iman dan pengharapan. Soli Deo Gloria. (*)