TRIBUNNEWS.COM - Kasus tewasnya MAHM (9), putra seorang politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Maman Suherman, terus menyita perhatian publik.
Bocah malang itu ditemukan meninggal dunia dalam kondisi bersimbah darah di rumahnya di kawasan Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025).
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri turut memberikan analisis terhadap kasus tersebut. Ia menduga, korban bukanlah target utama dari pelaku pembunuhan.
Menurut Reza, ada kemungkinan pelaku sebenarnya menaruh kepentingan atau amarah terhadap orang lain di sekitar korban, khususnya orang tua korban.
Namun karena tidak memungkinkan melakukan serangan langsung, pelaku kemudian menjadikan anak tersebut sebagai sasaran pengganti.
“Namun karena tidak mungkin melakukan serangan secara frontal terhadap orang tua korban, maka korban dijadikan sebagai objek pengganti atau substitusi,” jelasnya.
Reza menambahkan, perilaku pelaku dalam sebuah tindak kejahatan tidak selalu linier dengan motif yang sesungguhnya. Artinya, kematian korban belum tentu menjadi tujuan utama pelaku.
“Belum tentu orang yang menghabisi korban adalah orang yang sungguh-sungguh punya kepentingan atas meninggalnya korban. Bisa jadi pihak yang menjadi kepentingan pelaku adalah pihak lain, tetapi karena tidak bisa dijangkau, maka dicarilah pihak pengganti,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kerentanan anak-anak dalam kasus kekerasan. Menurutnya, anak-anak sering menjadi korban karena lemah secara fisik, psikis, dan sosial, sehingga lebih mudah disasar oleh pelaku kejahatan.
Baca juga: 3 Kasus Pembunuhan Mahasiswi, Terbaru di Malang Dibunuh Kakak Ipar Anggota Polres Probolinggo
Peristiwa memilukan itu terungkap sekitar pukul 14.20 WIB. Saat itu, Maman Suherman menerima telepon dari anak keduanya yang terdengar panik dan meminta pertolongan. Maman yang sedang bekerja langsung bergegas pulang ke rumah.
Setibanya di lokasi, ia mendapati MAHM dalam kondisi tengkurap dengan luka serius dan pendarahan hebat. Korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Bethsaida, Kota Cilegon. Namun, nyawanya tidak tertolong. Hasil pemeriksaan awal menyebutkan korban meninggal akibat luka tusuk benda tajam.
Awalnya, muncul dugaan bahwa kematian MAHM berkaitan dengan aksi perampokan. Disebutkan, pelaku panik lalu menusuk korban setelah aksinya diketahui. Namun dugaan tersebut dibantah pihak kepolisian.
Kasat Reskrim Polres Cilegon, AKP Yoga Tama, memastikan kasus ini merupakan dugaan pembunuhan, bukan perampokan. Polisi juga menegaskan tidak ada barang berharga yang hilang dari rumah korban.
“Dari Polres Cilegon sudah membuat laporan polisi dengan dugaan pembunuhan, jadi bukan perampokan,” ujar Yoga.
Kepala Seksi Humas Polres Cilegon, AKP Sigit Dermawan, menambahkan bahwa saat kejadian hanya korban dan kakaknya yang berada di rumah. Orang tua korban sedang bekerja di luar rumah.
Polisi juga mengungkapkan bahwa kamera CCTV di rumah tersebut tidak berfungsi karena telah rusak sekitar dua minggu sebelum kejadian.
Baca juga: Analisis Susno Duadji soal Pembunuhan Anak Politisi PKS: Dugaan Balas Dendam hingga Salah Sasaran
Hingga kini, Satuan Reserse Kriminal Polres Cilegon masih mendalami kasus tersebut. Polisi meminta masyarakat tidak berspekulasi mengenai motif maupun pelaku.
“Motifnya masih dalam pendalaman. Kami belum bisa menyimpulkan apakah ini murni pembunuhan atau ada motif lain,” kata Sigit.
Kasus kematian MAHM menjadi duka mendalam sekaligus sorotan nasional, menambah daftar panjang tragedi kekerasan terhadap anak yang menuntut pengungkapan tuntas dan keadilan bagi korban.
Tulisan ini sudah tayang di TribunJatim.com.