TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya empat orang tewas dalam insiden penusukan massal yang jarang terjadi di pusat Kota Taipei, Taiwan, pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat. Aksi brutal itu dilakukan seorang pria yang lebih dulu melempar granat asap untuk menciptakan kepanikan sebelum menyerang warga secara membabi buta di sejumlah lokasi ramai.
Selain korban tewas, beberapa orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka. Pelaku penyerangan juga ditemukan tewas setelah terjatuh dari sebuah gedung saat dikejar polisi di kawasan pusat perbelanjaan yang padat pengunjung pada Jumat malam.
Wali Kota Taipei, Chiang Wan-an, mengonfirmasi bahwa salah satu korban meninggal dunia saat berusaha menghentikan aksi pelaku di dalam Stasiun Utama Taipei (Taipei Main Station). Insiden ini terjadi pada jam sibuk, ketika stasiun dipenuhi penumpang.
Pelaku diketahui berusia 27 tahun dan berasal dari Taoyuan, wilayah di Taiwan bagian utara. Ia disebut pernah menjadi tentara sukarelawan angkatan udara dan bertugas di sekitar Bandara Songshan, Taipei, sebagai bagian dari tim komunikasi radio, sebelum diberhentikan pada 2022.
Perdana Menteri Taiwan, Cho Jung-tai, mengatakan kepada wartawan bahwa terduga pelaku memiliki catatan kriminal dan masih berstatus buronan. Media lokal melaporkan, ia dicari kejaksaan setempat terkait dugaan penghalangan wajib militer pada 2024 karena tidak melapor untuk bertugas. Cho menyebut peristiwa ini sebagai “serangan yang disengaja”, meski hingga Jumat malam motifnya masih belum diketahui.
Presiden Taiwan, Lai Ching-te, dalam pernyataan resminya menegaskan akan dilakukan peningkatan pengamanan di seluruh negeri. Ia juga menekankan tidak akan ada toleransi terhadap aksi kekerasan semacam ini.
Baca juga: Ledakan Mobil Listrik Picu Kebakaran di Penjaringan, 5 Orang Tewas dalam Kondisi Berangkulan
Serangan dimulai pada Jumat sore di Stasiun Utama Taipei. Pelaku diduga melempar granat asap di dalam stasiun pada puncak jam pulang kerja, lalu bergerak ke kawasan Zhongshan yang tak jauh dari lokasi.
Sebuah video yang direkam warga menunjukkan pelaku berada di tengah jalan utama dekat Stasiun MRT Zhongshan, kawasan populer untuk belanja dan hiburan malam.
Ia terlihat mengenakan kaus hitam, celana pendek, sepatu kets, masker, serta perlengkapan pelindung. Beberapa senjata, termasuk pisau, tampak terikat di tubuhnya.
Dalam video tersebut, pelaku terlihat mengambil granat asap dari tas di tanah dan melemparkannya ke arah kerumunan di trotoar, membuat warga menjauh ketakutan. Ia kemudian berlari menyeberang jalan dan masuk ke sebuah pusat perbelanjaan, sambil secara acak menyerang orang-orang dengan pisau panjang.
Rekaman lain menunjukkan pelaku berada di dalam area yang diduga Stasiun Utama Taipei, menarik granat asap dari koper beroda dan melemparkannya dengan tenang. Beberapa video lainnya memperlihatkan stasiun bawah tanah dipenuhi asap, sementara orang-orang dievakuasi keluar gedung.
“Situasinya sangat mengerikan dan baunya menyengat,” ujar seorang warga yang mengunggah video kejadian ke media sosial.
Dua pria yang bekerja di sebuah gerai makanan cepat saji di sekitar lokasi mengatakan mereka mendengar teriakan dari luar dan mencium asap. Salah satu dari mereka mengungkapkan, sejumlah orang berlarian masuk ke restoran meminta perlindungan, dan semua karyawan serta pelanggan bersembunyi di belakang kasir.
Baca juga: Penyebab Kebakaran di Cempaka Baru Jakpus Diduga karena Ledakan Baterai Drone, Api Tiba-tiba Muncul
Kejahatan kekerasan tergolong jarang terjadi di Taiwan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus penusukan di transportasi publik memicu kekhawatiran. Beberapa kereta kini bahkan menayangkan video edukasi tentang cara melumpuhkan penyerang menggunakan payung atau alat pemadam kebakaran.
Pada 2014, seorang mahasiswa menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 20 lainnya dalam aksi penusukan di MRT Taipei. Pelaku kemudian dieksekusi pada 2016. Tahun lalu, bertepatan dengan peringatan 10 tahun insiden tersebut, tiga orang terluka dalam penusukan massal di Taichung, kota terbesar kedua di Taiwan.
Media lokal juga merilis foto tas terbakar berisi benda yang diduga bom molotov yang belum digunakan. Granat asap yang digunakan pelaku diketahui merupakan replika perlengkapan militer Amerika Serikat yang dijual secara daring di Taiwan. Namun, setelah insiden tersebut, produk itu tidak lagi tersedia di situs penjualan, dan salah satu toko afiliasi ditutup pada Jumat malam.
Seorang penjual peralatan tersebut menyatakan telah memeriksa catatan penjualan mereka dan tidak menemukan transaksi mencurigakan. Ia menegaskan barang tersebut “ditujukan untuk penggunaan legal seperti aktivitas luar ruang, pelatihan, atau sinyal, bukan untuk tujuan kekerasan.”
Insiden ini kembali mengguncang rasa aman publik Taiwan dan menjadi salah satu serangan kekerasan paling serius yang terjadi di Taipei dalam beberapa tahun terakhir.