TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang Bali Fashion Trend (BFT) 2026 yang digelar di Onyx Park Resort, Ubud, Gianyar, Jumat (19/12/2025) malam, menjadi momentum penting kolaborasi antara Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan dengan industri fashion nasional.
Melalui program Beyond Beauty, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bersama Indonesia Fashion Chamber (IFC) menghadirkan karya fashion hasil kolaborasi desainer ternama dengan warga binaan dari 24 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Republik Indonesia Agus Andrianto menegaskan bahwa program Beyond Beauty mencerminkan perubahan paradigma pemasyarakatan di Indonesia.
Pemasyarakatan, menurutnya, tidak lagi dipandang semata sebagai tempat menjalani hukuman, melainkan sebagai ruang pembinaan yang memberi kesempatan kedua dan mempersiapkan warga binaan kembali berperan produktif di masyarakat.
“Kolaborasi ini bukan hanya tentang fashion atau produk. Ini tentang manusia, tentang harapan, dan tentang masa depan yang lebih baik bagi warga binaan pemasyarakatan,” kata Agus saat membuka rangkaian kegiatan Bali Fashion Trend 2026.
Baca juga: Banjir Setinggi Atap, Menteri Imipas Sebut Warga Binaan di Aceh Tamiang Dilepas: Alasan Kemanusiaan
Melalui Beyond Beauty, warga binaan dilibatkan sebagai co-creator dalam industri fashion profesional. Beragam produk hasil pembinaan, seperti batik, anyaman, bordir, hingga kerajinan kulit, dikembangkan bersama para desainer Sofie, Lisa Fitria, dan Irmasari menjadi karya fashion kontemporer dengan nilai estetika dan daya saing komersial.
Agus menilai, proses kolaboratif tersebut tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga membangun kepercayaan diri serta identitas positif warga binaan.
“Ketika karya mereka diapresiasi publik dan pasar, di situlah proses pemulihan harga diri dan kepercayaan diri benar-benar terjadi,” kata Agus.
Selain mendapatkan apresiasi publik, karya hasil kolaborasi tersebut juga mulai menarik minat pasar internasional. Salah satu desainer, Sofie, mengungkapkan bahwa dalam rangkaian Bali Fashion Trend 2026 telah diterima permintaan awal (order inquiry) dari buyer yang berasal dari Prancis dan Malaysia. Minat tersebut dinilai sebagai sinyal positif atas kualitas dan daya saing produk hasil pembinaan warga binaan pemasyarakatan di pasar global.
Salah satu koleksi yang ditampilkan memadukan batik tradisional dengan desain urban modern kontemporer, bergaya street wear, dipadukan dengan motif, yang seluruh proses produksinya melibatkan warga binaan dari sejumlah unit pemasyarakatan.
Diantaranya dari lapas Jambi, Bengkulu, Manado, Malang, Semarang, Pontianak, Sumenep, Madiun. Secara keseluruhan terdapat 24 unit lapas yang berkolaborasi dalam acara ini.
Karya-karya tersebut dipersiapkan melalui pendampingan intensif, mulai dari pengembangan desain hingga standar kualitas produk siap pasar.
Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan apresiasi kepada Indonesia Fashion Chamber, atas komitmen membuka ruang kolaborasi lintas sektor.
Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan peran aktif industri fashion dalam mendorong tanggung jawab sosial sekaligus penguatan ekosistem kreatif nasional.Program kolaborasi ini, lanjut Agus, sejalan dengan arah reformasi pemasyarakatan serta implementasi nilai-nilai KUHP Baru 2025 yang menekankan pendekatan rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
Dari sisi sosial dan psikologis, program ini membantu memulihkan kepercayaan diri warga binaan. Dari sisi sistemik, kolaborasi tersebut menjadi model integrasi pemasyarakatan dengan industri kreatif yang berpotensi direplikasi di berbagai daerah.
Ke depan, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan berkomitmen mengembangkan program kolaborasi secara berkelanjutan melalui perluasan kerja sama dengan lebih banyak desainer dan brand fashion nasional, penguatan akses pemasaran produk warga binaan ke pasar domestik dan internasional, serta peningkatan kapasitas pembinaan di unit pelaksana teknis pemasyarakatan.
“Setiap warga binaan memiliki potensi untuk berubah dan berkontribusi. Tugas negara adalah membuka jalan, memberi kesempatan, dan menumbuhkan kepercayaan,” tegas Agus.
Melalui BFT 2026, kolaborasi antara pemasyarakatan dan industri fashion ini diharapkan tidak hanya menghasilkan karya kreatif bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi inspirasi lahirnya kerja sama transformatif lainnya.
Ajang ini sekaligus menegaskan bahwa fashion tidak hanya berbicara tentang tren dan estetika, tetapi juga tentang nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.