Sumatra Barat dan Aceh Rela Gabung Indonesia, Namun Kini?
December 19, 2025 02:35 PM

WARTAKOTALIVE.COM - Sumatra Barat dan Aceh mau bergabung dengan Indonesia dengan harapan bisa dibantu saat dalam keadaan kesulitan. 

Namun nyatanya, saat bencana banjir Sumatra akhir November 2025, negara tidak hadir di tengah masyarakat.

Pernyataan itu diungkapkan Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Bung Media Wahyudi Askar dalam wawancara Teras Ekbis yang ditayangkan Kompas Tv pada Kamis (19/12/2025). 

Bung mengkritisi lambatnya pemerintah yang hadir di tengah lokasi bencana sehingga banyak korban selamat banjir Sumatra terbengkalai nasibnya. 

Hal itu kata Bung, bisa dilihat dari media sosial dan laporan media massa di mana bantuan yang diklaim sudah dikirim oleh pemerintah nyatanya tidak merata sampai di masyarakat. 

Bung menjelaskan, kegagalan pemerintahan Prabowo Subianto untuk hadir di tengah bencana ialah karena gagalnya Presiden memilih orang-orang profesional untuk mengisi jabatan pemerintah. 

Akhirnya, orang-orang tidak profesional tersebut tergagap-gagap saat harus menghadapi bencana besar yang terjadi di Sumatra.

Padahal kata Bung, Sumatra Barat dan Aceh mau bergabung dengan Indonesia ialah karena ingin sejahtera bersama. 

Terlebih saat terjatuh maka ada negara yang bisa diandalkan. 

“Ini kita bernegara, Sumatra Barat bergabung ke Indonesia karena mereka tahu bahwa suatu saat negara akan baik ke Sumatra Barat begitu juga Aceh,” ucapnya. 

Maka kata Bung, saat wilayah tersebut kesulitan maka negara wajib membantu dengan semaksimal mungkin.

Media asing melaporkan kondisi Aceh Tamiang, Aceh yang memprihatinkan usai diterjang banjir bandang. 

Para pengungsi di Aceh Tamiang kini terancam mati kelaparan lantaran akses bantuan yang belum dapat tercapai. 

Hal itu dilaporkan media Al Jazeera dengan mengirim langsung Reporter ke titik bencana pada 11 Desember 2025 lalu. 

Dari laporan Reporter Jessica Washington disebutkan bahwa para pengungsi di Aceh Tamiang hampir mati kelaparan. 

Baca juga: Prabowo Subianto Kantongi Nama Pejabat TNI dan Polri yang Rusak Hutan Sumatra

Mereka juga terancam mati karena penyakit lantaran obat-obatan belum bisa masuk ke wilayah tersebut. 

Bahkan para pengungsi belum mendapatkan tenda bantuan sehingga mereka bertahan dengan terpal seadanya dari hujan yang terus turun di Aceh.

Kata Jessica, warga Aceh Tamiang hanya bertahan dengan makan satu hari sekali. Bahkan untuk mendapatkan makanan pun sulit didapat oleh para pengungsi. 

Para bayi dan anak-anak juga harus tidur di atas kardus yang basah di dalam terpal pengungsian.

Belum lagi masalah listrik yang belum masuk ke dalam Aceh Tamiang.

Sementara itu Sekretaris Kabinet RI Teddy Indra Wijaya membantah pemerintah tidak hadir di Sumatra.

Teddy menyebut bahwa status bencana nasional tidak mempengaruhi kehadiran pemerintah di Sumatra. 

Sebab, sedari awal, pemerintah pusat sudah turun ke titik-titik bencana banjir Sumatra dua hari setelah banjir bandang terjadi.

Saat ini saja kata Teddy, sebanyak 50 ribu pasukan TNI dan Polri saja sudah dikerahkan ke Sumatra untuk membantu penanganan banjir.

Pemerintah pusat juga sudah mulai membangun infrastruktur yang rusak karena banjir bandang. 

Namun kata Teddy, untuk menyelesaikan semua infrastruktur itu tentu butuh waktu. 

Pun saat ini pemerintah pusat sudah mengerahkan ribuan helikopter untuk menjangkau titik-titik yang tidak terjangkau lewat darat. 

Sehingga, apabila ada masyarakat atau relawan yang mengetahui ada titik yang belum terjangkau maka bisa dilaporkan ke pemerintah pusat atau daerah. 

“Sampaikan ke TNI Polri Basarnas dan sebagainya. Pak titik ini belum ada logistik, desa ini belum, pasti langsung dikerjakan,” jelas Teddy.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.