Jakarta (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta memastikan stok pangan di Jakarta cukup selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2026 (Nataru), namun ada beberapa kenaikan harga.
"Secara ketersediaan untuk di Jakarta dirasa cukup, jadi warga tidak perlu panik untuk menyimpan bahan pangan," kata Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, untuk kebutuhan beras di Jakarta per harinya mencapai 2.600 ton atau 78 ribu ton/bulan, sedangkan stok yang ada cukup melimpah yaitu berkisar 303 ribu ton. Sehingga dipastikan stok beras dalam keadaan aman, begitu juga kebutuhan pokok lainnya.
Ia mengatakan bahwa ada beberapa harga pangan yang naik jelang Nataru seperti cabai rawit yang saat ini mencapai Rp80 ribu/kilogram, sementara pada hari biasa berkisar Rp50-60 ribu/kg. Begitu pun harga cabai merah Rp67 ribu/kg dari Rp40-50 ribu/kg.
"Untuk saat ini bahan yang naik, yakni cabai berkisar kenaikan 2,1 persen-9,34 persen, bawang merah juga meningkat, telur ayam terdapat kenaikan harga di 4,46 persen, daging ayam juga naik sekitar 4,23 persen serta daging sapi pun ikut naik harganya sekitar 4,02 persen," ujarnya.
Selain memastikan ketersediaan beras dan bahan pangan lainnya, kata dia, pihaknya melakukan pemeriksaan bahan makanan di sejumlah wilayah di Jakarta untuk memastikan bahan pangan yang dijual di pasaran aman dari bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan.
Bahkan, pihaknya menghadirkan laboratorium secara terpadu untuk menguji produk perikanan, pertanian serta peternakan
"Untuk hari ini, kami melakukan pemeriksaan di dua lokasi di Jakarta Pusat dan di wilayah kota administrasi lainnya," kata Hasudungan.
Untuk pemeriksaan pangan, kata dia, pihaknya berkolaborasi dengan BBPOM Jakarta mengingat sering ditemui kasus pada bahan produk perikanan yang mengandung formalin.
"Kita terus berupaya untuk menghadirkan bahan pangan yang berkualitas untuk masyarakat, salah satunya fungsi dari pengawasan ini, kita menargetkan setiap lokasi yang diperiksa bebas dari temuan bahan berbahaya," ujarnya.







