Keluarga Nurhalizah PMI Asal Bengkulu Pasrah Korban Dimakamkan di Malaysia Karena Terkendala Biaya
December 19, 2025 07:54 PM

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Keluarga Nurhalizah Pekerja Migra Indonesia (PMI) asal Kota Bengkulu, pasrah sang kakak dikebumikan di Malaysia.

Sebelumnya, Nurhalizah (36) warga Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu meninggal dunia usai ditabrak mobil di Malaysia beberapa waktu lalu.

Keluarga Nurhalizah yang tidak bertemu selama 2 tahun pun, akhirnya panik dan ingin memulangkan jenazah Nurhalizah ke Kota Bengkulu.

Namun sayangnya, keluarga Nurhalizah, harus dihadapi kenyataan yang pahit, pasalnya jenazah yang ingin dipulangkan harus memakan biaya sebesar Rp130 juta-Rp150 juta.

Hal itu diungkapkan oleh adik Nurhalizah, Kartika Yuni Sirait, dirinya mendapatkan kabar harus membayar kepulangan jenazah kakaknya sebesar Rp130 juta-Rp150 juta.

TEWAS DITABRAK -  Jenazah Nurhalizah setelah ditabrak mobil di Malaysia (kanan). Perempuan asal Bengkulu ini meninggal di Malaysia, namun keluarga belum mampu memulangkan jenazahnya.
TEWAS DITABRAK - Jenazah Nurhalizah setelah ditabrak mobil di Malaysia (kanan). Perempuan asal Bengkulu ini meninggal di Malaysia, namun keluarga belum mampu memulangkan jenazahnya. (TribunBengkulu.com/Muhammad Panji Destama Nurhadi)

“Kalau informasi dari Malaysia harus bayar uang sekitar Rp130 juta-Rp150 juta,” ungkap Kartika saat dihubungi TribunBengkulu.com, Jumat (19/12/2025) pukul 15.35 WIB.

Kartika menjelaskan, pihaknya sempat mencari pertolongan ke sana dan ke sini, namun tak membuahkan hasil.

Hingga akhirnya, keluarga Nurhalizah pasrah jika Nurhalizah harus dikebumikan di Malaysia.

Mengingat Keluargan Nurhalizah tak mampu membayar uang kepulangan jenazah Nurhalizah.

“Sempat mencari pertolongan ke sana dan ke sini, tapi tak membuahkan hasil, akhirnya kami sekeluarga pasrah jika kakak kami harus dikebumikan di Malaysia, kami juga tak memiliki uang untuk memulangkan jenazah kakak kami, meskipun kami ingi, tapi kami harus melihat keadaan kami, yang hanya cukup untuk makan sehari-hari,” jelas Kartika.

Baca juga: Sosok Nurhalizah PMI Asal Bengkulu yang Tewas di Malaysia, Rela Merantau Demi Bahagiakan Sang Adik

Jika Nurhalizah sudah dikebumikan pada Jumat 19 Desember 2025, setelah beberapa hari jenazahnya berada di rumah sakit di Malaysia.

Nurhalizah dikebumikan sekita pukul 09.30 waktu Malaysia. Pihaknya juga berencana akan menggelar takziah dan shalat gaib untuk mendoakan Nurhalizah.

“Kami keluarga pasrah, jika kakak kami dikebumikan di sana, kakak kami dikebumikan di sana jam 09.30 WIB,” tutup Kartika.

Keinginan Terakhir Nurhalizah

Keingian terakhir Nurhalizah (36) pekerja Migran Indonesia asal Bengkulu sebelum meninggal dunia ditabrak mobil di Malaysia.

Warga Kelurahan Sukarami, Kota Bengkulu itu berencana pulang membawa hadiah dan berkumpul bersama adik-adiknya 

Nurhalizah lahir di Medan pada 18 Agustus 1989 dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Sebagai anak sulung, Nurhalizah memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap keluarga, terlebih setelah ayahnya meninggal dunia pada 2012 dan disusul ibunya yang wafat pada 2020.

Nurhalizah telah dua tahun merantau di Malaysia sejak 2023.

Keluarganya di Bengkulu mengaku tidak mengetahui keberangkatan Nurhalizah untuk bekerja ke luar negeri.

“Kami tak ada yang tahu kalau kakak kamu itu bekerja di Malaysia, tiba-tiba sudah di Malaysia kasih kabarnya,” ungkap Lili Sumiarti Sirait sembari menahan tangis di rumah kayu sederhana berukuran 4x6 meter, Kamis (18/12/2025) pukul 10.58 WIB.

KOLASE - Lili Sumiarti Sirati adik ke lima Nurhalizah, terlihat mengelap air matanya dengan baju yang ia pakai di rumahnya, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu, Kamis (18/12/2025) (Kiri) dan Jenazah Nurhalizah usai ditabrak Mobil di Malaysia ditutup kain putih, Desember 2025 (Kanan). Nurhalizah yang tak pulang selama 2 tahun ingin pulang makan durian dan bawa hadiah, berakhri teragis usai ditabrak di Malaysia.
KOLASE - Lili Sumiarti Sirati adik ke lima Nurhalizah, terlihat mengelap air matanya dengan baju yang ia pakai di rumahnya, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu, Kamis (18/12/2025) (Kiri) dan Jenazah Nurhalizah usai ditabrak Mobil di Malaysia ditutup kain putih, Desember 2025 (Kanan). (Panji Destama/TribunBengkulu.com)

Lili menjelaskan, dirinya kerap berkomunikasi dengan kakaknya selama Nurhalizah berada di perantauan.

Terakhir, Lili mendapatkan kabar bahwa kakaknya berencana pulang ke Bengkulu pada 14 Februari 2026.

“Kakak selama ini belum pulang, jadi rencana mau pulang, Februari tahun depan, tanggal 14,” tutur Lili saat menceritakan kakaknya di rumah kayu tersebut.

Dalam komunikasi terakhir, Nurhalizah menyampaikan keinginannya untuk menjalani ibadah puasa di Kota Bengkulu bersama keluarga.

Nurhalizah bahkan meminta adik-adiknya pulang ke rumah kayu itu agar dapat berkumpul saat bulan Ramadhan.

“Kakak ada memang mengajak kami semua untuk pulang ke sini (rumah kayu, red) rencana mau berpuasa di Bengkulu,” jelas Lili.

Selain itu, Nurhalizah juga sempat menitipkan pesan mengenai keinginannya menikmati durian saat pulang ke Bengkulu.

Pasalnya, di tempat tinggal keluarganya nanti akan memasuki musim durian.

Tak hanya itu, Nurhalizah juga berniat memberikan hadiah berupa handphone baru kepada Lili karena ponsel milik adiknya tersebut rusak.

Selain handphone, Nurhalizah juga ingin membelikan jam tangan sebagai hadiah untuk adiknya.

“Kakak itu waktu ngabari mau makan durian kalau pulang ke Bengkulu, kakak juga sempat ingin memberikan handphone kepada saya, sama jam tangan karena handphone saya rusak,” jelas Lili.

Menurut Lili, Nurhalizah merupakan sosok kakak yang bertanggung jawab dan penyayang terhadap adik-adiknya.

Nurhalizah bahkan memilih untuk tidak menikah terlebih dahulu demi memastikan adik-adiknya mendapatkan kebahagiaan masing-masing.

“Kakak memang orang yang bertanggung jawab dan sayang dengan adiknya, kakak sendiri memang belum menikah, karena menunggu kami semua menikah, terakhir yang akan menikah ini kakak yang nomor dua yang cowok akan menikah,” tutup Lili.

Terkendala Biaya Untuk Pemulangan Jenazah

Perempuan berusia 36 tahun itu telah 2 tahun bekerja sebagai pekerja migran untuk membantu keluarganya di Bengkulu. 

Namun jenazahnya hingga kini belum bisa dipulangkan karena biaya pemulangan mencapai Rp130 juta hingga Rp150 juta, yang tak mampu ditanggung keluarga.

Nurhalizah merupakan anak pertama dari lima bersaudara dan tinggal di rumah kayu berukuran sekitar 4x6 meter, yang berdiri di atas tanah milik sepupunya.

Setelah adik-adiknya memiliki keluarga masing-masing, Nurhalizah tinggal sendirian.

Baca juga: Terbongkar Belasan Warga Seluma Jadi Korban TPPO PMI Ilegal Usai Kasus Adellia Meninggal di Jepang

Ia yang yatim piatu kemudian memilih bekerja di luar negeri, tepatnya di Malaysia, di salah satu rumah makan, sejak 2023.

Rumah keluarga di Bengkulu pun tak terurus.

Menurut adiknya, Kartika Yuni Sirait, atau Tika, kakaknya merupakan perempuan yang bertanggung jawab.

“Almarhum (Nurhalizah, red) orangnya pekerja keras kak, meskipun kakak saya ini ada keterbatasan fisik, dia itu rela kerja apa saja demi adiknya, dulu pernah dia memilih cuti agar adiknya bisa sekolah,” ungkap Tika sembari mengelap matanya yang berair dengan jilbab hitamnya, Kamis (18/12/2025) pukul 10.56 WIB.

Tika menambahkan, kakaknya sempat mengikuti pelatihan untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) namun tidak lulus karena keterbatasan fisik.

Tak lama setelah itu, Nurhalizah pergi ke Malaysia tanpa memberi kabar sebelumnya.

“Kami juga kaget waktu tahu kakak sudah di Malaysia, dia bilang bekerja. Memang kakak pernah mau ikut pelatihan, karena keterbatasan fisik kakak tidak lulus. Tiba-tiba kakak ngabarin sudah di Malaysia,” tutur Tika.

Nurhalizah memilih bekerja di luar negeri karena sulit mencari pekerjaan di Bengkulu akibat kondisi fisiknya.

Selama di Malaysia, ia rutin mengirim kabar dan membantu keuangan adik-adiknya.

“Kakak itu memilih kerja di luar negeri karena di sana mudah mencari kerja, kondisi kakak kan ada keterbatasan fisik, di sana kakak mudah mendapatkan pekerjaan. Kakak juga sering bantu kami, saat saya mau melahirkan kakak bantu kirim uang, terus kakak kami yang cowok mau menikah ia kirim bantuan,” jelas Tika.

Tika juga menjelaskan, setelah kedua orang tuanya meninggal, kakak terlihat sangat gigih mencari nafkah.

Namun, kenangan bersama Nurhalizah harus terhenti setelah keluarga menerima kabar ia meninggal dunia akibat ditabrak mobil di Malaysia.

Saat ini, jenazah Nurhalizah masih berada di Malaysia.

Biaya pemulangan diperkirakan mencapai Rp130 juta–Rp150 juta, sehingga keluarga belum bisa membawa pulang jenazah.

Tika berharap jenazah kakaknya bisa dikuburkan di sebelah makam orang tua mereka di Pagar Dewa.

Namun keluarga tak mampu menanggung biaya tinggi itu.

“Biaya pemulangan, almarhum itu sekitar Rp130 juta-Rp150 juta, kami tak bisa berbuat apa-apa untuk soal biaya itu, kami aja dapat uang untuk makan besok alhamdulillah, mau pasrah gimana lagi keadaan kami seperti ini, harapannya ada bantuan dari Pemerintah,” tutup Tika sambil menangis.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.