TRIBUN-BALI.COM - Pura Watu Klotok, Kabupaten Klungkung menggelar upacara Bhumi Sudha, Jumat (19/12).

Upacara ini sebagai refleksi umat, dalam tantangan menyeimbangkan manusia dengan alam. Terlebih dalam situasi beberapa bencana besar yang melanda Indonesia beberapa pekan belakangan.

Upacara yang bertepatan dengan Rahina Tilem Kaenem ini diikuti langsung Bupati Klungkung, I Made Satria bersama Gubernur Bali Wayan Koster serta ratusan Bendesa Adat se-Bali.

Upacara Bhumi Sudha merupakan ritual sakral yang digelar setahun sekali sebagai upaya penyucian alam secara niskala.

Baca juga: TRAGEDI Ulah Pati Kerap Terjadi di Jembatan Tukad Bangkung, Doa Bersama Dilakukan dengan Upakara!

Baca juga: ANGGOTA DPR RI Tutik Kusuma Wardhani Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di STIKES Buleleng

Melalui rangkaian upacara ini, umat diajak untuk kembali menyadari pentingnya menjaga keseimbangan alam, baik sekala maupun niskala, di tengah berbagai tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini.

Pengenter Upacara, Jero Mangku Putu Sandyasa menjelaskan, pelaksanaan Bhumi Sudha berlandaskan sastra babad dewa dan hasil paruman para sulinggih Provinsi Bali.

Upacara ini dilaksanakan secara serentak di tiga pura utama, yakni Pura Pengubengan Besakih, Pura Batur, dan Pura Watu Klotok sebagai pusat pemarisudan tirta.

“Tirta dari Pura Pengubengan Besakih dan Pura Batur dipusatkan di Pura Segara Watu Klotok untuk kemudian dicampur dan dibagikan kepada para Bendesa Adat di seluruh Bali,” jelasnya.

Tirta tersebut memiliki fungsi berbeda, yakni Tirta Penawar yang digunakan untuk penyucian binatang dan tumbuh-tumbuhan, serta Tirta Bhumi Sudha yang dipergunakan untuk Banten Pengenteg Hyang dan penyucian diri.

Selain itu, turut dibagikan Nasi Tawur Panukun Jiwa yang ditebar di pekarangan rumah hingga pintu gerbang sebagai simbol penetralisir energi negatif.

Upacara berlangsung khidmat dan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Made Telaga dari Griya Rangkan Ketewel, Gianyar. (*)