Magelang, Jawa Tengah (ANTARA) - Program pemberdayaan dari Kementerian Sosial menunjukkan dampak berlapis bagi keluarga prasejahtera, seperti kisah keluarga siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 15 Magelang, Jawa Tengah, yang anaknya berhasil meraih prestasi akademik, sementara ibunya memperoleh modal usaha.

Sinergi antara bantuan pendidikan dan pemberdayaan sosial ekonomi tersebut dinilai mampu mendorong peningkatan kualitas hidup keluarga penerima manfaat secara berkelanjutan sebagaimana yang menjadi tujuan program pemerintah melalui Kementerian Sosial.

Siti Fatimah, orang tua siswi SRMA 15 Magelang, mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan pendidikan empat orang anaknya kini sangat terbantu setelah lima tahun tercatat menjadi keluarga penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial.

“PKH dapat Bansos--BLT yang semua membantu biaya kebutuhan anak, jadi kami bisa lebih tenang mendukung pendidikan mereka,” kata Siti saat ditemui di kompleks Pusdiklat Pamong Praja, Magelang, Jumat.

Menurut Siti, sebelum menerima bantuan dari PKH dan Sekolah Rakyat, keluarganya kerap kesulitan membagi penghasilan dari berdagang es krim dan makanan gorengan untuk kebutuhan pendidikan dan kebutuhan sehari-hari.

Dengan adanya bantuan tersebut, kata dia keluarganya bisa lebih fokus memastikan anak-anak mereka tetap mengenyam pendidikan dengan baik.

Bukan hanya bantuan PKH, keluarga Siti juga baru-baru ini menerima penebalan Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PPSE) berupa modal usaha senilai Rp5 juta dari Kementerian Sosial.

Modal usaha itu diterima oleh Siti beserta suami tepat sebulan yang lalu kemudian dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha es krim dan gorengan yang digerakkan oleh Siti beserta suaminya hingga menjadi sumber penghasilan utama keluarga.

"Buat modal, beli barang untuk dagangan es krim suami jadi ada tambahan yang sangat membantu memperkuat ketahanan ekonomi keluarga," cetusnya.

Seiring meningkatnya kemandirian ekonomi, Siti menyebut keluarganya optimistis bisa segera naik kelas atau graduasi dari program PKH.

Di sisi lain, anak sulungnya, Nazwa Azzahra (15), yang kini duduk di kelas X SRMA 15 Magelang, menunjukkan capaian akademik dengan meraih peringkat dua di kelas X A pada semester pertama tahun ajaran 2025/2026.

Prestasi tersebut diraih Nazwa setelah mengikuti pendidikan berbasis asrama di Sekolah Rakyat yang menerapkan penguatan karakter, kedisiplinan, dan pendampingan intensif.

Nazwa, yang sebelumnya menempuh pendidikan di pondok pesantren, juga aktif mengembangkan minat dan bakat di bidang seni tari selama bersekolah di SRMA 15 Magelang.

Selain berprestasi secara akademik, Nazwa memiliki cita-cita melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke luar negeri.

Meski demikian, ia juga mempertimbangkan melanjutkan studi seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sesuai arahan dan pertimbangan orang tua.

"Saya senang di sini, akan berusaha belajar segiat mungkin tidak cepat puas meski nilaiku memuaskan, khususnya mata pelajaran geografi. Kelak bisa lebih bahagiakan orang tua," kata siswi berlesung pipi itu menambahkan.

Siti menilai keberadaan Sekolah Rakyat tidak hanya meningkatkan prestasi akademik dan kedisiplinan anak, tetapi juga membuka wawasan serta menumbuhkan mimpi besar bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera.

Ia berharap program perlindungan sosial dan pendidikan terpadu seperti PKH dan Sekolah Rakyat dapat terus diperluas agar semakin banyak keluarga miskin merasakan manfaat nyata dalam meningkatkan kualitas hidup dan masa depan anak-anak.

Sekolah Rakyat merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan akses pendidikan gratis dan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dengan tingkat kesejahteraan terendah (Desil 1–4) dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Program ini dirancang sebagai model pengentasan kemiskinan terpadu karena memadukan berbagai program unggulan pemerintah seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG), Makan Bergizi Gratis (MBG), jaminan kesehatan PBI-JK, Koperasi Desa Merah Putih, serta Program 3 Juta Rumah bagi keluarga siswa penerima manfaat.

Berdasarkan data Kementerian Sosial ada sebanyak 166 titik Sekolah Rakyat rintisan berbasis asrama (boarding shcool) yang dibangun pada tahun 2025 dengan kapasitas hampir 16 ribu siswa, didukung oleh 2.400 guru dan lebih dari 4.000 tenaga kependidikan di jenjang SD, SMP, dan SMA atau sederajat.

Kementerian Sosial menargetkan seluruh Sekolah Rakyat dilengkapi dengan fasilitas teknologi pembelajaran modern, termasuk papan interaktif digital (IFP), laptop dengan akses jaringan internet, serta seragam khusus bagi siswa, guru, dan wali asrama sebelum akhir tahun 2025.

Adapun untuk tahap awal, 166 sekolah rakyat rintisan yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut masih memanfaatkan fasilitas milik Kementerian Sosial, Balai Latihan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, dan fasilitas milik pemerintah daerah.

Kemudian pemerintah bakal membangun gedung Sekolah Rakyat permanen setelah proses pembebasan lahan yang disiapkan pemerintah daerah selesai.

Dalam hal ini, SRMA 15 merupakan salah satu di antaranya yang sementara sebanyak 50 peserta didik mengikuti aktivitas belajar-mengajar secara boarding school dengan memanfaatkan fasilitas di lingkungan Pusdiklat Pamong Praja, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.