TRIBUN-BALI.COM - Kawasan Catur Muka Denpasar, kembali digeliatkan dengan perhelatan akhir tahun ‘DENPASAR FESTIVAL’. Event tahunan yang selalu digelar, dengan memanfaatkan ruas jalan dan ruang hijau di titik nol kota Denpasar.
Hadir sebagai etalase baru dipenghujung tahun, yang selalu dinanti dan dinikmati oleh masyarakat pencinta warna dan cita rasa Denpasar.
Ruang kumpul yang unik, eksotik, tempat bereuni dan bercengkrama sambil menikmati suguhan puncak-puncak kreativitas, ataupun ekpresi seni dan budaya, yang ekosistem pertumbuhannya selalu dikondisikan dan dijaga oleh pemerintah kota.
Baca juga: Wayan Koster Optimis Pariwisata Bali Memuncak di Akhir Tahun, Koster: Ada Penurunan Sedikit
‘MULAT SARIRA’ – HENING JIWA, ELING RASA’
Tema DENFEST tahun ini, lahir dari rangkaian momentum. diantaranya:
Pertama, Denfest memasuki usia ke-18 tahun. Satu putaran waktu yang mengantar perjalanan memasuki pintu gerbang kedewasaan. Ditandai dengan tumbuhnya kesadaran, rasa eling dan mawas diri.
Kedua, hadirnya karya restorasi ‘Monumen Puputan Badung’, sebagai etalase baru bagi pengunjung denfest. Tidak hanya menebar energi dan spirit perjuangan masa lalu, namun juga menyuarakan pesan dan makna bagi era dimasa depan.
Baca juga: Wamenpar Sebut Jumlah Turis Asing Flight ke Bali Mulai Naik di Natal dan Tahun Baru 2026
Ketiga, adanya pesan alam yang mengetuk hati dan empati semua kalangan. Melakukan introspeksi diri, untuk dapat menjalani hidup bersama, disebuah ruang kota dengan jati diri sebuah desa, yang lekat dengan nilai tradisi, budaya, dan semangat hidup ‘menyame braye’(Vaisudeva Kutumbakam).
Selaras dengan slogan yang yang selalu dihembuskan oleh Wali kota dan wakil wali kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E., dan I Kadek Agus Arya Wibawa, S.E., M.M.
Dalam konteks ini, ditengah sebagian besar daerah bahkan dunia mendapatkan pesan dari alam, Denpasar tidak reaktif, namun pro aktif dan memilih jalan introspeksi diri ‘MULAT SARIRA’, mengetuk kesadaran yang paling hakiki di jiwa masyarakatnya.
‘MULAT SARIRA’, jalinan dua kata yang sangat sakral. Bentuk introspeksi penyadaran diri melalui ‘HENING JIWA’, untuk dapat menumbuhkan ‘ELING RASA’. Berlandaskan pada nilai luhur harmoni hubungan ‘Tri Hita Karana’. Filosofi hidup masyarakat Bali, yang menekankan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
‘MULAT SARIRA’, dimaknai sebagai ruang refleksi kolektif untuk menumbuhkan kepekaan batin dan kesadaran sosial. Keheningan – HENING JIWA, menjadi pintu masuk untuk memahami kembali peran manusia dalam menjaga harmoni, sementara ELING RASA menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan relasi sosial yang lebih luas.
Dalam pengejawantahannya, sebagai ruang transaksi bagi publik, Denfest mengambil peran untuk menggeliatkan roda ekonomi masyarakatnya. Sebagai ruang ekpresi dan apresiasi, Denfest menampilan suguhan kreatif. Dan, sebagai ruang komunikasi dan dialog publik, Denfest mengambil peran menyuarakan pesan – pesan ‘ELING’ pada semua stake holder kota.
Sebelum Denfest digelar, pesan Mulat Sarira menyentuh kesadaran para pemerhati lingkungan, lalu merapatkan barisan dalam spirit layanan ‘ELING RING PERTIWI’. Berkomitmen menjadikan Denpasar festival, sebagai role model festival ‘ZERO WASTE’, dengan membuat WASTE DEPARTEMENT tersendiri. Berkomitmen menyelesaikan penanganan dan pengelolaan sampah ditempat. Membuaka ruang edukasi bagi semua pihak termasuk para siswa, serta mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sarana, termasuk keberadaan 20 ‘tebe modern’ yang sudah terinstal di seputar lapangan puputan.
Selain itu, komitmen juga terbagun pada pada jiwa para pementas, untuk mengambil tanggungjawab sebagai duta penyuara ‘Eling Ring Pertiwi’ bagi kota Denpasar.
Denpasar Festival, yang dilaksanakan selama 4 hari, di mulai dengan gelaran inaugurasi pembukaan. Mengambil tempat yang berbeda dari biasanya, yakni di area monumen Puputan Badung yang baru di revitalisasi, dimulai pukul 18.30 WITA. Dalam kemasan acara hikmad dan khusuk, diiringi alunan musik dan gerakan tari yang garap oleh Palawara Musik Company. Mengangkat pesan sastra Cokorda Mantuk Ring Rana, dalam relevansinya dengan kebangkitan kesadaran serta penyiapan kota yang layak dan berjati diri, bagi generasi ke generasi. Di awali dengan suguhan lagu ‘Karma’ yang dibawakan oleh Tri Utami.
Berbagai pementasan diwadahi oleh panggung utama di bagian utara timur, serta panggung budaya di bagian selatan. didukung oleh 30 grup musik dan 16 penampilan budaya yang akan tampil dalam panggung musik dan panggung budaya Denpasar Festival ke-18 selama 4 hari.
Denfest yang hadir sebagai ‘Street Festival’, juga akan menyuguhkan berbagai event yang memberi warna di ruas jalan, seperti Cosplay Walk parade, lukis wajah kartun, Fashion Show melingkar di area Catur muka, dan aneka gimik lainnya. Ruang main dan permainan cahaya malam hari, menjadi nuansa dan keindahan tersendiri.
Selain itu, Denfest juga mewadahi kegiatan edukasi, seperti workshop dan lomba Photografi, pengolahan sampah terpadu, termasuk lomba tenant UMKM
Denpasar Festival bukan hanya panggung seni dan budaya, tetapi juga menjadi ruang bagi UMKM dan pelaku ekonomi kreatif untuk menampilkan karya dan produknya. Tahun ini sebanyak 157 UMKM yang telah berhasil lolos di tahap kurasi siap mengisi ruang ekonomi kreatif dalam gelaran UMKM tahun ini. Proses kurasi dilakukan oleh tim profesional diantaranya Indonesian Chef Association (ICA) untuk produk kuliner dan kopi, serta Disperindag Kota Denpasar (Bidang Industri Kerajinan, Aneka dan Sandang, Bidang Industri Logam Mesin, Elektronika, Telematika dan Agro, serta Bidang Perdagangan) untuk kurasi UMKM dari kategori fesyen, kriya dan agro.
Denfest yang keberadaannya sudah menjadi milik publik, sudah berjalan konsisten hingga usia 18 tahun, tidak terlepas dari komitmen pemerintah dan serta dukungan semua pihak untuk berkontribusi dan bertumbuh bersama secara berkelanjutan. Sebagaiman disampaikan oleh Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E., bahwa; “gelaran Denpasar Festival merupakan wujud komitmen kota dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan kreativitas di era modernisasi saat ini. Denpasar Festival adalah hajatan yang selalu ditunggu di akhir tahun. Ruang kreatif, muara bertemunya tradisi dan modernitas, Bali dengan Nusantara, berorientasi pada kolaborasi lokal global, dan membawa memori pada masa lampau, berpadu - padan dengan denyut nadi kekinian yang memberi harapan bagi masa depan” ungkapnya.
Dengan sebuah harapan, semoga Denfest ke-18 dapat berjalan lancar, didukung oleh cuaca yang baik dan bersahabat, dan pada akhirnya, dapat dijadikan momentum melakukan “MULAT SARIRA’ bagi Hening Jiwa - Eling Rasa”, bersama mengambil tanggungjawab membangun masa depan kota yang lebih gemilang, bagi generasi.