TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Dengan napas terengah-engah dan raut wajah penuh kecemasan, Amriana alias Anna (32) memacu sepeda motornya menuju RS Bhayangkara Mamuju pada Minggu (21/12/2025).
TIba di RS Bhayangkara Mamuju, ia langsung memarkirkan kendaraannya tepat di depan ruang Instalasi Forensik.
Area yang sebenarnya terlarang untuk parkir hanya demi satu tujuan: memastikan kondisi kerabatnya, Nurdin Tuo.
"Di mana almarhum, kasihan?" tanya Amriana lirih dengan suara bergetar saat petugas memintanya merapikan posisi motor.
Baca juga: Sebelum Ditemukan Meninggal di Arteri Mamuju Ambo Disebut Sedang Terapi Sakit Usus Turun
Baca juga: Polisi Tak Temukan Tanda Kekerasan di Tubuh Pria Ditemukan Tewas di Arteri Mamuju
Bagi Amriana, Nurdin bukan sekadar tetangga.
Meski almarhum hidup sebatang kara di perantauan tanpa keluarga inti, Amriana telah menganggap pria lansia itu sebagai bagian dari keluarganya sendiri.
Sembari menyeka air mata yang tak terbendung saat melihat jenazah korban, Amriana menceritakan perjuangan almarhum melawan kondisi kesehatannya.
Selama ini, ialah yang setia mendampingi Nurdin saat penyakitnya kambuh.
"Saya dan suami yang selalu dampingi. Dia punya penyakit usus turun (hernia), sudah tiga kali dioperasi," ungkapnya pilu.
Selain hernia, Amriana menyebut Nurdin sering mengalami gejala fisik lain.
"Biasa juga tenre-tenre (tangannya gemetar)," tambahnya sembari memperagakan gerakan tangan yang gemetar di hadapan polisi.
Duka mendalam kian terasa saat keluarga di Parepare, Sulawesi Selatan, menyampaikan keinginan untuk memulangkan jenazah ke kampung halaman.
Namun, kenyataan pahit harus diterima karena biaya pemulangan tidak ditanggung BPJS, sementara pihak keluarga tidak memiliki dana yang cukup.
Setelah berdiskusi panjang, akhirnya disepakati almarhum akan dimakamkan di Mamuju.
"Tadi Bhabinkamtibmas sudah berkomunikasi dengan RT. Kami juga memohon bantuan Dinas Sosial agar bisa memfasilitasi pemakaman almarhum di sini," jelas Amriana.
Peristiwa memilukan ini bermula pada Minggu pagi, ketika seorang nelayan di Pantai Arteri, Mamuju, dikagetkan sesosok tubuh yang tergeletak kaku.
Jasad tersebut diidentifikasi sebagai Nurdin Tuo (65), seorang pemulung asal Parepare yang menetap di Mamuju.
Saat ditemukan, kondisi korban cukup memprihatinkan dengan mulut mengeluarkan busa.
Temuan ini sempat memicu kerumunan warga dan kemacetan panjang di jalur arteri sebelum akhirnya polisi mengevakuasi jasad ke RS Bhayangkara.
Berdasarkan pemeriksaan medis luar yang dipimpin Kepala RS Bhayangkara Mamuju, Iptu dr. Andi Iqbal Iskandar, dipastikan tidak ditemukan adanya indikasi kekerasan pada tubuh korban.
"Tadi kita periksa dari luar, tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh almarhum. Pemeriksaan luar menunjukkan tubuh korban bersih dari luka-luka mencurigakan," tegas dr. Iqbal.
Pihak keluarga juga menolak prosedur autopsi dan menerima kejadian ini sebagai musibah akibat penyakit kronis yang diderita almarhum.
Peristiwa tersebut pertama kali dilaporkan sekitar pukul 09.00 WITA dan langsung ditindaklanjuti oleh jajaran Polsekta Mamuju.
Berdasarkan laporan warga, piket Polsekta Mamuju segera bergerak ke lokasi kejadian setelah menerima informasi adanya seorang pria yang ditemukan meninggal dunia di perairan Pantai Arteri.
Bhabinkamtibmas Kelurahan Simboro, Aipda Hasanuddin, SH, langsung berkoordinasi dan melaporkan kejadian tersebut kepada Kapolsekta Mamuju, AKP Mustafa, SH, MH.
Petugas kepolisian kemudian mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Jalan Arteri, Lingkungan Karema Selatan, untuk melakukan pengamanan serta olah TKP.
Dari hasil identifikasi, korban diketahui bernama Nurdin Tuwo alais Ambo, laki-laki berusia sekitar 66 tahun.
“Korban berprofesi sebagai pemulung sekaligus nelayan dan beragama Islam. Alamat sesuai KTP tercatat di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, sementara tempat tinggal sehari-hari berada di Jalan Martadinata, Lingkungan Tambayako, Kelurahan Simboro, Kecamatan Simboro,” ucap Kapolsekta Mamuju, AKP Mustafa, SH, MH.
Keterangan saksi pertama, Amriana (36), warga setempat, menyebutkan bahwa sekitar pukul 06.00 WITA ia melihat korban sedang berendam di laut di sekitar Pantai Arteri.
Menurut saksi, korban diketahui sedang menjalani terapi untuk penyakit usus turun.
Beberapa jam kemudian, saksi menerima kabar dari kerabat bahwa korban telah meninggal dunia akibat tenggelam di lokasi tersebut.
“Saksi kemudian mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara dan mendapati korban sudah dalam keadaan meninggal dunia,” ujar Kapolsekta Mamuju, AKP Mustafa, SH, MH.
Sementara itu, saksi kedua, Fajar (40), yang juga berprofesi sebagai pemulung, mengungkapkan bahwa sekitar pukul 09.00 WITA ia mendapatkan informasi dari seorang anggota TNI mengenai adanya tukang becak yang tenggelam dan meninggal dunia di Pantai Arteri.
Setelah menuju lokasi dan melihat korban, saksi memastikan bahwa korban adalah almarhum Nurdin Tuwo.
Saksi kemudian turut mendampingi proses evakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara serta menghubungi pihak keluarga korban.
Dalam penanganan kasus ini, aparat kepolisian telah melakukan sejumlah langkah, di antaranya mendatangi TKP, melaksanakan olah TKP, meminta keterangan dari para saksi, serta berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju.
“Hasil pemeriksaan awal tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Pihak keluarga korban telah menerima dan mengikhlaskan kepergian almarhum serta menyatakan menolak dilakukan autopsi. Selanjutnya, jenazah rencananya akan dimakamkan di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan,” Jelas Kapolsekta Mamuju, AKP Mustafa, SH, MH. (*)