Sumatera Dilanda Banjir dan Longsor, Rektor UNJ: Perubahan Iklim Bukan Isu Akademik Saja
December 21, 2025 06:38 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Komarudin mengatakan kerusakan lingkungan yang terus terjadi di berbagai daerah telah menjadi pemicu utama meningkatnya bencana banjir dan tanah longsor di Indonesia.

Menurut Komarudin, perubahan iklim dan degradasi lingkungan bukan lagi sekadar isu akademik.

Isu ini, kata Komarudin, menjadi realitas sosial yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya keluarga dan kelompok rentan.

"Perubahan iklim memicu cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor, serta degradasi sumber daya alam. Ini bukan lagi sekadar wacana, tetapi sudah kita rasakan dampaknya," ujar Komarudin.

Hal tersebut disampaikan Komarudin saat membuka Seminar Nasional Pemuda Hijau yang digelar Jaringan Nasional Pemuda Hijau (JARNAS Pemuda Hijau) di Gedung Olahraga Kampus B UNJ, Jakarta.

Dirinya menekankan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi berada pada titik krusial dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. 

Jika kerusakan ekologis dibiarkan, dampaknya akan bersifat sistemik dan jangka panjang.

"Kerusakan lingkungan akan memengaruhi kualitas hidup keluarga, mulai dari meningkatnya risiko kesehatan, menurunnya produktivitas ekonomi, hingga terganggunya pendidikan anak-anak," katanya.

Komarudin menilai, persoalan lingkungan dan bencana tidak bisa dilepaskan dari isu kependudukan dan ketahanan keluarga. 

Menurutnya, diperlukan keterlibatan aktif generasi muda sebagai agen perubahan.

"Pemuda memiliki energi, kreativitas, dan kepekaan sosial untuk menghadapi tantangan ekologis masa depan. Peran mereka sangat strategis dalam mitigasi bencana berbasis lingkungan," katanya. 

Sementara itu, Ketua Umum Jaringan Nasional Pemuda Hijau (JARNAS PH) G. Borlak mengatakan seminar ini menjadi gerakan moral untuk membangkitkan kembali semangat dan kepedulian orang muda terhadap isi kependudukan dan lingkungan hidup.

Ia menyebut, orang muda mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian dan keutuhan alam. 

Borlak yang merupakan mahasiswa Doktoral Ilmu Kependudukan dan lingkungan Hidup UNJ ini menegaskan bahwa gerakan tidak sekedar retorika dan seremonial. Tapi harus konkrit dan nyata.

"Ini akan menjadi fondasi penting dalam membangun konsolidasi pemuda hijau yang solid, terorganisir, dan berorientasi pada aksi nyata di seluruh Indonesia," ungkapnya. 

Borlak mengajak semua komponen bangsa Indonesia untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan menanam pohon. 

"Satu pohon kita telah menyelamatkan masa depan Indonesia. Kegiatan ini juga sebagai aksi konkrit mendukung pemerintah mewujudkan Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045," katanya. 

Seminar Nasional Pemuda Hijau mengusung tema Refleksi Pemuda untuk Pelestarian Lingkungan dan Kependudukan Berkelanjutan Menuju Ketahanan Keluarga 2045 dan dihadiri akademisi, pemangku kebijakan, organisasi kepemudaan, serta komunitas lingkungan dari berbagai daerah.

Baca juga: Pasca Banjir Bandang dan Longsor, Warga Aceh Alami Cemas Setiap Hujan Turun

Kegiatan tersebut juga menegaskan pentingnya aksi nyata, seperti penanaman pohon dan penguatan gerakan lingkungan, sebagai bagian dari upaya mitigasi banjir dan longsor menuju Indonesia Emas 2045.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.