Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Jiafni Rismawarni
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU – Menjelang akhir tahun 2025, pendapatan petani di Provinsi Bengkulu mengalami tekanan, khususnya pada November 2025.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menunjukkan harga hasil pertanian yang diterima petani mengalami penurunan, sementara biaya untuk menanam dan merawat tanaman justru meningkat.
Kondisi tersebut membuat keuntungan petani menjadi lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, menjelaskan indikator ekonomi yang digunakan, yakni Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP), memang tercatat mengalami penurunan.
"Secara sederhana, NTP dan NTUP menunjukkan berapa banyak petani mendapat untung setelah membayar biaya produksi. Jika turun, artinya petani masih untung, tapi keuntungannya lebih sedikit dibanding bulan lalu," kata Win Rizal.
Menurut BPS, NTP Bengkulu pada November 2025 tercatat sebesar 207,93 atau turun 1,50 persen dibandingkan Oktober.
Sementara itu, NTUP berada di angka 209,26 atau turun 1,53 persen.
Penurunan tersebut mencerminkan bahwa usaha pertanian rumah tangga menghadapi tekanan keuntungan karena biaya produksi meningkat lebih cepat dibandingkan harga jual hasil pertanian.
Win Rizal menambahkan, data NTP dan NTUP menjadi acuan penting bagi pemerintah daerah dalam merancang kebijakan sektor pertanian.
Dengan memahami tren harga dan biaya produksi, pemerintah dapat menyiapkan subsidi, program pendampingan, hingga bantuan akses pasar agar pendapatan petani tetap stabil.
Meski terjadi penurunan, Win Rizal tetap optimistis petani Bengkulu masih memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan.
Ia menjelaskan bahwa bagi masyarakat, data ini menggambarkan kondisi ekonomi sektor pertanian yang memiliki peran besar dalam ketahanan pangan dan perekonomian daerah.
Penurunan NTP dan NTUP juga menegaskan perlunya perhatian lebih terhadap harga jual hasil pertanian serta efisiensi biaya produksi di tingkat rumah tangga pertanian.
"Dengan produktivitas lebih tinggi dan efisiensi produksi, petani bisa menjaga keuntungan meski harga pasar berfluktuasi," imbuhnya.
Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini