Isi Loker MAHM Anak Maman Suherman di Sekolah Jadi Sorotan: Ada Al Quran hingga Kartu One Piece
December 21, 2025 09:03 PM

BANGKAPOS.COM -- Sebuah loker kecil di lantai dua SD Islam Al-Azhar 40 Kota Cilegon masih berdiri rapi.

Isinya utuh, tak tersentuh, seolah pemiliknya hanya sedang izin pulang lebih awal dan akan kembali ke sekolah esok hari.

Namun, loker itu kini menjadi saksi bisu kepergian A, bocah 9 tahun yang tewas secara tragis di rumahnya.

Baca juga: Apa itu Hamburan Rayleigh, Fenomena Langit Merah Bikin Warga Banten Resah, Dikira Bencana

Kasus meninggalnya A, putra politisi PKS Maman Suherman, hingga kini masih menyisakan duka mendalam.

Bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi guru, teman-teman sekolah, dan warga di lingkungan tempat korban tumbuh.

A ditemukan meninggal dunia di kediamannya di Kota Cilegon, Banten, pada Selasa (16/12/2025).

Di tubuhnya terdapat belasan luka tusuk yang mengindikasikan tindak kekerasan brutal.

Awalnya, peristiwa tersebut sempat dikaitkan dengan dugaan perampokan.

Namun, penyelidikan kepolisian berkembang setelah tidak ditemukan barang berharga yang hilang dari rumah korban.

Arah kasus pun mengerucut pada dugaan pembunuhan, dengan korban diduga bukan target utama.

Loker Sekolah yang Masih Utuh

Dua hari setelah kejadian, jurnalis Tribunnews.com, Ibriza Fasti Ifhami, menyambangi sekolah tempat A menimba ilmu, Kamis (18/12/2025). Di sana, jejak keseharian A masih tertinggal.

Loker milik A masih tersimpan rapi. Di dalamnya terdapat Alquran, kartu bergambar karakter One Piece, mainan robot dinosaurus, serta buku pelajaran Fikih dan Aqidah Akhlak.

Tidak ada yang berubah, seolah waktu berhenti sejak A terakhir menutup pintu lokernya.

Keberadaan Alquran di loker tersebut menjadi gambaran awal tentang kebiasaan dan nilai religius yang melekat dalam keseharian A.

Kenangan Para Guru

Pihak sekolah mengenang A sebagai murid yang meninggalkan kesan mendalam. Kepala SD Islam Al-Azhar 40 Cilegon, Ridwan Arifin, menyebut almarhum sebagai anak yang berperilaku baik dan ceria.

“Kesehariannya itu, alhamdulillah Ananda itu termasuk alim ya, perilakunya juga bagus, akhlaknya bagus, kemudian ceria, kemudian main bersama dengan teman-temannya,” ujar Ridwan.

Menurutnya, A juga aktif mengikuti berbagai kegiatan sekolah. Pramuka menjadi salah satu aktivitas favoritnya. Selain itu, A sempat menyampaikan keinginan untuk mengikuti les musik, meski belum sempat terwujud.

Kesaksian Tetangga: Rajin Salat Subuh Sejak Kecil

Kenangan serupa juga datang dari lingkungan tempat tinggal keluarga Maman Suherman. Gina (nama samaran), tetangga yang telah tinggal berdampingan selama tujuh tahun, mengenal keluarga tersebut sebagai sosok yang ramah dan bersahaja.

“Haji Maman sosok yang baik banget. Dia menyapa kalau lewat. Misalnya pas ketemu, walaupun di dalam mobil dia buka jendela, ‘Bu, permisi Bu’,” kata Gina kepada Tribunnews.com, Kamis (18/12/2025).

Menurut Gina, A juga dikenal sebagai anak yang sopan. Ia terbiasa menyapa orang yang lebih tua dengan senyum dan anggukan kepala.

Tak hanya itu, meski usianya masih belia, A sudah terbiasa salat Subuh berjamaah di masjid bersama sang ayah.

“Emang Pak Haji salat enggak pernah ketinggalan. Dia sama anaknya yang paling kecil itu sering jalan lewat sini, mau shalat subuh ke masjid,” ungkap Gina.

Hal tersebut dibenarkan Ketua RT setempat, Istianto (65), yang kerap melihat kebersamaan ayah dan anak itu.

“Pak Maman itu sama anaknya suka shalat subuh berjemaah di masjid,” kata Istianto.
“Anaknya itu di masjid, shalat subuh, shalat Jumat juga,” lanjutnya.

Diduga Bukan Target Utama

Kasus ini turut mendapat perhatian pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri. Ia menduga MAHM (9) bukanlah target utama dari aksi pembunuhan tersebut.

“Boleh jadi orang yang menghabisi korban tidak sungguh-sungguh menjadikan korban sebagai target aksinya,” lanjutnya.

Menurut Reza, pelaku diduga mengincar pihak lain, kemungkinan orang tua korban. Namun, karena tidak dapat melancarkan aksinya, korban kemudian dijadikan sasaran pengganti.

“Namun karena tidak mungkin melakukan serangan secara frontal terhadap orang tua korban, maka korban dijadikan sebagai objek pengganti atau subtitusi,” jelasnya.

Reza menambahkan, dalam kasus kejahatan, motif dan perilaku pelaku tidak selalu berjalan lurus.

“Belum tentu orang yang menghabisi korban adalah orang yang sungguh-sungguh punya kepentingan bagi meninggalnya korban,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa anak-anak merupakan kelompok paling rentan menjadi korban kejahatan karena lemah secara fisik, psikis, dan sosial.

(Bangkapos.com/Tribunnews/Surya.co.id)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.