TRIBUNMANADO.CO.ID - Gereja-gereja di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), akan menggelar ibadah Natal pada hari raya Natal, Kamis (25/12/2025).
Salah satunya gereja Sentrum di pusat kota di Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Provinsi Sulut.
Gereja bersejarah ini akan menggelar tiga kali ibadah pada hari Natal.
"Kami akan gelar ibadah pada pukul 6 subuh, pukul 9 pagi dan pukul 6 sore," kata Sekretaris BPMJ GMIM Sentrum Rein Heidemans, Senin (22/12/2025).
Ia menuturkan, ibadah juga akan digelar pada sehari sebelumnya yakni ibadah malam Natal.
"Ibadah malam Natal akan berlangsung pada 24 Desember 2025 pukul 6 sore," kata dia.
Amatan Tribunmanado.com Senin (22/12/2025), persiapan tengah dilakukan di Gereja Sentrum.
Sebuah tenda didirikan di depan gereja.
Seperti pada tahun tahun sebelumnya, ibadah malam
Natal dan Natal di Gereja Sentrum akan mendapat penjagaan ketat.
Tim Jihandak kepolisian akan menyisir gereja itu pada tanggal 24 Desember 2025 siang.
Malamnya aparat berjaga di depan gereja saat berlangsungnya ibadah.
Aparat mendapat dukungan dari sejumlah Ormas Muslim yang turut melakukan penjagaan.
Gereja Sentrum berlokasi di jalan Sarapung, Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Menurut sejarah gereja ini, Gereja Sentrum berdiri sejak 1677 serta merupakan peninggalan masa kolonial Belanda.
Dulu, nama gereja tersebut adalah Oude Kerk (Gereja Besar) Manado. Lalu setelah kemerdekaan, nama gereja diubah menjadi Sentrum Manado.
Gereja ini didirikan oleh Zacharias Coheng yang merupakan pendeta dari Belanda yang ditempatkan di Manado oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Gereja Sentrum juga pernah menjadi markas Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai (MSKK) saat dipimpin oleh pendeta asal Jepang, Hamasaki. Saat itu masa pendudukan Jepang di Manado.
Gereja tersebut pernah hancur dan mengalami rusak yang parah karena dibom saat perang dunia II.
Namun setelah kejadian itu, Gereja Sentrum kembali direnovasi.
Arsitek Ir Van den Bosch, sekutu NICA kemudian membuat monumen Perang Dunia II disamping Gereja Sentrum pada tahun 1946 sampai 1947.
Pembuatan monumen itu untuk mengenang terhadap sekutu, Jepang, bahkan rakyat yang menjadi korban pada masa Perang Dunia II.
Kemudian pada 1952 gereja ini kembali direnovasi dan ditahbiskan pada Oktober di tahun yang sama dengan ciri khas gereja protestan Belanda yang berbentuk persegi sebagai simbol empat penjuru mata angin.
Bangunan Gereja GMIM Sentrum Manado sudah beberapa kali direnovasi dan mengalami perubahan.
Untuk Posisi mimbar yang sebelumnya menghadap ke utara dipindahkan dari utara menghadap ke timur, namun keaslian dinding dan pilarnya tetap dipertahankan.
Sebagai pusat kegiatan keagamaan dan objek wisata religi, GMIM telah banyak didatangi wisatawan.
Ratu Beatrix dari Belanda dan suaminya, Pangeran Claus Van Amsberg, pun pernah mengunjungi Gereja di ibu kota Sulawesi Utara ini pada 1995. (Art)
Gereja Sentrum Manado sumber foto Tribun manado Arthur Rompis