SRIPOLU.COM, PALEMBANG - Setidaknya ada 8 poin hasil rapat, Jumat ((19/12/2025) malam yang dihadiri puluhan sezione dan pengurus Ultras Palembang terkait sidang gugatan yang dihadapi Sriwijaya FC.
1. Hasil putusan sidang Pailit Sriwijaya FC ditunda hari Senin (22/12/2025).
2. Ultras Palembang tetap mendukung sampai kapanpun, kecuali Sriwijaya FC bubar dari peta sepak bola dunia, apabila pengadilan memutuskan SFC Pailit/Bangkrut.
3. Ultras Palembang tidak akan membubarkan diri, walau Sriwijaya FC bubar/bangkrut.
4. Ultras Palembang tetap 1 Komando.
5. Ultras Palembang akan menentukan sikap setelah putusan sidang hari Senin (22/12/2025). Apabila berkekuatan hukum tetap atau Inkrah.
6. Seluruh Sezione, anggota dan pengurus Ultras Palembang tetap bersikap tenang.
7. Ultras Palembang akan rapat akbar, apabila Putusan Sidang menyatakan Sriwijaya FC bubar/bangkrut.
8. Ultras Palembang selalu berdoa agar Senin (22/12/2025) Sriwijaya FC menang di pengadilan negeri niaga dan tetap ikut berkompetisi selamanya di kasta sepak bola Indonesia.
"Kami tetap menunggu keajaiban berpihak kepada Sriwijaya FC. Kami berharap hakim yang memutuskan bersikap fair dan profesional, bukan berdasarkan pesanan atau intervensi," kata Capo Tifoso Ultras Palembang kepada Sripoku.com.
Hari ini Senin (22/12/2025) menjadi yang paling menegangkan bagi Sriwijaya FC. Klub kebanggaan Wong Kito yang telah berdiri selama 21 tahun terancam hilang dari peta sepak bola nasional jika majelis Pengadilan Negeri Niaga Palembang mengabulkan permohonan PKPU (pernyataan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang) yang diajukan Hotel Majestic Palembang.
Jika permohonan dikabulkan, Sriwijaya FC akan kehilangan kendali penuh atas aset dan manajemen. Semua kekayaan klub akan diambil alih kurator, sementara manajemen lama tidak lagi berwenang menjalankan operasional. Proses hukum kepailitan bisa berujung pada likuidasi, membubarkan klub yang pernah berjaya di Liga Indonesia.
Kuasa hukum Sriwijaya FC, Berman Limbong, menegaskan bahwa laga kontra PSMS Medan pada 27 Desember mendatang hampir pasti batal jika putusan PKPU jatuh hari ini.
“Kalau dikabulkan, jangan berharap lagi ada pertandingan. Saya pastikan tanggal 27 tidak akan ada laga,” ujarnya.
PSSI pun diprediksi akan menjatuhkan sanksi berat jika Sriwijaya FC gagal bertanding, mulai dari denda miliaran rupiah hingga pencoretan dari kompetisi.
Kabar ini membuat ribuan suporter Sriwijaya FC gelisah. Di media sosial, mereka meluapkan kekhawatiran bahwa klub yang pernah mengangkat trofi bergengsi kini bisa tinggal kenangan.
“Sriwijaya FC bukan sekadar tim, tapi identitas wong kito,” tulis salah satu akun fanbase.
Meski demikian, Berman Limbong berharap majelis hakim mempertimbangkan dampak moril dan materiil bagi banyak pihak sebelum menjatuhkan putusan.
“Majelis pasti melihat banyak hal. Kalau kemampuan membayar tidak ada, ngapain di-PKPU-in. Aset Sriwijaya FC itu kebanggaan dan semangat, bukan materi,” tegasnya.
Hari ini bisa menjadi titik balik sejarah Sriwijaya FC. Apakah klub berjuluk Laskar Wong Kito akan bangkit dengan restrukturisasi, atau justru resmi tinggal kenangan? Semua mata tertuju pada ruang sidang Pengadilan Negeri Niaga Palembang, tempat nasib Sriwijaya FC diputuskan.
Berikut ini prediksi 3 dampak yang bakal dialami Sriwijaya FC pasca jika majelis Pengadilan Negeri Niaga mengabulkan permohonan PKPU (pernyataan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang) yang diajukan pihak Hotel Majestic Palembang, Sumatera Selatan, Senin (22/12/2025) hari ini.
1. Pengambilalihan aset dan manajemen: Sriwijaya FC secara hukum akan kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus seluruh kekayaannya. Seluruh aset klub akan disita dan dikelola oleh seorang Kurator yang ditunjuk oleh pengadilan.
2. Hilang kendali operasional: manajemen Sriwijaya FC saat ini tidak lagi berwenang menjalankan operasional klub, termasuk urusan sepak bola sehari-hari, karena semua keputusan finansial dan aset berada di tangan kurator.
3. Potensi pembubaran (Likuidasi): Tujuan utama kepailitan adalah membereskan harta pailit untuk menjamin pelunasan utang secara tertib. Jika aset klub tidak cukup untuk membayar semua kreditur (termasuk pemain yang menuntut), klub Sriwijaya FC bisa dibubarkan atau dilikuidasi.
Peran pihak yang menuntut: Pihak yang menuntut (kreditur, seperti pemain) akan mengurus piutang mereka melalui proses kepailitan di bawah pengawasan kurator. Mereka tidak bisa serta-merta menjalankan klub atau memaksanya untuk terus ikut liga, karena fokusnya adalah pembagian aset yang tersisa.
Singkatnya, jika dipailitkan, Sriwijaya FC kemungkinan besar tidak akan bisa melanjutkan kompetisi di liga dan berpotensi hilang sebagai entitas klub sepak bola profesional. Proses hukum kepailitan akan mengambil alih, dan nasib klub akan ditentukan oleh penyelesaian utang-piutang tersebut.
Secara praktis, keikutsertaan di liga akan terhenti atau sangat terancam. Klub yang berada di bawah manajemen kurator biasanya tidak dapat memenuhi kewajiban operasional dan finansial untuk mengikuti kompetisi profesional yang ketat, yang mensyaratkan stabilitas keuangan dan profesionalisme manajemen.
Sanksi PSSI: Jika Sriwijaya FC gagal bertanding atau mengundurkan diri dari liga akibat masalah ini, PSSI akan menjatuhkan sanksi berat, yang bisa berupa denda finansial (sekitar Rp 3 miliar) dan kemungkinan diskualifikasi atau pencoretan dari kompetisi.
Peran pihak yang menuntut: Pihak yang menuntut (kreditur, seperti pemain) akan mengurus piutang mereka melalui proses kepailitan di bawah pengawasan kurator. Mereka tidak bisa serta-merta menjalankan klub atau memaksanya untuk terus ikut.
Dampak prediksi yang bakal dialami tim Elang Andalas ini beredar di kalangan fans, suporter Sriwijaya FC sejak kemarin yang mengkhawatirkan nasib tim kebanggaan Wong Kito yang telah ada 21 tahun ini bakal tinggal kenangan nantinya.
Sementara Kuasa Hukum Sriwijaya FC, Berman Limbong SH MH mengaku tak mau berspekulasi terlalu dini terkait putusan yang akan dijatuhkan majelis Pengadilan Negeri Niaga atas permohonan PKPU (pernyataan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang) yang diajukan pihak Hotel Majestic Palembang, Sumatera Selatan, Senin (22/12/2025) hari ini.
"Saya tidak mau mendahului majelis hakim. Itu murni urusan majelis," kata Berman Limbong ketika ditanya Sripoku.com terkait kemungkinan dikabulkannya gugatan untuk mempailidkan Sriwijaya FC.
Berman Limbong yang juga Direktur Kompetisi PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) selaku manajemen pengelola Sriwijaya FC meyakini, majelis hakim dalam mengambil keputusan mempunyai pertimbangan yang pastinya telah melihat banyak hal.
"Tadi saya bilang bahwa majelis hakim juga pasti akan memperhatikan aspek kerugian materiil maupun moril dari banyak orang," kata Berman Limbong.
Sementara itu, pihak manajemen Hotel Majestic Palembang yang dikonfirmasi enggan membeberkan nominal utang Sriwijaya FC ke mereka.
Manajemen Hotel Majestic Palembang pun tak menampik kabar viral pemain Sriwijaya FC musim lalu sempat tak diberikan sarapan pagi.
Suyanto, Manajer Hotel Majestic, menjelaskan bahwa hotel tidak bisa menyediakan sarapan karena kekurangan dana.
Menurutnya, sejak para pemain Sriwijaya FC menginap di hotel tersebut pada Juli 2024, mereka tidak membayar uang muka (DP) terlebih dahulu, namun hotel tetap menerima mereka karena telah menjalin kerja sama lama dengan PT SOM, manajemen klub Sriwijaya FC.
Namun, situasi keuangan hotel semakin memburuk. Suyanto menyebutkan bahwa hotel harus menanggung biaya konsumsi para pemain, yang hingga saat ini belum dibayar oleh manajemen Sriwijaya FC.
Ia juga mengungkapkan bahwa hotel memiliki sejumlah utang kepada pemasok, serta kewajiban lainnya, seperti pembayaran pajak dan gaji karyawan.
Kami belum dibayar oleh manajemen, sementara kami punya kewajiban lain yang harus dipenuhi," ungkap Suyanto.
Meski demikian, ia mengungkapkan rasa kecewa karena merasa sudah berusaha keras membantu.
"Saya sudah mencoba mencari uang agar para pemain bisa makan, apalagi menjelang pertandingan. Tapi saat ini saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi," katanya dengan nada sedih.
Suyanto juga mengatakan bahwa sejak bulan Juli hingga Desember 2024, baik hotel maupun pemain sudah terpaksa harus bersabar menghadapi situasi ini.
Baca juga: 3 Dampak Dialami Sriwijaya FC Jika Putusan Sidang Mempailitkan Hari Ini!
"Kami sudah berusaha menutupi kekurangan ini selama lima bulan terakhir, tetapi sekarang kami benar-benar tidak bisa lagi," tambahnya.
Hotel Majestic sendiri memastikan bahwa jika tidak ada sarapan atau makan untuk pemain, pihak hotel akan segera mengonfirmasi hal ini kepada manajemen Sriwijaya FC.
Pihak hotel juga menyampaikan permohonan maaf kepada para pemain, pelatih, dan staf yang terdampak.
"Kami mohon maaf kepada semua pihak, ini bukan karena kami sengaja. Kami juga kasihan dengan para pemain, pelatih, dan official yang sudah sangat kesulitan," ujar Suyanto.