Mengaku Punya 'Utang Budi', Tantowi Yahya Turun Gunung Ingin Besarkan NHI Bandung
December 22, 2025 02:04 PM


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presenter sekaligus diplomat, Tantowi Yahya, terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni (IKA) National Hotel Institute (NHI) Bandung untuk periode 2025-2029. 

Ia terpilih dalam Kongres Pertama IKA NHI pada Agustus 2025.

Baca juga: Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah Berikan Semangat untuk Hamdan ATT yang Sedang Sakit

Mengemban amanah baru memimpin alumni kampus pariwisata bergengsi tersebut, Tantowi mengungkapkan alasan personal yang mendalam. 

Mantan Duta Besar RI untuk Selandia Baru ini mengaku memiliki 'utang budi' yang besar terhadap almamaternya tersebut.

 

TANTOWI YAHYA -  Ikatan Alumni (IKA) Sekolah Tinggi Pariwisata NHI memilh  Tantowi Yahya sebagai Ketua untuk masa bakti 2025–2029.
TANTOWI YAHYA - Ikatan Alumni (IKA) Sekolah Tinggi Pariwisata NHI memilh  Tantowi Yahya sebagai Ketua untuk masa bakti 2025–2029. (istimewa)

 

Hal itu disampaikan Tantowi Yahya saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Jumat (19/12/2025). 

“Ya ini terus terang, berutang budilah sama kampus itu," ungkap Tantowi Yahya saat berbincang mengenai keterpilihannya.

Menurut Tantowi, kesuksesan kariernya yang malang melintang dari dunia hiburan hingga diplomasi internasional, tidak lepas dari ilmu dan gemblengan yang ia terima di NHI Bandung.

Dia pun merasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar NHI. 

"Keberhasilan saya saat ini, sedikit banyak itu ditopang oleh saya sebagai alumni dari NHI. Dan saya bangga sekali gitu," ujarnya.

Tantowi pun menjelaskan bahwa pendidikan dasar pariwisata yang ia terima menjadi fondasi kokoh bagi profesi-profesi yang dijalani selanjutnya. 

Pria kelahiran Palembang ini membeberkan bahwa karakter orang yang bekerja di bidang hospitality (keramahan) memiliki keunggulan tersendiri.

"Jadi karakter dari orang yang bekerja di bidang hospitality itu adalah courteous, sopan, ya. Kemudian mendengar, dan melayani," jelas Tantowi.

Tiga hal mendasar tersebut yakni sopan, mendengar, dan melayani, ternyata menjadi kunci sukses di berbagai bidang lain. 

Tantowi menyebut keahlian tersebut sangat terpakai dalam dunia pemasaran (marketing), hubungan masyarakat (public relations), hingga puncaknya saat bertugas sebagai diplomat.

"Nah ternyata tiga hal itu menjadi kebutuhan dasar apabila kita ingin sukses di bidang-bidang yang kaitannya dengan marketing, dengan public relations, dan bahkan dengan diplomasi," katanya.

"Karena diplomasi itu adalah teknik bagaimana kita berbicara, meyakinkan orang, mendengar, kemudian sopan, dan seterusnya," sambungnya.

Kebanggaan sebagai alumni NHI atau yang kini juga dikenal sebagai Poltekpar NHI Bandung, menurut Tantowi, adalah perasaan yang melekat kuat. 

Meski para alumninya melanjutkan pendidikan tinggi di tempat lain, identitas sebagai lulusan NHI tetap dibawa.

"Berpengaruh. Makanya alumni NHI itu meski dia setelah selesai dari NHI atau Poltekpar itu dia kuliah lagi di mana-mana, dia akan tetap bangga sebagai alumni NHI," ujarnya.

Maka dari itu, Tantowi merasa terpanggil untuk 'turun gunung' dan mengabdi kembali ke kampus. 

Bersama para pengurus lainnya, Tantowi mengaku telah menyiapkan sejumlah program kerja.

"Nah saya tuh terpanggil, untuk mengembalikan apa yang saya dapatkan dari kampus itu dalam bentuk saya menjadi ketua," tegasnya.

"Dan saya mempunyai beberapa program yang saya rasa saya bersama teman-teman dapat berkontribusi untuk mengembalikan nama besar NHI," tandas Tantowi.

Berikut petikan wawancara dengan Tantowi Tahya bersama Direktur Tribun Network Febby Mahendra Putra terkait kepengurusan IKA NHI;

Tanya: Sebagai seorang Ketua Umum seberapa banyak alumni NHI yang terdata?

Jawab: Saya dulu beranggapan alumni NHI sekira 12.000. Ketika saya terpilih menjadi ketua dan program pertama saya adalah konsolidasi alumni, konsolidasi keanggotaan, ternyata jumlah alumni kita itu sudah lebih dari 35.000.

Tanya: 35.000?

Jawab: Yang tersebar di seluruh dunia. Saya bangga, karena ada di seluruh pojok dunia itu, karena mereka bekerja pada sektor pariwisata, perhotelan. Di mana tiket atau paspor itu, artinya itu mengerti pariwisata, bekerja di bidang pariwisata itu adalah paspor bagi kita untuk bekerja di mana pun. Sebaran alumni NHI itu saya sebut rata.

Tanya: Bagaimana mendata alumni NIH yang banyak?

Jawab: Dari data-data yang ada, yang ada di kampus.

Kampus kan dia punya data dan terus di-update dari tahun ke tahun. Nah, tentu itu sebagai modal dasar yang sangat memadai ya. Nah seterusnya kita memasang semacam perwakilan-perwakilan untuk setiap regional.

Misalnya Pasifik. Pasifik itu kan Australia, Selandia Baru, dan lain-lainnya. Nah di situ kita punya orang. Nah orang itulah yang memberikan update kepada kita. Nah kemudian begitu saya banyak disebut, "Wah Tantowi sebagai Ketua IKA NHI," nah mereka menjadi tersatukan kembali, Mas.

Terus mereka pengin tahu, pengin tahu ini apa nih program NHI ini, saya ingin memberikan kontribusi. Di situlah website itu penting. Nah sekarang ini kita sedang membangun website yang sangat komprehensif, yang satu di antaranya menjadi rumah bagi 35.000 alumni itu.

Tanya: Apa pentingnya menggalang para alumni. Pentingnya apa buat NHI atau Poltekpar?

Jawab: Kalau buat NHI, buat alumni ya, baik yang alumni sudah lama lulus maupun yang baru lulus tiap tahun, mereka bisa mendapatkan informasi terkait lowongan pekerjaan dan lowongan tempat magang di seluruh dunia. Informasi itu mahal, Mas. Kita bisa pegang segudang ijazah gitu, tapi kalau enggak tahu mau kerja di mana, di mana ada lowongan pekerjaan, menjadi tidak berguna. (Tribun Network/Yuda)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.