Pernikahan Lintas Benua Hebohkan Warga Luwu, Calon Suami Tinggi 2,8 Meter
December 22, 2025 04:22 PM

 
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU – Pernikahan lintas benua menghebohkan warga Kelurahan Noling, Kecamatan Bua Ponrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Warga Dusun Salumakarra, Alifah Walidain Nur, dipersunting pria asal Sudan Selatan, Malik Maluil-Kuel Jok.

Prosesi akad nikah mereka digelar Sabtu (20/12/2025).

Pernikahan tersebut mengundang rasa penasaran warga karena tergolong tak biasa.

Selain berasal dari dua benua berbeda, sosok Malik dengan perawakan fisik tinggi dan besar menjadi perhatian.

Tinggi pria berusia 29 tahun itu mencapai 2,8 meter.

Karena itu, Malik kerap diminta berfoto oleh warga yang datang menyaksikan prosesi akad nikah.

Kakak kandung mempelai perempuan, Muhammad Muhajir Nur (35), mengungkapkan Alifah merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Ia adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarga pasangan Abdul Rahman Nur dan Wahidah.

“Adek ini, anak ketiga dari lima bersaudara. Satu-satunya anak perempuan di keluarga. Namanya Alifah Walidain Nur (29),” ujar Muhajir saat ditemui di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bua Ponrang, Senin (22/12/2025) sekitar pukul 12.12 Wita.

Ia menjelaskan rencana pernikahan tersebut telah melalui proses komunikasi panjang.

Kata Muhajir, komunikasi antar keluarga telah terjalin sejak tiga bulan terakhir.

Dari komunikasi itu, akhirnya ditetapkan tanggal akad nikah Alifah dan Malik.

“Pernikahannya berlangsung tanggal 20 Desember, proses awalnya sudah dari tiga bulan lalu. Sudah mulai ada komunikasi, sehingga ditetapkan tanggal,” akunya.

Ia menambahkan prosesi pernikahan tetap dijalankan sesuai adat dan syariat Islam.

“Ya, (pakai adat Luwu) proses nikahnya sesuai dengan syarat dan ketentuan agama. Pakai panai', hanya mama yang tahu. Kita anaknya, bahkan adik tidak tahu,” bebernya.

Ia menilai adat dan agama tidak pernah bertentangan dalam prosesi pernikahan tersebut.

“Saya rasa adat dan agama itu tidak pernah bertolak belakang. Adat dan agama selalu sejajar. Dan itulah yang kita rasakan hari ini,” ungkapnya.

Muhajir menegaskan keluarga sepenuhnya mendukung keputusan Alifah untuk menikah dengan pria asing tersebut.

“Respon keluarga saat mendengar kabar pernikahan ini, pastinya selalu mendukung apa yang menjadi keputusan adik. Karena adik ini bukan adik yang kecil lagi,” jelasnya.

Menurut Muhajir, perkenalan Alifah dan Malik berawal dari teman mereka.

Itulah awal yang mempertemukan keduanya sebelum akhirnya intens berkomunikasi melalui media sosial.

“Proses perkenalannya itu berdasarkan dari teman. Diperkenalkan. Akhirnya terjalin komunikasi. Lebih banyak berkomunikasi lewat media sosial,” jelas Muhajir sambil tersenyum.

Ia menyebut tidak ada hambatan bahasa antara adiknya dengan Malik.

Latar belakang Alifah yang pernah berprofesi sebagai tenaga pendidik di luar negeri memudahkan proses komunikasi keduanya.

“Adik saya pernah menjadi dosen di UIN Palopo, walau beberapa bulan, dan terakhir sampai dia menikah, pernah di Al-Azhar Mesir mengajar,” akunya.

Muhajir mengaku Alifah fasih berbahasa Arab dan sedikit mahir berbahasa Inggris.

“Bahasa saya rasa tidak ada kendala, karena adik saya fasih bahasa Arab. Karena saya kakaknya, fasih bahasa Inggris, karena saya pernah tinggal lama di Australia,” katanya.

Kendati demikian, Muhajir tak menampik sempat muncul kekhawatiran dari keluarganya.

Sebab calon adik iparnya itu berasal dari negara asing.

Oleh karena itu, Muhajir lebih dulu memastikan latar belakang Malik.

“Sampai dengan akad nikahnya, kekhawatiran itu sudah menghilang. Awalnya memang kita (keluarga), saya sebagai kakaknya, otomatis mengecek, apakah ini betul atau tidak,” ujarnya.

Muhajir juga mengungkap latar belakang Malik yang pernah berkarier sebagai atlet basket profesional.

“Background Malik ini adalah atlet. Dulunya dia atlet basket. Sempat main di beberapa negara di Eropa, sebelumnya juga pernah bermain di Amerika sebelum memutuskan pensiun,” katanya.

Malik, sambung Muhajir, menjadi pria yang tumbuh dan besar di Amerika.

“Karakter budaya, sebenarnya si Malik hampir seluruhnya hidupnya dihabiskan di negara barat. Istilahnya western country. Jadi gaya dari Sudannya itu sudah tidak saya lihat. Yang saya lihat justru Amerikanya. Saya pernah tinggal di Australia, jadi saya bisa baca, dia Malik ini sudah Amerika,” terangnya.

Ia menegaskan, bagi keluarga, nilai agama menjadi hal utama yang dijaga.

“Nilai yang perlu dijaga, kami sebagai orang Luwu yang tinggal di Salumakarra, yang penting itu agamanya. Si Malik ini agamanya Islam sejak dari kecil. Bahkan bapaknya itu guru besar ilmu agama, bapaknya pernah di Al-Azhar, Eropa dan Amerika,” katanya.

Sebagai kakak, Muhajir berharap pernikahan adiknya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.

“Pesan ke adik, sebagai keluarga, kakak dari yang dipersunting warga asing ini, harapannya pernikahan menjadi contoh teman-teman di luar yang mungkin ragu. Bahwa ini mudah-mudahan menjadi inspirasi,” katanya.

Kepala KUA Bua Ponrang, Arifing, menerangkan tidak ada kendala selama pengurusan berkas pernikahan Alifah dan Malik.

“Kendala administrasi tidak ada, mungkin hanya persoalan waktu saja. Karena mereka butuh proses untuk mengurus di kedutaan,” kata pria lulusan UIN Alauddin Makassar itu.

Proses ijab kabul, sambung Arifing, berlangsung khidmat dan berjalan lancar.

“Prosesi ijab kabul pakai bahasa Arab,” tandasnya. (*)

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Sauki Maulana

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.