TRIBUN-MEDAN.COM - Seragam sekolah mulai menjadi kebutuhan pengungsi Bencana Sumatera jelang proses belajar-mengajar, awal Januari 2026.
Jumlahnya memang tak sebanyak permintaan sembako dan air bersih, namun pantauan wartawan Tribun Medan di Tapanuli Selatan, belum ada bantuan berbentuk peralatan sekolah.
Banyak sekolah juga rusak di Tapanuli Tengah dan Sibolga.
"Tolonglah seragam sekolah dan buku," ucap pengungsi kepada donatur saat memberikan bantuan, belum lama ini.
Berdasarkan fakta ini, anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan, Landen Marbun, berharap Dinas Pendidikan memberikan keringanan kepada siswa di daerah bencana.
Landen menceritakan jika beberapa warga sudah menghubungi dirinya meminta bantuan berbentuk seragam dan alat tulis sekolah.
"Baju seragam dan buku-buku hancur karena banjir. Kami meminta Disdik memperbolehkan anak-anak ke sekolah tanpa menggunakan seragam agar tidak membebani orangtua," ucap Landen kepada wartawan Tribun Medan, 22 Desember 2025.
Atas kondisi ini, Landen bersama beberapa organisasi amal: Loving Hands Charity (LHC), Maha Karuna Love Care dan Budha Suci, segera mendistribusikan seragam dan alat tulis ke daerah bencana.
Berdasarkan data saat ini sudah ada ratusan paket seragam yang akan didistribusikan.
"Kita akan coba mendistribusikan seragam setelah memberikan bantuan berbentuk sembako dan selimut ke lokasi-lokasi pengungsian," tuturnya.
Sisi terpisah, Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Tapteng, Johannes Simanjuntak, mengatakan 368 sekolah mengalami rusak berat.
"Ada 368 sekolah yang rusak di Tapteng. Kita terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak," ucapnya kepada Tribun Medan, Kamis (18/12/2025).
Dikatakannya sebanyak 368 sekolah rusak itu terdiri dari, 126 Paud, 192 SD dan 50 SMP. Hal ini masih terus dalam pendataan lebih lajut.
"Sampai saat ini masih dilakukan pemetaan fasilitas pendidikan dan tingkat kerusakan Gedung Sekolah mulai dari rusak ringan sampai dengan rusak berat. Namun terbanyak SD," jelasnya.
Johannes mengungkapkan, beberapa Gedung Sekolah mengalami rusak berat dan sudah tidak dapat digunakan lagi.
"Bahkan beberapa di antaranya harus direlokasi karena kondisi gedung sekolahnya tidak dapat digunakan," tuturnya.
Disinggung mengenai proses belajar mengajar, Dinas Pendidikan melakukan beberapa upaya.
"Untuk yang tetap sekolah, kita lakukan pembelajaran secara luring bagi yang tidak berdampak dan tanpa dibebankan PR," ucapnya.
Sementara untuk sekolah yang terdampak, Dinas Pendidikan mengadakan kegiatan trauma healing untuk peserta didik.
(ase/tribun-medan.com)