TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Perjalanan melintasi jalur nasional yang menghubungkan Kota Mataram dan Lombok Timur menawarkan pemandangan khas yang sulit dilewatkan.
Di sepanjang jalan Desa Jenggik, Kecamatan Terara, deretan lapak bambu sederhana berdiri berjejer, menyajikan salah satu komoditas andalan daerah setempat, Ubi Manis Jenggik.
Bagi para pengendara, keberadaan lapak-lapak ini bukan sekadar pemandangan pelengkap jalur darat, melainkan destinasi favorit untuk berburu buah tangan maupun camilan perjalanan.
Para pedagang di sini setianya menanti para pelintas, terutama mereka yang datang atau hendak menuju Pelabuhan Kayangan.
Salah satu pedagang, Sriwahyuni, menuturkan pelanggannya didominasi oleh wisatawan dan pengendara jarak jauh.
Sebagian besar pembeli berasal dari Pulau Sumbawa, Bima, hingga Dompu, serta wisatawan dari Bali yang melintasi jalur ini.
Meski menjadi ikon kuliner pinggir jalan, bisnis ubi manis ini sangat bergantung pada faktor cuaca.
Pada pengujung tahun 2025 yang diiringi curah hujan tinggi, harga ubi mengalami kenaikan akibat pasokan yang terbatas.
Harga ubi ungu mulai 15 ribu per ikat.
Momen mudik dan libur biasanya menjadi "ladang emas" bagi warga Jenggik.
Volume kendaraan yang melonjak tajam memastikan omzet pedagang meningkat dibandingkan hari-hari biasa.