MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Budidaya maggot dinilai efektif mengurangi produksi sampah di Kota Makassar, Sulsel.
Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar telah menjalankan program ini, salah satu program prioritas Pemerintah Kota Makassar.
Maggot adalah larva atau ulat yang tumbuh melalui siklus hidup lalat.
Makanan maggot berasal dari bahan organik, terutama sisa makanan dan limbah dapur.
Maggot dimanfaatkan untuk urban farming.
Maggot dan urban farming jadi kombinasi solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah sampah organik sekaligus memenuhi kebutuhan pangan di kota, di mana maggot mengurai sampah menjadi pakan ternak kaya protein dan pupuk organik.
Budidaya maggot di Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakkukang jadi percontohan.
Aktivitas tersebut ditekuni warga setempat, Sulaiman Haddong
Ia memanfaatkan sampah organik sebagai pakan untuk memproduksi maggot.
Baca juga: Panakkukang Pionir Program 1 Kelurahan 1 Urban Farming, 1 Maggot, 1 Bank Sampah
Sulaiman mulai membudidayakan maggot pada 2018.
Namun, karena pandemi, aktivitas ini terpaksa dihentikan.
Budidayanya kembali aktif pada 2023.
Delapan bulan berjalan, ia berhasil memproduksi 80 hingga 100 kg maggot
Baca juga: Atasi Darurat Sampah, Pemkot Makassar Dorong Pengolahan Maggot Lewat Bimtek di TPS 3R Mariso
Camat Panakkukang Kota Makassar, Muhammad Ari Fadli menyampaikan, maggot dan urban farming di Panakkukang secara umum mulai diaktifkan tahun 2025.
Program ini diarahkan sebagai solusi pengurangan sampah organik yang selama ini menjadi penyumbang terbesar timbulan sampah di wilayah tersebut.
Kata Ari, Panakkukang memiliki karakter wilayah dengan banyak rumah makan, kafe, hotel, dan pusat bisnis.
Sehingga produksi sampah organik relatif tinggi dibanding kecamatan lain di Makassar.
“Kalau kita bicara sampah, itu ada dua, organik dan nonorganik. Khusus sampah organik, di lokasi Pak Sulaiman saja, kita pernah tembus dua ton per hari sampah organik yang tidak terbuang ke TPA,” ujar Ari Fadli, Selasa (23/12/2025).
Baca juga: Budidaya Maggot Dinilai Jadi Solusi Makassar Menuju Bebas Sampah 2029
Ia berharap capaian tersebut tidak hanya dipertahankan, tetapi bisa terus ditingkatkan.
Bahkan, pengelola budidaya maggot di wilayah tersebut menargetkan pengolahan hingga lima ton sampah organik per hari.
“Keinginannya Pak Sulaiman itu bisa sampai lima ton per hari. Kalau ini bisa dijaga dan ditingkatkan, tentu dampaknya besar terhadap pengurangan sampah ke TPA,” katanya.
Panakkukang memiliki 11 kelurahan yang berpotensi mengembangkan budidaya maggot secara mandiri.
Ia berharap tidak hanya terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar di seluruh kelurahan.
Selain maggot, Pemkot juga mendorong pengembangan bank sampah di tingkat kelurahan.
Program ini dijalankan untuk menangani sampah nonorganik, terutama plastik yang tidak bisa diurai secara alami.
“Untuk sampah organik, kita dorong maggot. Tapi nonorganik tetap kita dorong bank sampah. Semua ini tentu harus melihat kesiapan dan keinginan masyarakat,” katanya pungkas.(*)