SRIPOKU.COM - Konsisten berkarya selama 12 tahun, Syuu Achmad menceritakan perjalanan panjangnya sebagai musisi folk dan jazz di Palembang kepada Sripoku.com, Selasa (23/12/2025).
Dua belas tahun tentu bukan waktu yang singkat bagi Syuu Achmad dalam mengeksplorasi dunia musik, mulai dari panggung kompetisi hingga konsisten berkarya dengan karakter bermusik yang ia bangun hingga hari ini.
Perjalanan Syuu Achmad di dunia musik dimulai pada 2013, ketika ia memberanikan diri mengikuti audisi paduan suara dan berhasil lolos.
Dari ruang latihan itulah Syuu bertemu para pelatih dan mentor yang memberi pengaruh besar dalam pembentukan musikalitasnya.
Salah satu fase penting dalam perjalanan bermusik Syuu Achmad terjadi saat mentornya di paduan suara, Amri Winata, mengajaknya membentuk vokal grup di luar Padus yang diberi nama Asa.
Vokal grup tersebut mulanya dibentuk untuk mengikuti ajang kompetisi nasyid di Lubuklinggau dan berhasil meraih kemenangan.
Sejak saat itu, Asa tidak berhenti sebatas kompetisi, melainkan terus berkembang dan berproses lebih jauh.
Kemampuan bermusik Syuu semakin berkembang sejak Amri Winata mendirikan Rumah Suara Palembang, sebuah wadah pembelajaran vokal yang memberi kontribusi besar dalam membentuk teknik dan kualitas bernyanyinya.
Hingga pada 2018, Syuu memasuki babak baru dengan bergabung sebagai vokalis Forte Entertainment serta terlibat dalam proyek akustik Sixxsoul sebagai penyanyi dan gitaris.
Baca juga: Jujur dalam Berkarya, Kenalan dengan Kiana Killa, Penyanyi Folk Alternatif Asal Palembang
Pengalaman panggung Syuu Achmad terbentuk sejak awal melalui keterlibatannya dalam berbagai kompetisi vokal grup dan paduan suara, baik di tingkat kota maupun provinsi.
Dari ajang-ajang tersebut, pria kelahiran 1995 ini bahkan sempat mewakili Sumatera Selatan ke sejumlah kota seperti Palangkaraya, Jakarta, Kendari, dan Yogyakarta.
“Pengalaman tampil di panggung untuk pertama kalinya saya jalani melalui berbagai kompetisi vocal group, baik di tingkat kota maupun provinsi.
Alhamdulillah, lewat kompetisi tingkat provinsi di Lubuk Linggau pada 2013, saya mendapat kesempatan mewakili Sumatera Selatan dalam ajang vocal group dan paduan suara di sejumlah kota.
Mulai dari Palangkaraya, Jakarta, Kendari, hingga Yogyakarta,” ujarnya kepada Sripoku.com.
Soal selera musik, pria yang menyukai hiking ini mengaku perjalanannya terbilang acak.
Ia pernah menikmati berbagai genre, mulai dari metal hingga pop melayu, sebelum akhirnya jatuh hati pada musik folk dan jazz yang terus digeluti hingga kini.
Sejak 2020, ketertarikan Syuu terhadap musik jazz mulai berkembang setelah tampil di restoran hotel yang mengusung nuansa jazz.
Tak heran jika baik di panggung maupun dalam karya pribadi, Syuu banyak memadukan nuansa folk dan jazz.
Dalam perjalanannya, tantangan pun datang silih berganti. Di awal karier, Syuu harus beradaptasi secara fisik dengan jadwal manggung yang padat.
Namun seiring waktu, tantangan terbesar justru bergeser ke dalam diri melawan rasa malas dan zona nyaman.
Bagi Syuu, tantangan bermusik bukan soal membandingkan diri dengan musisi lain, melainkan bagaimana menjaga konsistensi kualitas dan ciri khas dari satu panggung ke panggung berikutnya.
"Ketika mulai banget, tantangan cuma di fisik yang kaget karena mesti dapet jadwal nyanyi padat.
Tapi seiring waktu semuanya aman.
Nah, tantangan terbesar setelah sudah ada di industri musik adalah melawan rasa malas.
Seperti kebanyakan manusia pada umumnya, kadang terjebak di zona nyaman yang seringkali membuat saya lupa kalau di musik pertunjukan, selalu ada banyak hal yg harus dipelajari dan selalu diperbarui.
Tantangannyaa bukan tentang membandingkan diri dengan musisi lain, tapi bagaimana agar saya selalu bisa maksimal dari panggung ke panggung, tetep bisa bertahan dengan kualitas dan ciri khas yg sudah ada," jelasnya sambil sedikit tertawa mengingat tantangan selama menjadi musisi.
Saat tampil, Syuu selalu menyesuaikan daftar lagu dengan karakter penonton di setiap tempat.
Sementara dalam proses penciptaan lagu, ia banyak menulis berdasarkan pengalaman personal, imajinasi, serta pengamatannya terhadap fenomena sosial seperti kehidupan dan cinta.
Hingga kini, Syuu telah merilis satu EP berisi empat lagu dan tiga single.
Ia juga sudah menargetkan karya baru pada tahun 2026.
"Biasanya, dalam penulisan hingga pembuatan karya lagu, lagu-lagu yang sudah dihasilkan ditulis berdasarkan pengalaman sekitar dan imajinasi saya sendiri terhadap fenomena sosial (red: kehidupan, cinta dan lainnya).
Alhamdulillah saat ini sudah ada 1 EP berisi 4 lagu dan 3 single. Doakan sudah punya karya baru di 2026 ya," tambahnya.
Dalam membentuk musikalitasnya, Syuu banyak terinspirasi oleh para pelatih dan rekan-rekan bermusik di Palembang, termasuk vokal grup Asa dan Forte Entertainment.
Sementara di level nasional, nama-nama seperti Chrisye dan Sandy Sondoro sangat memengaruhi gaya bernyanyinya, sedangkan Efek Rumah Kaca, Payung Teduh, dan Banda Neira kerap menjadi referensi dalam bermusik dan menulis lagu.
Sejumlah pencapaian penting juga telah Syuu raih selama 12 tahun berkarya.
Hal tak terlupakan baginya ialah ketika tampil di Istana Negara pada perayaan HUT RI ke-71 tahun 2016 bersama Paduan Suara Nasional Gita Bahana Nusantara.
Ia juga pernah mengikuti konser nasional pada 2017 dan 2018, serta meraih penghargaan Best Vokalis dalam kompetisi band nasional di Lubuklinggau tahun 2017.
"Yang paling berkesan alhamdulillah bisa merasakan nyanyi di Istana Negara di acara HUT RI 71 tahun 2016, bersama Paduan Suara Nasional Gita Bahana Nusantara.
Kemudian pernah ikut konser dengan paduan suara tersebut berturut-turut tahun 2017 dan 2018 di Jakarta.
Saya juga pernah memenangi best vokalis di sebuah kompetisi band nasional HUT LubukLinggau tahun 2017," jelasnya.
Ditanya soal peran sosial media untuk kariernya, Syuu Achmad menilai media sosial memiliki peran besar sebagai referensi dalam memilih dan mengenal lagu.
Mulai dari karya yang dinilai bagus hingga rilisan terbaru.
Namun, ia juga menyoroti kecenderungan industri musik saat ini yang terasa monoton karena banyaknya lagu yang hanya berputar di tren FYP.
Fenomena ini membuat membuat pendengar kurang terdorong untuk mengeksplorasi karya lain.
Meski mengaku tidak terlalu aktif di media sosial karena keterbatasan dalam berkomunikasi secara digital, Syuu mengakui platform tersebut tetap membantunya dikenal oleh lebih banyak pendengar.
Ke depan, ia berharap dapat memaksimalkan media sosial sebagai sarana berkarya dan berinteraksi.
Terkait target jangka panjang, Syuu memiliki impian besar untuk menjadi musisi nasional yang dikenal tidak hanya karena popularitas, tetapi juga kualitas karya dan personalanya.
Ia berharap suatu hari bisa sejajar dengan nama-nama besar musisi Indonesia yang memiliki pengaruh kuat di industri musik Tanah Air.
Terakhir, Syuu memberikan sedikit pesan untuk para pemula yang ingin berkarier di dunia musk.
Syuu berpesan agar terus semangat belajar, menemukan jenis musik yang benar-benar disukai, serta membangun karakter dan kualitas bermusik.
Menurutnya, selain kemampuan teknis, sikap dan kepribadian juga menjadi hal penting untuk dijaga, termasuk tidak terjebak di zona nyaman dan tetap rendah hati dalam setiap proses berkarya.
"Semangatt belajar, temukan musik kesukaan, temukan karakter dan tingkatkan kualitas.
Setelah jadi musisi yang jago dan berkarakter, jangan pernah punya persona yang buruk, jangan terjebak nyaman dan yg terpenting tetaplah rendah hati," tutupnya.
Baca juga: Rimaraay, Penyanyi Bossa Nova Palembang yang Bersinar Lewat Sosmed, Punya Banyak Fans
Nama: Syukron Makmun
TTL: Peureulak, 26 Juli 1995 (30 tahun)
Hobi: hiking, motoran dan makan
Instagram: @syuu______
Spotify: Syuu Achmad
Youtube: Syuu Achmad
Kontak Profesional: +6282176689726/+6285379909663
Email: mrsyukron15@gmail.com
Karya:
EP “Hanya Sepintas Memori Yang Tertuang Dalam Lirik Lagu” (2020)
“Pedih (Katamu)” (2024)
“Takkan, Takkan Bisa” (2024)
“Entahlah, Mendadak Sunyi” (2024)