Libur Nataru 2026, Penumpang Kereta Cepat Whoosh Meningkat 22 Ribu per Hari
December 23, 2025 08:38 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat lonjakan signifikan jumlah penumpang kereta cepat Whoosh seiring menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026.

Peningkatan mulai terlihat sejak 18 Desember 2025 lalu.

Manager Corporate Communication KCIC, Emir Monti, mengungkapkan, rata-rata penumpang Whoosh saat ini telah mencapai angka 21.000 hingga 22.000 orang per hari.

Hal itu disampaikan Emir saat sesi wawancara khusus dengan Tribunnews.com di Studio Palmerah, Jakarta, Senin (22/12/2025).

"Sedangkan di momen liburan seperti ini, sejak 18 Desember kemarin, penumpang kita sudah ada di angka 21.000 sampai 22.000 penumpang per hari. Jadi memang ada peningkatan seperti itu," kata Emir.

Untuk mengakomodasi lonjakan permintaan, KCIC secara bertahap menambah frekuensi perjalanan.

Dari awal pengoperasian hanya 8 jadwal per hari, jumlahnya terus ditingkatkan.

"Ya, dari awalnya itu kita mengoperasikan sebanyak 8 perjalanan per hari, meningkat ke 14, meningkat ke 36, ke 40, 48, dan saat ini sudah 62 jadwal per hari," ujar Emir.

Dengan 62 jadwal per hari, berarti terdapat 31 keberangkatan dari Jakarta (Halim) dan 31 keberangkatan dari Bandung (Padalarang).

Kepadatan jadwal ini membuat waktu tunggu (headway) antar kereta menjadi sangat singkat.

"Sehingga headway-nya atau jarak waktu tunggu antar jadwal itu hanya sekitar 30 menit saja," sambung dia.

Emir pun membandingkan kondisi ini dengan operasional saat Nataru tahun sebelumnya. 

Saat itu, KCIC mengoperasikan 48 jadwal dengan waktu tunggu antara 30 menit hingga 1 jam.

Peningkatan frekuensi menjadi 62 trip ini dinilai mampu melayani permintaan pasar dengan lebih baik dan fleksibel.

Emir juga mengamati perubahan perilaku calon penumpang.

Saat ini, tren yang muncul adalah masyarakat cenderung datang langsung ke stasiun tanpa reservasi jauh hari.

"Jadi orang itu sekarang trennya gini, Mbak. Orang itu datang dulu, baru dia beli," tuturnya.

Data reservasi, kata Emir, hanya mencakup sekitar 30 persen dari total penumpang.

Sebagai contoh, ia menjelaskan jika pada malam hari sebelumnya data reservasi untuk esok hari hanya 7.000 tiket, angka tersebut bisa melonjak drastis saat closing.

"Nah ketika closing, malam ini penumpangnya bisa sampai 21.000. Artinya sekitar 14.000 penumpang belinya di hari keberangkatan," papar Emir.

Fleksibilitas ini dimungkinkan berkat banyaknya jadwal yang tersedia.

Emir mengibaratkan pengalaman menggunakan Whoosh kini sudah mirip dengan menggunakan KRL atau kereta komuter.

"Karena apa? Dengan jadwal yang cukup banyak, seperti Mbak menggunakan KRL atau Kereta Komuter, tinggal datang, pilih jadwal terdekat. Nah, jadi dia datang, 'Oh, saya bisa kira-kira, saya mau jajan dulu, saya mau langsung berangkat,' itu bisa di lokasi," ujarnya.

"Jadi memang Whoosh ini sudah layaknya kereta komuter tapi Jakarta - Bandung," tandas Emir.

Berikut petikan wawancara khusus dengan Manager Corporate Communication KCIC, Emir Monti bersama Tribunnews.com:

Tanya: Tren kenaikan penumpang naik. Dari yang awalnya sekitar 6.000 sampai sekarang 16.000-18.000. Terjadi kenaikan signifikan itu saat kapan?

Jawab: Ya, jadi dengan ditambahnya jadwal perjalanan hingga 62 jadwal per hari, puncaknya itu kita sempat terjadi di bulan Juli 2025.

Momennya itu adalah momen libur anak sekolah. Kita mencapai puncak di 26.770 penumpang per hari. Jadi memang ketika ada potensi penumpang kita sampai 30.000 penumpang per hari—sesuai ya di studi oleh Polar UI—rasa-rasanya ini sangat achievable ya. Dengan berbagai faktor baik aksesibilitas, momentum, momen liburan, rasa-rasanya 30.000 ini achievable dan secara bertahap kita naik terus penumpangnya.

Tanya: Whoosh ini adalah moda transportasi yang bisa membawa penumpang dari Jakarta - Bandung dan sebaliknya dalam waktu yang singkat. Apakah ada terobosan lain mungkin yang belum orang tahu mengenai Whoosh ini?

Jawab: Whoosh sekarang sudah seperti kereta komuter ya. Ada yang banyak orang belum tahu itu adalah kebijakan mengenai bagi penumpang yang terlambat. Kita ada kebijakan.

Jadi secara aturan bahwa jika keberangkatan pukul 10.00, penumpang itu maksimal 5 menit sudah melakukan tap in. Jadi 5 menit sebelum jadwal keberangkatan, gate sudah ditutup. Karena memang kalau pernah ke stasiun Whoosh, baik di Halim, Padalarang, Tegalluar, itu tangganya nyebrang peron, turun, dan tinggi juga ya. Itu memakan waktu sekitar 3 sampai 5 menit, dan bahaya kalau terburu-buru.

Sehingga kita punya peraturan bahwa 5 menit sebelum jadwal keberangkatan gate sudah ditutup. Orang tidak bisa lagi tap atau masukin tiket.

Bagi penumpang yang terlambat, kita punya kebijakan bahwa 15 menit maksimal setelah jadwal keberangkatan, orang masih bisa reschedule.

Tanya: Free?

Jawab: Free. Enggak kena biaya.

Tanya: Di stasiun atau digital?

Jawab: Di stasiun. Jadi petugas kita juga sudah diedukasi bahwa ketika melihat ada penumpang yang terburu-buru dan ketika waktunya enggak mencukupi, kita langsung mengarahkan, "Ibu enggak usah ke atas, Ibu langsung reschedule saja ke jam selanjutnya."

Karena toh dia dengan menunggu hanya sekitar 15 menit, 20 menit sudah bisa berangkat lagi naik ke kereta selanjutnya.

Tanya: 15 menit setelah keberangkatan?

Jawab: Jadi penumpang bisa reschedule maksimal 15 menit setelah jadwal keberangkatan, dan itu tidak dikenakan biaya.

Tanya: Karena kan biasanya orang suka panik kan kayak buru-buru gitu kan ya?

Jawab: Ya, dan kadang ada macet di jalan raya yang tidak diprediksi. Jakarta kan ya, Bandung pun sekarang sudah mulai macet.

Makanya orang itu banyak datang dulu baru beli. Atau sudah mau dekat stasiun baru beli. Jadi reservasi itu mungkin hanya sekitar 30% saja. (Tribun Network/ Yuda).

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.