Oleh : Iman Ahmadi *)
Sikap negara yang cenderung menutup diri dari kemungkinan bantuan internasional juga layak dikritisi.
Dalih kedaulatan dan kemampuan internal kerap dikedepankan, seolah menerima bantuan kemanusiaan dunia adalah bentuk lecehnya bangsa indonesia kegagalan sebuah negara.
Padahal sejarah Aceh justru membuktikan sebaliknya.
Tragedi tsunami 2004 menunjukkan bahwa kolaborasi internasional dapat mempercepat pemulihan.
Rehab rekon memperkuat kapasitas lokal, dan membangun sistem mitigasi yang lebih baik.
Ironisnya, dalam urusan ekonomi, investasi, dan tenaga kerja asing, pintu negara justru terbuka lebar.
Namun ketika solidaritas global hendak hadir atas nama kemanusiaan, negara mendadak defensif.
Ini menciptakan paradoks yang sulit dijelaskan secara moral.
Jika negara merasa mampu, mengapa warga di pengungsian masih menunggu bantuan berhari-hari dan terlebih daerah pedalaman seperti wilayah tengah Aceh?
Jika negara benar benar siap, mengapa relawan harus menembus lumpur secara mandiri dengan biaya sendiri?
Pengakuan bahwa bencana Aceh memiliki dimensi nasional bahkan internasional bukan berarti menyerahkan kedaulatan bangsa.
Justru sebaliknya, itu adalah bentuk tanggung jawab negara untuk memastikan rakyatnya mendapat perlindungan dan rasa aman yang maksimal.
Bantuan internasional bukan hanya soal logistik, tetapi juga rehabilitasi lingkungan, pemulihan psikososial, pendidikan darurat, dan penguatan sistem kebencanaan jangka panjang.
Yang paling berbahaya dari bencana ini bukan hanya banjir dan longsor, melainkan sikap menolak kenyataan.
Selama negara sibuk menjaga citra dan gengsi, rakyat terus berjuang dalam senyap.
Selama status bencana nasional tak kunjung diumumkan, penderitaan akan terus ditangani setengah-setengah.
Sudah saatnya pemerintah berhenti berkoar koar tentang kemampuan dan mulai jujur pada keterbatasan.
Kejujuran itulah yang akan membuka jalan bagi kebijakan yang lebih berani, cepat, dan manusiawi.
Sebab dalam bencana, yang paling dibutuhkan rakyat bukan pidato yang menenangkan, melainkan keputusan yang menyelamatkan banyak manusia.
*) Penulis adalah Reje Terpilih Kampung Keramat Mupakat.
Baca juga: Video Kericuhan Antrean Gas Bukan di Takengon, Kapolres Tegaskan Distribusi Tetap Aman dan Tertib
Baca juga: Arus Transportasi Gayo Lues- Lokop Aceh Timur Masih Lumpuh Total