Korban Selamat Asal Sleman Ceritakan Insiden Kecelakaan Maut Bus Cahaya Trans di Exit Tol Semarang
December 23, 2025 11:56 PM

 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Hari depan yang dilalui Purwoko tak akan lagi sama.

Warga Dusun Kebur Lor, Kalurahan Argomulyo, Cangkringan, Kabupaten Sleman itu, kehilangan buah hati dan istrinya, dalam insiden kecelakaan Bus PO Cahaya Trans di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Semarang, pada Senin (22/12/2025) dini hari.

Malam dini hari itu, baginya bukan lagi sekedar pergantian waktu yang dingin melainkan titik awal dari mimpi buruk yang nyata. 

Purwoko tidak bisa lupa peristiwa kelam, ketika kecelakaan yang merenggut dua orang kesayangannya itu terjadi.

Ia bersama istri dan anaknya menumpang Bus Cahaya Trans dari Terminal Bubulak Bogor pada Minggu (21/12/2025) sore. 

Sebelum dan saat perjalanan, tidak ada firasat apapun.

Perjalanan berjalan lancar dari Bogor menuju Jawa Tengah, hingga tiba di Simpang Susun Exit Tol Semarang.

Saat kejadian ia sedang berbincang dengan istrinya.

Bus Oleng, Tabrak Pembatas Lalu Terguling

Bus oranye yang dikemudikan sopir pengganti itu melaju dengan kecepatan tinggi saat menikung ke kiri hingga oleng dan menabrak pembatas jalan.

Semua orang di dalam bus terpental ke kanan. 

"Setelah itu saya terpental ke sana, kemari, koprol. Saya di dalam bus terguling-guling dan terseret 50-an meter, sampai kulit punggung saya habis semua. Padahal saya pakai baju double, jaket kulit, semua sobek," kata Purwoko, sembari tangannya menunjuk bagian punggungnya yang penuh dengan perban, Selasa (23/12/2025). 

Baca juga: Pemakaman Pasutri Korban Laka Maut Bus di Tol Semarang: Satu Pusara Dua Jiwa

Saat kejadian, punggung yang terkoyak itu sama sekali tidak sakit.

Purwoko baru merasakan nyeri sekujur tubuhnya selang lima menit pascakejadian.

Apalagi melihat kondisi bus yang terguling. Teriakan dari dalam bus terngiang di mana-mana.

Purwoko, dengan luka dan tenaga yang tersisa, sempat berusaha memanggil nama istrinya dan mengorek kursi yang berantakan, berharap bisa menyelematkan istri dan anaknya, yang duduk di bangku nomor dua sebelah kanan.

Namun apalah daya, tenaganya tak sanggup. 

KECELAKAAN MAUT : Petugas SAR tegah mengevakuasi korban kecelakaan tunggal Bus Cahaya Trans di Exit Tol Krapyak Semarang pada Senin (22/12/2025) dini hari
KECELAKAAN MAUT : Petugas SAR tegah mengevakuasi korban kecelakaan tunggal Bus Cahaya Trans di Exit Tol Krapyak Semarang pada Senin (22/12/2025) dini hari (Istimewa)

Ia keluar dari lubang kecil kaca yang pecah dan menyenderkan badan. Petugas penolong kemudian datang.  

Purwoko sudah mempunyai firasat buruk, anak dan istrinya tak tertolong dalam insiden kecelakaan itu karena melihat bus yang ringsek sebelah kanan.

Ia ingat betul, anak dan istrinya duduk di deretan kursi sebelah kanan. Sedangkan dirinya duduk di barisan kursi sebelah kiri. 

"Bus terguling, semende di pembatas jalan. Kaca pecah semua. Korban di sebelah kanan rata-rata tergenjet. Saya duduk di sebelah kiri. Sedangkan mutiara dan Endah duduk di deretan kursi sebelah kanan. Banyak yang menjadi korban sebelah kanan," ujar dia. 

Bus dengan nomor polisi B 7201 IV membawa total 34 orang. 15 orang di antaranya meninggal dunia di lokasi kejadian, sedangkan 1 orang meninggal dunia di rumah sakit. 

Sesaat setelah kecelakaan, menurut Purwoko, bus mengeluarkan asap.

Beruntungnya ada orang yang bergegas mengamankan aki, sehingga bus tidak sampai terbakar.

Purwoko dievakuasi sekitar 10 menit usai kejadian. Ia dibawa ke RS Tugu Semarang.

Istrinya, Endah, juga dibawa ke rumah sakit yang sama.

Sedangkan anaknya, Mutiara Citra Dwi Parwati dibawa ke RS Karyadi Semarang. 

Selama di IGD, Purwoko sempat melihat kesigapan petugas lalu lalang menangani korban kecelakaan.

Istri dan Anak Meninggal Dunia

Dari deretan korban yang dilarikan ke rumah sakit tersebut ternyata ada istrinya.

"Petugas datang, lalu bilang, yang sabar, yang tabah ya. Ternyata istri dan anak saya meninggal," ucapnya, sambil mengusap air mata. 

Purwoko berusaha menguatkan hati dan tegar agar bisa berdamai dengan musibah berat ini.

Ia mengaku tidak dendam dengan siapapun.

Termasuk dengan sang sopir yang telah membuat kecelakaan hingga belasan nyawa melayang.

Ia menerimanya sebagai takdir yang harus dijalani. Meskipun terasa sangat berat. 

LIANG LAHAT: Calon makam untuk Ibu dan anak, asal Kebur Lor, Argomulyo, yang menjadi korban kecelakaan Bus Cahaya Trans Exit Tol Semarang, Senin (22/12/2025)
LIANG LAHAT: Calon makam untuk Ibu dan anak, asal Kebur Lor, Argomulyo, yang menjadi korban kecelakaan Bus Cahaya Trans Exit Tol Semarang, Senin (22/12/2025) (tribunjogja/Ahmad Syarifudin)

Kenangan Sosok Anak dan Istri

Lelaki 50 tahun itu mengenang bagaimana Mutia, sebagai putri bungsu, namun sangat bisa diandalkan.

Mutia merupakan mahasiswi berprestasi di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Meski baru semester 3 namun sudah mandiri mencari uang jajan sendiri dengan bekerja sebagai penyedia jasa edukasi anak-anak di kafe wilayah Klidon, Yogyakarta.

Gadis kelahiran 2006 itu juga dikenal supel, mudah bergaul dan menjadi atlet Judo Kabupaten. 

Mutia sudah malang melintang mengikuti Kejuaraan Porda. Banyak medali yang telah diraih. 

Sedangkan almarhumah Endah, sang istri, Purwoko mengenangnya sebagai sosok yang solehah.

Ia bercerita, hampir tiap malam istrinya menyempatkan beribadah malam. Bahkan puasa senin dan kamis rutin dijalankan.

Ia mengaku amat kehilangan karena sebelum tidur, biasa bercanda. 

"Kalau lagi ramai, banyak orang, tidak begitu terasa. Tapi pas malam, sendirian. Saya kehilangan," katanya. Mata Purwoko berkaca kaca. Namun ia terlihat berusaha sekuat tenaga menahannya. 

Baca juga: Mutia Istirahat Abadi dalam Pusara Ibunda: Ibu-Anak Korban Laka Bus di Semarang Dikubur Satu Liang

Hari Depan Tak Lagi Sama

Duduk di teras, mengenakan celana pendek dan kaus, matanya menerang jauh mengingat masa indah bersama istri dan buah hatinya.

Ia mengaku telah berusaha berdamai dengan keadaan yang dialami. Hidup harus terus berjalan.

Dirinya pun menyadari bahwa hari-harinya ke depan tak akan lagi sama.

Purwoko mengaku fokus untuk kebahagiaan anak bungsunya, Galih Sariningrum yang kini bekerja sebagai perawat di rumah sakit di kota Fukuoka Jepang. 

"Galih sudah dikasih tahu, Rabu besok berangkat pulang. Alhamdulillah dikasih izin cuti oleh RS di sana," katanya. 

"Galih paling satu atau dua minggu di sini, nanti akan saya minta pulang (Jepang) kembali. Saya nanti (hidup) sendiri nggak apa-apa, sama keluarga besar di sini," ujar dia lirih.(*) 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.