Laporan Wartawan Tribun Gayo Alga Mahate Ara | Aceh Tengah
TribunGayo.com, TAKENGON - Wakil Ketua II DPRK Aceh Tengah, Susilawati, meninjau langsung sejumlah kampung terdampak banjir bandang di Kecamatan Ketol, kabupaten setempat, Selasa (23/12/2025).
Kunjungan tersebut dilakukan untuk menyalurkan logistik sekaligus melihat secara langsung kondisi warga di Kampung Burlah, Bugara, Bintang Pepara, dan Ketuyang.
Susilawati mengatakan, banjir bandang telah menyebabkan kerusakan parah, khususnya di Kampung Burlah.
Sebanyak 48 rumah dilaporkan hanyut dan tidak lagi dapat ditempati.
“Di Kampung Burlah ini ada 48 rumah yang hanyut. Lokasinya tepat di belakang kita. Warga kehilangan tempat tinggal dan seluruh aktivitas lumpuh,” kata Susilawati di lokasi.
Sementara itu, di Kampung Bintang Pepara, seluruh warga terpaksa mengungsi ke Kampung Bugara.
Hunian yang mereka tempati sebelumnya dinilai sudah tidak layak akibat terdampak bencana.
Dalam kunjungan tersebut, Susilawati juga menyoroti putusnya Jembatan Berawang Gajah yang menjadi penghubung utama empat kampung di wilayah tersebut.
Jembatan itu selama ini menjadi urat nadi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat.
“Hari ini kita sama-sama melihat, jembatan Berawang Gajah sudah hanyut. Padahal jembatan ini menghubungkan empat kampung.
Pemerintah harus hadir, minimal dengan membangun jembatan darurat agar masyarakat bisa kembali melintas,” ujarnya.
Saat ini, warga terpaksa menggunakan tali sling yang dipasang secara swadaya oleh masyarakat Kampung Burlah dan Ketuyang untuk menyeberang sungai.
Kondisi ini dinilai sangat berbahaya, terlebih karena arus air masih berpotensi meningkat akibat hujan yang belum sepenuhnya reda.
“Sling ini bukan hanya untuk mengangkut barang, tapi juga masyarakat, bahkan kendaraan.
Ini sangat membahayakan nyawa karena air bisa naik sewaktu-waktu. Sumber airnya dari kawasan kerung kesangan,” kata Susilawati.
Selain akses, DPRK Aceh Tengah juga menaruh perhatian pada kebutuhan dasar warga yang kini terisolir.
Banyak warga tidak lagi bisa mengakses kebun karena lahan pertanian mereka terdampak banjir dan longsor.
Kalaupun masih ada hasil kebun, distribusinya terhambat akibat terputusnya akses antar kampung.
“Yang paling penting hari ini adalah logistik. Kalau mereka terisolir, setidaknya kebutuhan bahan makanan tidak boleh terputus agar warga bisa tetap bertahan,” ujarnya.
Terkait tindak lanjut penanganan bencana, Susilawati menyebutkan bahwa DPRK Aceh Tengah akan menggelar rapat bersama pihak eksekutif pada Rabu (24/12/2025) pukul 09.30 WIB di ruang sidang DPRK Aceh Tengah untuk membahas langkah penanganan ke depan.
Menanggapi rencana relokasi warga yang rumahnya rusak berat dan tidak layak huni, ia menegaskan perlunya pendataan yang akurat dari pemerintah kampung dan kecamatan sebelum disampaikan ke BNPB.
“Nanti akan ada tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi, mulai dari hunian sementara hingga hunian tetap.
Lokasi relokasi harus diputuskan bersama masyarakat, dan pemerintah akan hadir untuk membangunnya,” kata Susilawati.
Selain itu, DPRK Aceh Tengah juga mendorong penanganan trauma, khususnya bagi anak-anak.
Sejumlah lembaga swadaya masyarakat telah mendaftarkan diri untuk memberikan layanan trauma healing di posko-posko pengungsian di Aceh Tengah.
“Beberapa lokasi sudah kita datangi bersama tim trauma healing, dan ini akan terus dilakukan agar anak-anak bisa pulih secara psikologis,” ujarnya. (*)
Baca juga: Ribuan Warga di Aceh Tengah Pulang dengan Tangan Hampa Usai Antre Gas 3 Kg Berjam-jam
Baca juga: Potret Pilu Pascabencana di Aceh Tengah, Seorang Ibu Gendong Bayi Seberangi Sungai Pakai Tali Sling
Baca juga: Pertamina Pasok Elpiji 3 Kg Sebanyak 6.720 Tabung ke Aceh Tengah, Dibawa Jalur Darat dengan 12 Truk