TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Pastor Paroki Gereja Katolik San Don Bosco Sampit, Pastor Yohanes Kopong Tuan MSF menyampaikan, ucapan Selamat Hari Raya Natal 25 Desember 2025, Hari Raya Keluarga Kudus 28 Desember 2025, serta selamat menyongsong Tahun Baru 2026 kepada umat Katolik di Keuskupan Palangka Raya.
Ucapan tersebut secara khusus ditujukan kepada umat Paroki San Joan Don Bosco Sampit, para konfrater MSF, para donatur, serta sahabat MSF yang selama ini setia mendukung karya pelayanan Gereja Katolik.
Dalam pesan Natal, Pastor Yohanes mengangkat tema Allah Hadir Menyelamatkan Semesta Ruang Hidup Seluruh Ciptaan (bdk. Mat 1:21–24), yang menurutnya sangat relevan dengan situasi sosial dan lingkungan di Kalimantan Tengah.
Ia menegaskan, Natal tidak boleh dimaknai sebatas perayaan seremonial, melainkan perayaan iman akan kasih Allah yang hadir nyata dalam kehidupan manusia melalui kelahiran Yesus Kristus.
“Yesus Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia, kecuali dalam hal dosa. Kehadiran-Nya bertujuan memulihkan keharmonisan relasi antara manusia, Allah, dan seluruh ciptaan,” ujar Pastor Yohanes, Kamis (25/12/2025).
Baca juga: KUMPULAN Doa Natal 2025, Rasa Syukur di Hari Kelahiran Kristus Hari ini 25 Desember 2025
Menurutnya, dalam konteks kehidupan masyarakat Kalteng, keselamatan yang dihadirkan Allah melalui Natal juga menyentuh persoalan lingkungan hidup, ekologi, serta keutuhan ciptaan yang kian terancam.
Ia menilai kerusakan alam yang terjadi saat ini tidak terlepas dari keserakahan manusia, kekuasaan, dan kepentingan pemodal yang mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.
Pastor Yohanes secara khusus menyoroti maraknya konflik antara masyarakat adat dan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan ruang hidup masyarakat adat semakin menyempit.
“Perlawanan masyarakat adat terjadi karena mereka merasa hak atas tanah, hutan, dan air dirampas, padahal merekalah yang selama ini menjaga dan merawat alam,” katanya.
Selain konflik agraria, dampak lain yang dirasakan masyarakat adalah banjir di berbagai wilayah serta kerusakan infrastruktur jalan akibat aktivitas perkebunan dan pertambangan berskala besar.
Ia menilai kondisi jalan yang rusak parah di sejumlah daerah Kalteng menjadi ironi, mengingat wilayah tersebut dilintasi truk-truk pengangkut CPO dan hasil perkebunan setiap hari.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa relasi manusia dengan alam tidak sedang berjalan baik. Jika tidak segera ditata, alam memiliki caranya sendiri untuk menyadarkan manusia,” ujarnya.
Pastor Yohanes juga menyinggung peran aparat keamanan yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat, namun dalam sejumlah kasus justru berada di garis depan membela kepentingan perusahaan saat terjadi aksi protes.
Dalam semangat Natal, ia mengajak umat Katolik untuk mengambil bagian secara konkret dalam upaya penyelamatan keutuhan ciptaan, dimulai dari lingkungan terdekat seperti menanam pohon, merawat tanah, dan tidak menjual lahan secara sembarangan.
Ia juga menyampaikan harapan kepada pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Timur agar menghentikan pemberian izin baru bagi perusahaan kelapa sawit, karena dampak yang ditimbulkan dinilai tidak sebanding dengan kesejahteraan yang diterima masyarakat.
Menutup pesannya, Pastor Yohanes berharap Tahun Baru 2026 menjadi momentum refleksi dan keberanian bersama untuk membuka diri terhadap koreksi, membangun relasi yang lebih adil antar sesama manusia, serta menjaga alam sebagai rumah bersama.