TRIBUNPRIANGAN.COM - Peran penting pelaksanaan khutbah Jumat dalam keseharian seorang muslim merupakan opsi pengingat bagi umat tentang pesan-pesan ketakwaan, dengan tetap memperhatikan seluruh perintah untuk dilaksanakan dan semua larangan untuk dihindari.
Materi khutbah Jumat yang diangkat kali ini lebih dari sekadar menyoroti tentang pentingnya mengindahkan berbagai perintah dan larangan itu sendiri, melainkan sikap Allah di balik perintah dan larangan tersebut, sekecil apa pun bentuknya.
Para mustami‘ (penyimak khutbah) diharapkan dapat dengan mudah dan cepat dalam meresapi perintah dan larangan bukan soal besar atau kecilnya tapi dari siapa perintah dan larangan itu berasal. Dengan begitu, kita tak akan meremehkan apa pun atau siapa pun karena di balik semua itu hadir ridha, murka, dan anugerah Allah.
Ya, ada berbagai cara contoh yang bisa diangkat dalam penyampaian Khutbah dalam sholat yang dikerjakan setiap pekan di Hari Jumat tersebut.
Maka dari itu, kali ini TribunPriangan ingin mengulas salah satu diantaranya, yang berjudul: "Beriman Berarti Menghargai Perbedaan".
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Menjaga 2 Amalan Ringan untuk Meraih Tiket ke Surga
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Jemaah salat Jumat yang dimuliakan Allah Swt,
Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah Swt, Zat yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan, menjadikan laki- laki dan perempuan sebagai pasangan yang saling menyempurnakan, serta membebankan kepada keduanya tanggung jawab yang seimbang dalam membangun kehidupan berlandaskan keimanan dan akhlak mulia.
Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, suri teladan bagi seluruh umat manusia. Semoga kita semua termasuk golongan yang memperoleh syafaat beliau pada hari kiamat nanti. Amin ya rabbal alamin.
Jemaah salat Jum’at yang dimuliakan Allah Swt,
Iman atau keimanan bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi cerminan dari sikap dan akhlak. Seorang yang benar-benar beriman tidak
hanya taat kepada Allah, akan tetapi juga mencerminkan kasih sayang kepada sesama. Salah satu tanda di antara kedewasaan dan kematangan iman adalah kemampuan menerima perbedaan, mengakui adanya pluralitas, tepa selira akan kemajemukan.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, baik dari segi suku, agama, budaya, bahasa, hingga pandangan hidup. Keberagaman ini adalah anugerah, bukan penghalang. Namun, tanpa sikap yang tepat dan moderat, perbedaan bisa menjadi sumber konflik. Di sinilah pentingnya sikap menghargai perbedaan, karena bagaimanapun keberagaman sejatinya adalah bagian dari kehendak Allah, dan tujuannya adalah ta‘āruf, yakni saling mengenal, mengafirmasi, bukan saling merendahkan atau menolak satu sama lain. Apalagi menafikan atau menegasikan yang lain.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Bacalah Al Quran Setiap Hari Walau Hanya 1 Ayat
Persis sebagaimana termaktub dalam ayat Al- Qur’an:
هوقَـبَاۤىِٕلَ لَتَـعَارَفُـوْا ۚ اَنه اكَْرَمَكُمْ عَنْدَ
هواُنْـَٰثى وَجَعَلَْٰنكُمْ شُعُوْبًً
َ⊃1;منْ ذكََرٍ
َٰاييََـهَُّا النهاسُ اَ هنَ خَلَقَْٰنكُمْ
ا َٰ⊃1;للَِّ اَتْـَٰقىكُمْ اَۗنه ا َٰ⊃1;للَِّ عَلَيْمٌ خَبَيٌْ.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).
Jemaah salat Jum’at yang dimuliakan Allah Swt,
Islam sangat menghargai perbedaan sebagai bagian dari fitrah ciptaan Allah. Baik Al-Qur’an maupun hadis mengajarkan agar umat Islam berinteraksi secara adil, hormat, dan toleran dengan orang-orang yang berbeda latar belakang. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, akan tetapi untuk dikelola dengan bijak sebagai rahmat dan kekayaan sosial yang beraneka ragam.
Sikap menghargai perbedaan adalah bagian dari akhlak Islam. Bukankah empat belas abad yang lalu, Rasulullah saw hidup di tengah masyarakat yang majemuk di Madinah dimana terdiri dari kaum
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Ibumu, Ibumu, Ibumu, Kemudian Ayahmu
Muhajirin, Ansar, Yahudi, dan suku-suku Arab lainnya. Namun di tengah kondisi tersebut, Nabi saw membangun masyarakat berdasarkan keadilan, toleransi, dan saling menghormati.
Islam sebenarnya tidak hanya memerintahkan kita untuk menyembah Allah Swt, walakin juga kehadirannya untuk menjadi rahmat bagi sesama manusia, tanpa membedakan latar belakang. Potret tersebut persis terekam dalam riwayat hadis yang didokumentasikan Imam Abi Daud dalam karyanya Sunan Abi Daud:
أَلََ مَنْ ظَلَمَ مُعَاهَدًا، أَوَ انْـتَـقَصَهُ، أَوْ كَلهفَهُ فَـوْقَ طَاقَتَهَ، أَوْ أَخَذَ مَنْهُ شَيْـئًا بَغَيَْ طَيبَ نَـفْسٍ ، فَأَنََ خَصْمُهُ يَـوْمَ الْقَيَامَةَ.
“Ketahuilah, siapa menzalimi seorang mu‘āhad (non-muslim yang
hidup damai di bawah perlindungan Islam), atau merendahkannya, atau membebaninya melebihi kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya tanpa kerelaan, maka aku akan menjadi lawannya pada Hari Kiamat.” (H.R. Imam Abu Daud).
Hadis di atas menunjukkan, bahwasanya Islam menjamin dan melindungi hak-hak orang yang berbeda agama, selama mereka hidup dalam perdamaian dan tidak memusuhi umat Islam. Tidak dibenarkan dalam Islam untuk bersikap kasar, diskriminatif, atau merendahkan orang lain hanya karena berbeda. Menghargai perbedaan juga berlaku dalam perbedaan pendapat di antara sesama muslim.
Para sahabat dan ulama besar berbeda pendapat dalam berbagai masalah, tetapi mereka tetap saling menghormati dan tidak bermusuhan. Ini adalah teladan yang patut kita tiru di zaman ini, agar umat Islam tidak terpecah belah karena perbedaan yang sebenarnya bisa ditoleransi. Apalagi menghargai perbedaan adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat yang damai, inklusif, dan beradab.
Persis sebagaimana terilustrasikan oleh sufi besar Jalaluddin Al- Rumi dalam refleksi sufistiknya pada frasa karyanya Al-Matsnawy:
كُلُّ أَحَدٍ أَصْبَحَ يَـتَخَيهلُ أَنههُ يَلَُْكُ الْقَْه كُلههُ.
“Setiap orang membayangkan bahwa dialah pemilik seluruh kebenaran.” (Jalaluddin Al-Rumi; Al-Matsnawy).
Maksudnya, iman yang matang akan menyadari bahwa kebenaran bisa tampak berbeda-beda tergantung sudut pandang, dan oleh karenanya dibutuhkan kerendahan hati dalam berinteraksi.
Baca juga: Resmi dari Kemenag, Naskah Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Hubungan Ibadah dan Akhlak Mulia
Jemaah salat Jum’at yang dimuliakan Allah Swt,
Akhirnya, mari kita rawat iman yang ada dalam hati ini dengan memperluas hati, membuka pikiran, dan menjunjung tinggi akhlak Rasulullah. Karena beriman bukan hanya tentang hubungan vertikal kepada Allah, akan tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain yang berbeda dari kita secara horizontal. Tanamkan dalam diri, keluarga, dan masyarakat kita, bahwasanya setiap orang berhak dihormati, meski berbeda dengan kita. Sebab, dunia ini tidak diciptakan untuk satu warna saja. Keindahan justru hadir dari keberagaman warna yang berdampingan dalam damai.
بَرًَكَ اُلله لَِْ وَلَكُمْ فَِ الْقُرْآنَ الْعَظَيْمَ وَنَـفَعَنَِْ وَإَ هيكَُمْ بَاَِ فَيْهَ مَنَ اْلآيَتََ وَال ⊃1;ذكَْرَ الْكََْيْمَ.
وَتَـقَهبلَ مَ َ⊃1;نِْ وَمَنْكُمْ جََيَْعَ أَعْمَالَنَا إَنههُ هُوَ الْكََْيْمُ الْعَلَيْمُ، أَقُـوْلُ قَـوْلَِْ هَذَا وَأَسْتَـغْفَرُ اَلله لَِْ
وَلَكُمْ وَلَسَائَرَ الْمُسْلَمَيَْْ مَنْ كُلَ⊃1; ذَنْبٍ فَاسْتَـغْفَرُوْهُ إَنههُ هُوَ الْغَفُوْرُ الهرحَيْم.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
(*)