Laporan Reporter, Kristin Adal
POS-KUPANG.COM, RUTENG — Ribuan umat Katolik mengikuti Misa Hari Raya Natal 2025 di Gereja Paroki Santo Antonius Padua Ri’i, Keuskupan Ruteng, Desa Beamese, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Kamis (25/12/2025).
Sejak pagi sebelum pukul 08.00 Wita, umat berdatangan dan memenuhi bangku-bangku di dalam Gereja.
Antusiasme umat begitu besar hingga sebagian mengikuti perayaan dari luar Gereja dengan kursi yang telah disiapkan panitia.
Perayaan Misa Natal berlangsung dalam nuansa sederhana, tertib, dan khidmat.
Tema Natal 2025, “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”, menjadi benang merah perayaan tahun ini.
Dalam khotbahnya, Pastor Kletus Hekong, SVD menegaskan bahwa Natal bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan momentum refleksi iman yang menyentuh realitas hidup sehari-hari, terutama dalam keluarga dan relasi sosial.
“Kelahiran Yesus adalah kelahiran yang telah dinantikan sejak zaman para nabi. Ini adalah kelahiran yang sangat mahal nilainya karena membawa keselamatan bagi manusia,” ujar Pastor Kletus.
Baca juga: Pimpin Misa Malam Natal, Vikjen KAK Romo Kris Saku: "Allah Datang Saat Hidup Kita Belum Sempurna"
Ia mengurai empat makna utama Natal. Pertama, kehadiran Allah yang membatalkan hukuman atas dosa manusia. Menurutnya, kegembiraan Natal lahir dari kesadaran bahwa manusia diselamatkan dari kematian kekal.
“Kelahiran atau penjelmaan Yesus menjadi manusia adalah momen pembatalan kematian abadi. Ia menyelamatkan kita dari kematian dosa,” katanya.
Hal menarik dari khotbah tersebut, Pastor Kletus mengaitkan makna Natal dengan berbagai bentuk kekerasan yang masih terjadi dalam kehidupan manusia. Ia menegaskan bahwa kekerasan, dalam bentuk apa pun, merupakan penolakan terhadap kehadiran Allah.
“Ketika manusia melakukan kekerasan fisik, seksual, psikis, atau ekonomi, sesungguhnya ia sedang menghina Allah yang hadir dalam diri manusia,” tegasnya.
Ia menyinggung praktik-praktik yang kerap luput disadari, seperti penelantaran keluarga, perjudian, hingga ketidakadilan dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga, sebagai bentuk kekerasan yang bertentangan dengan semangat Natal.
Makna kedua Natal, lanjut Pastor Kletus, adalah Allah yang memilih hadir sebagai manusia. Dengan menjelma menjadi manusia, Allah menunjukkan bahwa martabat manusia sungguh luhur dan tak boleh direndahkan dalam bentuk apa pun.
Makna ketiga, Allah hadir dalam diri seorang bayi—sosok kecil dan rapuh, tetapi justru menyentuh hati semua orang.
“Menolak kelahiran anak, memperdagangkan bayi, menggugurkan, atau mengabaikan mereka yang kecil dan menderita sama artinya dengan menolak Allah yang hadir dalam diri bayi,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi sikap diskriminatif terhadap anak-anak berkebutuhan khusus dan mereka yang hidup dengan penyakit tertentu. Menurutnya, Natal mengajak umat untuk merangkul yang lemah, bukan menjauhinya.
Makna keempat Natal adalah kehadiran Allah dalam sebuah keluarga. Allah memilih lahir dalam keluarga Maria dan Yosef sebagai bentuk penghormatan terhadap lembaga keluarga.
“Merusak keluarga, ketidaksetiaan dalam perkawinan, dan relasi yang dibangun tanpa tanggung jawab berarti merusak karya keselamatan Allah,” kata Pastor Kletus.
Menutup khotbahnya, ia mengajak umat menjadikan Natal sebagai pesta penghargaan terhadap kehidupan dan martabat manusia.
“Natal adalah pesta penghargaan Allah terhadap manusia. Karena itu, marilah kita menghargai hidup kita sendiri dan hidup sesama,” tuturnya.
Perayaan Misa Natal di Paroki Santo Antonius Padua Ri’i pun ditutup dengan doa dan sukacita umat, yang berharap nilai-nilai Natal terus dihidupi dalam keluarga dan masyarakat. (*)