Unik, Jemaat GKJW Jember Rayakan Natal dengan Lagu dan Injil Berbahasa Madura
December 25, 2025 03:15 PM

 

TRIBUNJATIMTIMUR COM, JEMBER - Perayaan malam Natal 2025 di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sumberpakem Pepanthan Slateng, Desa Slateng, Kecamatan Ledokombo, Jember, Jawa Timur, berlangsung dengan nuansa yang berbeda dari gereja pada umumnya.

Puluhan jemaat gereja yang berada di wilayah Jember Utara itu melantunkan lagu-lagu pujian kepada Yesus Kristus menggunakan bahasa Madura, Rabu malam (24/12/2025).

Nyanyian pujian tersebut diiringi petikan gitar yang menciptakan suasana ibadah Natal yang khidmat sekaligus hangat.

Keunikan GKJW Sumberpakem tidak hanya terletak pada lagu pujiannya. Gereja ini tercatat sebagai satu-satunya gereja di Indonesia yang secara aktif menggunakan Kitab Injil berbahasa Madura dalam seluruh kegiatan peribadatan.

Baca juga: Malam Natal, Bupati Ipuk Bersama Forkopimda Patroli ke Gereja-Gereja di Banyuwangi

Kitab Injil tersebut telah dibukukan secara lengkap setebal 1.783 halaman, memuat penjelasan dari Perjanjian Lama hingga Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru. Dalam terjemahan Madura, Perjanjian Lama ditulis sebagai Perjanjian Kona, sementara Perjanjian Baru disebut Perjanjian Anyar.

Injil berbahasa Madura ini dirancang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Jakarta dan diterbitkan pada tahun 1994. Namun, penggunaannya di GKJW Sumberpakem telah berlangsung jauh sebelum itu.

Baca juga: Puluhan Tahun, Gereja Sumberpakem Jember Gunakan Injil Berbahasa Madura

Sejak 1889

Pendeta GKJW Sumberpakem Jember, Eklesius, menjelaskan jemaat gerejanya telah menggunakan Injil berbahasa Madura sejak tahun 1889, bertepatan dengan masa kolonial Belanda.

“Jadi penggunaan Injil berbahasa Madura di GKJW Sumberpakem sudah berlangsung sekitar 143 tahun yang lalu,” ujar Eklesius, Kamis (25/12/2025).

Menurutnya, kehadiran Belanda di Jember Utara pada masa itu tidak hanya berkaitan dengan urusan perkebunan, tetapi juga membawa misi penyebaran ajaran Kristen.

“Sejak Belanda datang ke sini, yang awalnya mengurusi perkebunan, kemudian bertemu pribumi bernama Pendeta Ebing. Beliau tertarik dengan kabar sukacita Injil yang menceritakan tentang Yesus Kristus,” katanya.

Setelah dibaptis oleh misionaris Belanda, Pendeta Ebing kemudian diberi gelar Guru Injil oleh komunitas Kristen setempat.

Baca juga: Tim Gabungan Bondowoso Jaga Ketat dan Sterilisasi Gereja Saat Perayaan Natal 2025

“Guru Injil tidak sama dengan pendeta. Gelar itu diberikan karena beliau mampu menggambarkan dan mengajarkan Injil kepada masyarakat waktu itu,” jelas Eklesius.

Penggunaan Injil dalam bahasa lokal, lanjut Eklesius, dilakukan agar firman Tuhan lebih mudah dipahami oleh masyarakat setempat. Pada masa kolonial, mayoritas penduduk Jember Utara merupakan pendatang dari Pulau Madura.

“Supaya mudah dipahami dalam konteks lokal, baik oleh pendatang asli Madura yang menetap di sini maupun masyarakat Madura yang tinggal di wilayah ini,” ungkapnya.

Baca juga: H-1 Natal, Stasiun Lumajang Terpantau Sepi Meski Penumpang Naik 8 Persen

Hingga kini, GKJW Sumberpakem tetap mempertahankan penggunaan Injil berbahasa Madura sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan warisan penyebaran agama Kristen di Jember Utara.

“Kami menjaga warisan para pendahulu GKJW Sumberpakem supaya tidak hilang. Sampai hari ini, hanya gereja kami yang masih menggunakan Injil bahasa Madura dalam peribadatan,” tuturnya.
Selain Injil, gereja ini juga menggunakan kidung pujian berbahasa Madura sebagai kitab pendukung dalam ibadah. Lagu-lagu tersebut merupakan terjemahan dari kidung Pasamuan Kristen Jawa hingga lagu rohani populer.

“Kurang lebih ada lebih dari 200 lagu pujian yang diterjemahkan ke dalam bahasa Madura,” pungkas Eklesius.

(TribunJatimTimur.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.