TRIBUNTRENDS.COM - Kota Solo di Jawa Tengah selama ini dikenal luas sebagai pusat budaya dan sejarah, namun keistimewaannya tidak berhenti di situ.
Kota ini juga memiliki kekayaan kuliner yang memikat selera, salah satunya adalah sate kere Mbak Tugiyem lebih populer dengan sebutan Sate Kere Mbak Tug.
Kuliner legendaris ini bahkan menjadi salah satu makanan favorit Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).
Bagi penikmat kuliner tradisional, sate kere merupakan sajian yang tak boleh dilewatkan saat singgah di Solo.
Baca juga: Bulan Rajab Jadi Favorit Warga Solo Raya Gelar Pernikahan, Ternyata Ada Mitosnya, Ini Alasannya
Berbeda dari sate pada umumnya yang menggunakan daging pilihan, sate kere hadir dengan keunikan bahan utama berupa jeroan sapi dan tempe gembus.
Meski berasal dari bahan sederhana, rasa yang dihasilkan tidak kalah menggugah selera.
Sate-sate tersebut kemudian dipanggang dan disajikan dengan siraman bumbu kacang khas Solo yang memadukan cita rasa manis dan pedas.
Perpaduan ini menghadirkan sensasi nikmat sekaligus mencerminkan kreativitas masyarakat Solo dalam mengolah bahan terbatas menjadi kuliner yang lezat dan berkelas.
Jokowi konon sudah menjadi pelanggan setia sejak lama, bahkan sebelum menjadi wali kota Solo.
Dulu ketika Jokowi pulang ke Solo, disebut sang pemilik selalu makan di rumah makannya.
Jokowi memiliki bagian jeroan favorit, yaitu babat tebal dan tetelan daging yang menjadi andalan.
Kesukaan ini menjadikan sate kere Mbak Tugiyem tidak hanya populer di kalangan masyarakat, tetapi juga dikenal sebagai kuliner langganan Jokowi.
Selain Jokowi, Gibran Rakabuming Raka putra sulungnya juga sempat menjalin kerja sama dengan warung Mbak Tug.
Yang mana, menu sate kere di katering Chilipari milik Gibran mengambil pasokan dari Mbak Tug.
Sate Kere Mbak Tug ini terbilang legendaris karena sudah berjualan sejak 1977.
Kala itu, Mbak Tug berjualan dengan cara berkeliling kampung dan menaruh jualan satenya di atas kepala agar mudah dibawa.
Mbak Tug menempati lokasi Jalan Arifin sejak sekitar 2003 sebelum pindah.
Kini usaha kuliner ini diteruskan oleh dua anaknya di Jalan Debegan, RT.4/RW.5, Mojosongo, Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.
Nama "kere" berasal dari bahasa Jawa yang berarti miskin atau tidak punya banyak uang.
Hidangan ini lahir dari kebutuhan masyarakat Solo zaman dahulu yang kesulitan membeli daging sapi, karena harganya mahal.
Untuk tetap menikmati rasa sate, masyarakat kreatif mengganti potongan daging sapi dengan jeroan sapi yang lebih terjangkau, seperti:
Selain jeroan, sate kere juga menggunakan tempe gembus, hasil sampingan pembuatan tahu.
Inovasi ini menunjukkan kreativitas “wong cilik” yang ingin menikmati sajian lezat meski dengan keterbatasan ekonomi.
Pada masa penjajahan, daging merupakan makanan mewah yang hanya dinikmati oleh bangsawan atau kolonial.
Sate kere lahir sebagai simbol ketahanan dan kreativitas masyarakat pribumi dalam menciptakan hidangan sederhana namun nikmat.
Sate kere memiliki cita rasa yang khas berkat bumbu kacang manis-pedas, terdiri dari gula merah, cabai, dan kacang tanah.
Selain itu, irisan daun jeruk nipis yang dihaluskan memberikan aroma segar pada sate.
Jika diolah dengan tepat, tempe gembus terasa seperti daging, sehingga memberikan sensasi makan yang unik.
Dominasi rasa manis pada bumbu kacang juga menjadi ciri khas makanan Solo, berbeda dengan sate dari daerah lain yang lebih menonjol rasa gurih atau pedas.
Sate kere Mbak Tugiyem berlokasi di Jalan Debegan, RT.4/RW.5, Mojosongo, Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah, di mana sebelumnya ada di Jalan Arifin, Jebres, Solo.
Kedai buka setiap hari mulai pukul 13.00 WIB hingga habis, biasanya sekitar pukul 16.00 WIB.
Harga satu porsi sate kere dijual mulai Rp 30ribuan dan tetap diminati semua kalangan.
Meskipun dulunya diperuntukkan bagi masyarakat sederhana, kini sate kere menjadi makanan favorit masyarakat Solo dari berbagai kalangan, termasuk pejabat hingga tokoh nasional.
Sate kere bukan sekadar hidangan kuliner, tetapi juga bagian dari sejarah dan budaya Solo.
Setiap tusuk sate mengandung cerita tentang kreativitas, ketahanan, dan kemampuan masyarakat “wong cilik” dalam menghadapi keterbatasan ekonomi.
Dengan kelezatan bumbu kacang manis-pedas, potongan jeroan yang empuk, dan sensasi tempe gembus yang unik, sate kere Mbak Tugiyem menjadi pengalaman kuliner yang autentik dan tak terlupakan bagi siapa pun yang berkunjung ke Solo.
(TribunTrends.com/TribunSolo)