TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Banjir merendam ratusan rumah di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus pada Jumat (26/12/2025) sore.
Diperkirakan, lebih dari 500 rumah warga di RT 03 dan RT 04 RW 01 serta RT 02, RT 03, RT 06, dan RT 07 RW 2 terendam banjir dampak luapan Sungai Piji.
Pantauan di lapangan, ketinggian banjir bervariasi.
Ada yang mencapai satu meter, sebagian rumah ada yang tergenang hampir dua meter.
Baca juga: Untung Ada Pak Polisi, Gercap Ganjal Mobil Pribadi yang Mogok di Tanjakan Gunung Muria Kudus
• Nasib Pilu Nenek Elina, Diusir Paksa dari Rumahnya, Wajah Memar Dihajar Oknum Ormas di Surabaya
Di RT 03 RW 01, banjir menggenangi sekira 135 rumah dengan ketinggian 50 hingga 120 sentimeter.
Ketua RT 03 RW 01, Aziz Kartono menyampaikan, hujan deras mengguyur Kudus sejak Jumat (26/12/2025) sore.
Debit air Sungai Piji yang berada di sebelah barat permukiman meningkat drastis hingga meluap ke rumah warga.
Beberapa rumah yang dekat dengan tanggul Sungai Piji terendam banjir cukup tinggi lebih dari satu meter.
Warga pun berhamburan ke luar rumah untuk mencari tempat mengungsi sementara sembari menunggu banjir surut.
"Persoalannya sungai sudah dangkal dan perlu dinormalisasi. Ditambah banyak sampah nyangkut di jembatan sungai."
"Jadinya, aliran sungai terhambat dan meluap ke perkampungan," terangnya.
Aziz menyebut, banjir di Hadipolo dampak luapan Sungai Piji sudah menjadi langganan setiap tahun.
Biasanya banjir terjadi pada Januari hingga awal Februari, namun tahun ini banjir terjadi pada akhir Desember, lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.
Mengingat, intensitas hujan pada musim penghujan tahun ini dimulai lebih awal.
Dia berharap, Sungai Piji mendapat perhatian dari pemerintah.
Baca juga: Pemkab Kudus Serahkan 300 Rumah Layak Huni, Hasil Kolaborasi Bersama Swasta
• Sekdes di Wonosobo Aniaya Rekan Kerja, Pemicunya Dana Betonisasi
Tidak hanya kerja bakti pengangkatan sampah, juga perlu dilakukan normalisasi agar badan sungai bisa menampung debit air lebih banyak.
"Biasanya banjir 2-3 jam surut. Ini tidak tahu hujannya masih deras sampai malam, bisa-bisa sampai tengah malam."
"Kuncinya, begitu hujan di daerah Lereng Gunung Muria menurun, banjir surut," tuturnya.
Warga setempat, Reza menyampaikan, akses kendaraan dari Jalan Pantura ke permukiman warga lumpuh.
Warga terpaksa harus jalan kaki mengarungi banjir untuk bisa keluar masuk permukiman.
Kata dia, kunci dari penanganan banjir di Hadipolo adalah memastikan tidak ada sampah yang tersangkut di jembatan.
Tujuannya agar air lancar mengalir tanpa meluap ke permukiman warga.
"Banjir cukup tinggi, mau enggak mau warga harus jalan kaki. Kalau jembatan aman tidak ada sampah, biasanya hujan deras pun tetap aman tidak ada banjir," ujarnya. (*)