SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Jatim), mencatat tren positif dalam pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang tahun 2025.
Jumlah kasus DBD di Trenggalek dilaporkan menurun hingga lebih dari separuh dibandingkan tahun sebelumnya, berkat penguatan upaya pencegahan yang dilakukan secara masif oleh pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes Dalduk KB) Trenggalek, hingga 26 Desember 2025, tercatat sebanyak 525 kasus DBD. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dari tahun 2024 yang mencapai 1.070 kasus.
Kepala Dinkes Dalduk KB Trenggalek, Sunarto, menyatakan bahwa keberhasilan menekan angka kasus ini merupakan hasil dari konsistensi program promotif dan preventif.
Salah satu pilar utamanya adalah gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).
"Data kami menunjukkan kasus DBD tahun 2025 mengalami penurunan cukup tajam dibandingkan 2024. Ini tidak lepas dari peran aktif masyarakat dan penguatan upaya promotif serta preventif," ujar Sunarto, Sabtu (27/12/2025).
Meski secara kuantitas menurun, tingkat fatalitas DBD di Trenggalek masih menjadi alarm bagi masyarakat.
Sepanjang tahun 2025, tercatat dua orang meninggal dunia akibat DBD. Jumlah kematian tersebut, sama dengan angka kematian pada tahun sebelumnya.
Sunarto mengungkapkan, faktor utama yang menyebabkan pasien meninggal dunia adalah keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, serta kurangnya pemahaman terhadap gejala awal DBD.
"Walaupun jumlah kasus menurun, kami tetap mencatat ada dua pasien meninggal dunia di tahun 2025. Ini menunjukkan DBD masih berpotensi fatal jika terlambat ditangani," tegasnya.
Penyebaran kasus DBD di Trenggalek terpantau tidak merata.
Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Bendungan menjadi wilayah dengan konsentrasi kasus DBD tertinggi, di mana masing-masing mencatatkan 48 kasus hingga akhir tahun.
Tingginya kasus di dua wilayah tersebut, dipengaruhi oleh faktor kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, terutama saat puncak curah hujan pada Januari dan Februari.
Menghadapi tahun 2026, Dinkes Trenggalek berkomitmen untuk melakukan pengendalian yang lebih terukur.
Selain pemberian larvasida dan fogging fokus, edukasi mengenai Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang) akan terus diperkuat.
"Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah kunci utama. Dengan pemetaan wilayah rawan, kami berharap kasus DBD dapat terus ditekan pada tahun-tahun mendatang," pungkas Sunarto.