Minim Drainase, Kawasan KEK Mandalika Tergenang Banjir Setiap Musim Hujan
December 28, 2025 01:55 PM

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH – Hujan deras yang mengguyur wilayah Desa Kuta sejak Sabtu (28/12/2025) subuh, mengakibatkan sejumlah titik ruas jalan hingga permukiman warga tergenang air.

Jalan bypass menuju Sirkuit Mandalika bahkan turut tergenang air berwarna cokelat pekat yang bercampur lumpur.

Meski banjir dilaporkan telah surut pada Minggu (29/12/2025), ketiadaan infrastruktur drainase atau gorong-gorong yang memadai tetap persoalan setiap kali musim hujan tiba.

Kepala Desa Kute, L. Mirate, menyampaikan, kondisi genangan air saat ini tidak menggenang.

Genangan air biasanya akan surut sepenuhnya dalam waktu dua hingga tiga jam setelah hujan berhenti.

“Sorotan utamanya adalah setiap musim hujan pasti banjir karena minimnya drainase di sini (Kute),” ujar Mirate saat dihubungi, Minggu (29/12/2025).

Beberapa wilayah yang terdampak genangan di antaranya Dusun Merendeng dan Dusun Ujung Daya. Di kawasan yang masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika ini, Dusun Ujung Daya menjadi wilayah terparah dengan tiga rumah warga yang sempat terendam air.

“Di Ujung Daya ada tiga rumah yang terendam banjir,” tambahnya.

Meski demikian, ia memastikan air tidak masuk secara signifikan ke dalam bangunan dan kondisi segera kondusif setelah hujan reda.

Mirate menjelaskan, pemicu utama banjir adalah tidak adanya fasilitas gorong-gorong di sepanjang jalan, baik jalan desa, kabupaten, maupun provinsi.

Kondisi ini menyebabkan air tidak memiliki saluran pembuangan yang jelas sehingga meluap ke badan jalan dan permukiman.

Ia pun menyatakan rasa frustrasinya terhadap respons pemerintah kabupaten maupun kecamatan.

Selama tujuh tahun menjabat sebagai kepala desa, usulannya untuk perbaikan jalan dan pembangunan gorong-gorong tidak pernah terealisasi.

"Saya sudah tujuh tahun jadi kades. Saya minta perbaikan satu jalan saja sampai sekarang mau selesai masa jabatan tidak pernah dikasih, apalagi gorong-gorong,” keluh Mirate kecewa.

Ia merasa koordinasi dengan tingkat kecamatan maupun kabupaten terasa sia-sia karena kurangnya atensi yang diberikan.

Mirate juga menyayangkan sikap pimpinan daerah yang dinilai kurang responsif terhadap aduan masyarakat desa.

“Kalau bupati, meskipun banyak orang yang mengadu, tetap saja diam,” pungkasnya.

Warga dan pihak desa berharap melalui sorotan media, pemerintah dapat segera membangun gorong-gorong agar banjir tidak terus berulang setiap kali hujan deras turun.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.