SURYA.co.id - Polemik di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadi sorotan publik sejak akhir November hingga Desember 2025.
Konflik yang awalnya internal kini memicu perdebatan luas di kalangan nahdliyin, ulama, dan masyarakat sipil.
Polemik PBNU yang mencuat di media melibatkan dualisme kepemimpinan antara Gus Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum) dan KH Miftachul Akhyar (Rais Aam).
Polemik ini dipicu isu seperti reshuffle pengurus, klaim PJ Ketum oleh Rais Aam (Zulfa Mustofa), hingga isu dugaan pencucian uang dan narasi pro-Israel, yang akhirnya mereda setelah pertemuan islah di Lirboyo dan kesepakatan mempercepat Muktamar NU ke-35 untuk menjaga keutuhan organisasi.
Berikut kronologi lengkapnya dirangkum SURYA.co.id.
Polemik bermula ketika muncul desakan agar Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mundur.
Rapat Harian Syuriyah menilai adanya pelanggaran serius, termasuk pengundangan narasumber yang terkait jaringan Zionisme Internasional.
Dalam risalah rapat tersebut dinyatakan:
"Rapat memandang bahwa diundangnya narasumber yang terkait dengan jaringan Zionisme Internasional... telah melanggar nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah serta bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi NU."
Selain itu, terdapat indikasi pelanggaran tata kelola keuangan yang dianggap membahayakan eksistensi badan hukum perkumpulan.
Ketegangan mencapai puncaknya saat Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, menyatakan bahwa secara organisatoris posisi Ketua Umum telah beralih.
Dalam keterangan persnya, beliau menegaskan KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU.
"Bahwa terhitung mulai tanggal 26 November 2025 Pukul 00.45 WIB, KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU... kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam." ujar KH Miftachul Akhyar.
Baca juga: Pertemuan Gus Yahya dengan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar Dilakukan Tertutup
Menanggapi carut-marut administrasi, termasuk polemik aplikasi persuratan, Kiai Miftah juga memutuskan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dan membekukan sementara sistem digital organisasi.
"Untuk mendapatkan kesahihan, kami akan menugaskan Tim Pencari Fakta untuk melakukan investigasi secara utuh dan mendalam... khusus implementasi Digdaya Persuratan Tingkat PBNU ditangguhkan sampai selesainya proses investigasi." Ujar Kiai Miftah.
Di tengah riuhnya tuntutan pergantian kepemimpinan, para kiai sepuh yang berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, memberikan pandangan berbeda.
HM Abdul Mu'id, selaku juru bicara forum tersebut, berpandangan bahwa proses pemakzulan Ketua Umum tidak sesuai dengan aturan.
"Forum berpandangan bahwa proses pemakzulan Ketua Umum tidak sesuai dengan aturan organisasi sebagaimana ketentuan AD/ART." ujar HM Abdul Mu'id.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kehormatan organisasi.
"Persoalan ini hendaknya diselesaikan melalui mekanisme internal NU, tanpa melibatkan institusi atau proses eksternal."
Baca juga: Breaking News - Gus Yahya Dijadwalkan Bertemu Rais Aam PBNU di Surabaya, Gus Ipul Turut Mendampingi
Langkah konkret menuju perdamaian terjadi saat Rais Aam dan sejumlah kiai sepuh menggelar rapat di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, di mana Gus Yahya juga turut hadir.
Juru Bicara Ponpes Lirboyo, KH Abdul Muid Shohib, mengungkapkan rasa syukur atas hasil pertemuan tersebut.
"Alhamdulillah, hasil pertemuan hari ini menyatakan bahwa kedua belah pihak telah menyepakati keputusan bersama. Seluruh pihak sepakat mengedepankan persatuan dan keutuhan jamiyah Nahdlatul Ulama." ujar KH Abdul Muid Shohib.
Pertemuan di Lirboyo membuahkan kesepakatan strategis, yakni percepatan pelaksanaan Muktamar NU ke-35.
"Muktamar ke-35 Nahdlatul Ulama akan diselenggarakan sesegera mungkin dan pelaksanaannya diserahkan kepada PBNU, dalam hal ini Rais Aam dan Ketua Umum PBNU Gus Yahya." ujar KH Abdul Muid Shohib.
Mustasyar PBNU, KH Ma’ruf Amin, yang hadir dalam pertemuan tersebut turut memberikan apresiasi positif.
"Sangat bagus. Hari ini Rais Aam ada, Ketua Umum PBNU Gus Yahya ada. Sempat ada konflik, tapi sekarang sudah bersama kembali. Setelah ini segera digelar Muktamar." ujar KH Ma’ruf Amin.
Sebagai tindak lanjut, Gus Yahya dijadwalkan bertemu kembali dengan Rais Aam KH Miftachul Akhyar di Surabaya didampingi Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Pertemuan ini menjadi babak akhir dari rangkaian polemik, memastikan bahwa transisi menuju Muktamar berjalan stabil dan menunjukkan bahwa PBNU telah kembali solid demi kepentingan jamaah dan bangsa.
KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Minggu (28/12/2025).
Berlangsung di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, pertemuan ini turut dikawal sejumlah tokoh struktural Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Sekitar pukul 11.30 WIB, Sekretaris Jenderal (Sekjend) PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) terlihat hadir di ponpes yang diasuh Kiai Miftachul Akhyar tersebut.
Tampak pula Katib Aam PBNU Mohammad Nuh, Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), dan sejumlah pejabat lain.
Hingga pukul 12.00 WIB, Gus Yahya belum terlihat hadir.
Berdasarkan sejumlah informasi yang diterima, Ketua Umum PBNU hasil Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 24 Desember 2021 tersebut telah berada di Surabaya.
"Masih transit sebelum nanti akan berangkat ke [Jalan] Kedung Tarukan sekitar pukul 12.00 WIB," kata seorang sumber mengutip nama jalan lokasi pondok ini berada.