TRIBUNSUMSEL.COM - Amal Said, pria yang meludahi seorang kasir swalayan di Makassar kini resmi diberhentikan sebagai dosen Universitas Islam Makassar (UIM).
UIM Al-Ghazali menilai pemberhentian karier dosen Amal imbas melakukan tindakan tak terpuji dengan meludahi seorang kasir.
Adapun tindakan yang dilakukan Amal Said tersebut terjadi di swalayan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Kamis (25/12/2025) lalu.
Keputusan pemberhentian itu diambil setelah melalui proses pemeriksaan internal oleh Komisi Disiplin UIM.
Baca juga: Karier ASN Dosen Amal Said Terancam Usai Viral Ludahi Kasir, Kini Minta Korban Akui Kesalahannya
Rektor UIM Al-Ghazali Makassar, Prof Dr Muammar Bakry MA, membenarkan bahwa yang bersangkutan merupakan dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah LLDIKTI Wilayah IX yang diperbantukan untuk mengajar di UIM.
“Benar, yang bersangkutan adalah dosen ASN LLDIKTI Wilayah IX yang diperbantukan di Universitas Islam Makassar,” katanya saat press conference di Kampus UIM Al Ghazali, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Senin (29/12/2025), dilansir dari Tribunmakassar.com
Ia mengaku, apa pun alasan yang melatarbelakangi peristiwa tersebut, tindakan meludah kepada orang lain merupakan perbuatan yang tidak dapat dibenarkan.
Menurutnya, tindakan itu jauh dari nilai-nilai akhlak, sangat tidak etis, serta melanggar norma etika dan moral.
“Sebagai kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang rahmatan lil alamin, nilai kemanusiaan, dan kearifan lokal, kami menilai tindakan tersebut tidak dapat ditoleransi,” ungkapnya.
Berdasarkan keputusan Komisi Disiplin UIM, dosen tersebut dinyatakan melanggar kode etik dosen serta peraturan kepegawaian yang berlaku di lingkungan Universitas Islam Makassar.
Atas dasar itu, Rektor UIM memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan dari statusnya sebagai dosen UIM.
“Yang bersangkutan kami berhentikan sebagai dosen UIM dan kami kembalikan ke LLDIKTI Wilayah IX sebagai dosen negeri,” ujarnya.
Prof Muammar juga menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada korban atas tindakan yang dinilai sebagai pelecehan dan tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami mewakili Universitas Islam Makassar menyampaikan permohonan maaf kepada korban atas perbuatan oknum dosen tersebut,” jelasnya.
Sebelumnya, setelah kasus tersebut dilaporkan ke pihak kepolisian, Amal Said berharap ada celah untuk penyelesaian secara kekeluargaan.
Meski mengakui tindakannya meludahi korban adalah kesalahan, Amal memberikan pembelaan terkait pemicu kejadian tersebut.
Ia membantah tudingan bahwa dirinya menyerobot antrean.
Dalam keterangannya, Amal Said mengungkapkan rasa penyesalan yang mendalam.
Baca juga: Curhat Ningsih Kasir Minimarket yang Dimaki dan Diludahi Dosen di Makassar, Ngaku Masih Kena Mental
Ia merasa pengabdiannya selama 33 tahun sebagai pengajar dan pembimbing ribuan mahasiswa seolah sirna dalam sekejap akibat insiden di meja kasir tersebut.
"Sekarang ini sudah rusak nama saya, bahkan mungkin juga berakibat ke tempat kerja saya. Rusak sekali saya ini. Satu detik saya berbuat itu, 33 tahun saya pegawai, mengajar, ribuan mahasiswa saya selesaikan, masa sedetik itu rusak segalanya. Tidak sebanding," keluh Amal.
Menurutnya, saat itu ia sedang mengantre untuk membayar camilan.
Melihat ada satu meja kasir yang kosong tanpa antrean, ia memutuskan untuk pindah ke sana agar proses pembayaran lebih cepat.
"Awalnya memang saya singgah untuk membeli cemilan, setelah saya ambil belanjaan, turunlah saya ke kasir, saya antre disitu, saya sama sekali tidak menyerobot, saya ikut antrean," ucap Amal.
Namun, teguran yang dilayangkan oleh kasir berinisial N (21) dianggapnya tidak sopan dan melukai harga dirinya.
"Saya anggap cara menegurnya tidak menghargai saya. Akhirnya saya tersinggung dan secara spontan (meludahi) karena emosi," jelasnya.
Amal juga mengaku tidak secara langsung meludahi wajah petugas wanita tersebut.
"Setelah saya bayar belanjaan, saya emosi sekali di situ. Saya ludahi bajunya, tidak benar itu saya ludahi mukanya, kesal sekali saya diperlakukan seperti itu, kayaknya tidak ada sekali harga diri saya," tutur dia.
Amal juga mengeklaim bahwa dirinya sama sekali tidak melanggar aturan.
Dia hanya berpindah antrean kasir yang sudah kosong.
"Kan tidak melanggar kalau pindah antrean, kalau memang sudah kosong kan. Tidak ada larangan, wajar saya pindah kan. Itu juga tidak terlalu ramai saat itu," ucap dia.
Ningsih (21), pegawai kasir swalayan di jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar hingga kini masih mengalami tekanan mental pasca insiden diludahi oleh seorang pembeli bernama Amal Said.
Tindakan Amal Said yang sekaligus seorang ASN dosen Universitas Islam Makassar (UIM) meludahi pegawai terjadi di swalayan jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Kamis (25/12/2025)
Ningsih mengaku mengaku syok saat wajah diludahi oleh pelaku hanya karena masalah antrean.
Kejadian bermula saat situasi toko sedang cukup ramai.
Ningsih, yang saat itu sedang bertugas, meminta pelaku untuk bersabar menunggu antrean pembeli lainnya.
Namun, teguran tersebut justru direspons dengan makian dan perbuatan tak manusiawi.
"Kurang ajar kau itu caramu melayani! Saya ini juga mau membayar, kenapa begitu caramu?" ujar Ningsih menirukan bentakan pelaku, dikutip Tribunsumsel.com dari tayangan TvOneNews, Senin, (29/12/2025).
Ningsih sempat berusaha memberikan penjelasan dengan tenang agar pelaku mengerti kondisi antrean saat itu.
Alih-alih mendapat pengertian, Ni justru menerima perlakuan yang merendahkan martabatnya sebagai manusia.
"Saya bilang, 'Maaf Pak, tadi karena ada antrean di belakang jadi harus mengantre'. Tapi belum sempat saya selesai bicara, dia langsung meludah ke muka saya dan kena jilbab saya," tuturnya dengan suara bergetar.
Hinaan fisik tersebut membuat Ningsih terguncang hebat. Air ludah pelaku mengenai area wajah hingga jilbabnya.
Dalam kondisi syok dan "kena mental", Ningsih langsung meninggalkan meja kasir untuk membersihkan diri.
"Saya syok sekali. Langsung lari ke WC cuci muka karena ludahnya kena muka," ungkapnya.
Ironisnya, setelah melakukan tindakan tidak etis tersebut, pelaku dikabarkan tidak menunjukkan penyesalan.
Ia justru menekan korban untuk meminta maaf dan membawa-bawa nama atasan korban sebagai bentuk ancaman.
Karena merasa takut dan terintimidasi, Ningsih terpaksa mengalah meski dirinya adalah korban.
"Saya minta maaf karena takut kalau dilawan masalahnya tambah panjang. Temanku juga cuma diam karena takut," ungkapnya.
Usai melancarkan aksi penghinaan tersebut, sang dosen langsung meninggalkan lokasi.
Dukungan keluarga dan pihak manajemen swalayan akhirnya menguatkan langkahnya untuk menempuh jalur hukum.
Pada Rabu malam, Ni resmi melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Tamalanrea.
Ia menegaskan bahwa keluarga tidak menerima perlakuan tersebut dan berharap ada keadilan.
Kanit Reskrim Polsek Tamalanrea, Iptu Sangkala, membenarkan adanya laporan N tersebut.
"Sudah, melaporkan di Polsek Tamalanrea dengan laporan penghinaan dan dilakukan proses penyelidikan," kata Iptu Sangkala via pesan WhatsApp, ke tribun.
Sangkala mengaku akan memanggil saksi-saksi yang ada untuk dimintai keterangan.
"Tindak lanjut mengundang saksi mencari info terhadap terlapor dan memanggil dan mengumpulkan barang bukti," tegasnya.
(*)
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com